Untuk(nya)

114 27 19
                                    

Ketir-ketir, butir air menetes tanpa ampun
Menyeka papan tua tanpa santun
Aku bersajak, ujung pena berontak
Menyinggung insan tak berotak

Dermaga bisu masih menunggu
Waktu menapaknya kaki dengan kerut kaku
Penantian panjang tak berpeluang
Bila hadir secuil kasih sayang?

Lihat, goresan tinta untuknya
Yang lama jauh, angkuh tak terengkuh
Meringis sakit, peluh berjatuh
Helai-helai lembut kau jambak ria

Inginku berhenti berharap
Rasamu mungkin mati terendap
Bergidik mendelik
Penuh amarah lalu mencekik

Tapi aku menanti bapak
Kembali walau tak lagi kukenal
Sebab bapak beda, menua
Dan akupun mendewasa

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang