Typo itu ada dua jenis.Termaafkan dan tidak termaafkan.
Yang termaafkan itu yang hanya sebatas salah eja beberapa kali.
Yang tidak termaafkan tuh typo yang mengubah arti. Kayak, harusnya KAMU. Tapi, typo jadi KAMI. Dan kalau masih sekali dua kali, bisa dimaafkan. Kalo berulang kali, itu pasti bikin pembaca mikir.
"Nih penulis ngedit dulu nggak sih sebelum publish? Typo-nya banyak banget."
Itulah yang mau aku bahas sekarang.
Aku mau curhat soal proses edit setiap satu chapter cerita, yang akan aku publish.
Aku nulis tuh sekitar jam dua belas MALAM, sampai ... kadang jam satu, tapi kadang jam dua. Larut banget, ya? HAHA. Aku emang keturunan kalong, kayaknya.
Setelah satu chapter jadi, aku tidur (pokoknya aku belum baca ulang). Setelah bangun dan pegang hape, baru deh aku baca ulang. Aku edit yang typo. Aku bacanya pelan-pelan saat proses edit pertama ini.
Lalu saat siang, aku belum berani publish (apalagi kalo teenfic yang seribu words lebih). Satu kali edit tuh nggak cukup bagi aku. Kalo curhatan ini, aku emang cuma edit sekali aja karena mager. MAAFKAN SAYA.
Lalu saat sore , baru deh aku baca ulang. Di tahap edit kedua, kadang aku membenarkan narasi yang menurut aku 'kurang gereget'.
Lalu, kadang aku tambahin majas biar lebih menarik. Yah, bukan majas yang berat-berat sih. Aku nggak sejago itu. Yang simple aja.
Setelah itu, belum bisa aku publish. You know why? Karena belum cukup editnya.
Saat kira-kira jam tujuh atau jam delapan malam, aku langsung baca ulang lagi.
Setelah yakin satu chapter itu udah 'CUKUP', akhirnya aku publish.
Dan coba kalian bayangkan perasaan aku, saat ada pembaca yang memberi komentar "TYPO, KAK."
Aku tuh selalu merasa ingin nyakarin tembok. Serius.
Karena ... aku sudah mengedit SEMAKSIMAL mungkin. Tapi, ternyata masih ada satu-dua typo. HAH.
Dan walau kesal, aku tetap membalas komentar itu dengan senyuman.
Oke, thanks :)
Di balik balasan komen itu, sebenernya aku habis menyalahkan diri sendiri.
"Kenapa masih typo, sih?"
"Mata aku kenapa nggak teliti, astagaaa?!"
"Ada apa dengan mataku?!"
Tapi, kalau dipikir-pikir lagi. Typo itu manusiawi. Nggak ada penulis yang sempurna.
Apalagi hanya penulis wattpad.
Apalagi kalau penulisnya itu nulis dari hape, bukan laptop.
Apalagi kalau penulis itu jomblo.
Pokoknya, typo itu manusiawi.
Karena aku percaya, di balik TYPO, pasti penulis itu sudah berusaha mengedit SEMAKSIMAL mungkin.
Aku nggak marah kalau ada pembaca yang memberitahu aku, masih ada typo. Aku malah berterima kasih banget, lho! Aku tepatnya, kesal pada diri aku sendiri karena kurang teliti. HAHA.
Jadi, kalo ada typo, di CERITA aku. Jangan takut untuk memberitahu aku. It's fine.
Kayaknya cukup.
Inti dari chapter ini adalah...
Editlah ceritamu semaksimal mungkin. Kalau masih ada pembaca yang memberitahu letak typo kamu, jangan marah.
Langsung edit lagi aja. Gampang, 'kan? Jangan dibawa stress. Nanti cepet tua. (Padahal sendirinya sempat stress karena typo)
OKE, SEMANGAT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Curahan Hati Penulis Amatir
Non-FictionSuka duka penulis amatir (aku) di dunia Wattpad. Semoga cukup membantu untuk lebih percaya diri dengan karya sendiri. Copyright 2017 by Asyifashi