6.

655 32 1
                                    

Bella sudah menunggu selama 15 menit di dalam kelasnya. Dia sedang menunggu Ervin datang ke kelasnya. Untuk menghilangkan rasa bosan,Bella mengambil novel dari dalam tasnya. Bella sudah membaca novelnya selama 20 menit, tapi orang yang ditunggu-tunggunya tak kunjung datang juga. Bella langsung memasukkan novelnya ke dalam tas dan memutuskan untuk datang ke kelas Ervin.

Bella tak melihat seorang pun di dalam kelas ervin. Bella berpikir mungkin Ervin lupa dengan janjinya. Jadi, Bella memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya.

Saat sudah tiba di depan gerbang, Bella bingung harus pulang naik apa karena tidak ada angkot yang lewat sejak Bella berdiri di depan gerbang selama 10 menit. Bella berusaha menelepon kakaknya.

"Hallo kak, udah balik kuliah belum? Bisa jemput Bella gak?"

"Hallo, iya Bell? Duh, gua masih ada jam tambahan nih. Jadi gua gak bisa jemput lu Bell. Lu pulang naik angkot aja sih." kata Fikri.

"Ish kalau masih ada angkot yang lewat juga gua udah naik angkot daritadi."

"Lu masih di sekolah? Bukannya jam pulang sekolah lu udah setengah jam yang lalu ya Bel?" tanya Fikri dari seberang sana.

"Iya. Tapi gua tadi lagi nyelesaiin tugas dulu di kelas. Jadi, baru pulang sekarang. Jemput ya kak jemput. Nanti gua traktir deh" jawab Bella sambil merayu Fikri.

"Pintar banget lu ngerayu nya. Kalau gak ada jam tambahan gua juga udah jemput lu kali Bell. Coba telepon kak Chesta atau kak Caleta aja. Mungkin mereka lagi gak sibuk"

"Duh yaudah deh. Dah" Bella memutuskan sambungan teleponnya.

Bella langsung menelepon Caleta kakak perempuan pertamanya. Telepon diangkat.

"Kak, bisa jemput Bella gak? Daritadi gak ada angkot yang lewat nih"

"Duh Bella maaf ya kakak gak bisa jemput kamu. Kakak lagi banyak kerjaan sayang. Coba telepon Fikri aja suruh dia jemput kamu"

"Kak Fikri lagi ada jam tambahan kak"

"Yaudah telepon kak Chesta aja kalau gitu. Udah ya kakak mau lanjut kerja lagi takut dimarahin sama bos"

Tuuttt..

Sambungan telepon terputus. Bella memutuskan untuk menelepon kakak perempuannya yang kedua. Mungkin Kak Chesta sudah pulang kerja.

"Hallo, ada apa de?" sahut Chesta dari seberang sana.

"Kakak dimana? Bisa jemput Bella gak?"

"Lagi di jalan pulang. Kamu dimana sekarang?"

"Masih di depan sekolah kak. Jemput Bella ya?"

"Yaudah, tunggu ya 10 menit lagi kakak sampai di depan sekolah kamu"

"Iya kak hati-hati" Bella memutuskan sambungan teleponnya.

"Untung masih ada kak Chesta yang masih bisa diandelin buat jemput. Masa iya gua harus naik gojek lagi? 'Kan tekor duit jajan gua" kata Bella berbicara sendiri.

Tak lama kemudian, mobil Chesta sudah ada di hadapan Bella. Bella segera memasukki mobil Chesta dengan wajah cemberutnya.

"Kenapa de?" tanya Chesta.

"Gapapa ka"

Hening. Tak ada yang membuka pembicaraan kembali. Bella lebih memilih melihat keluar jendela untuk menghilangkan sedikit rasa bosannya.

"Astaghfirullah" teriak Bella.

"Yaallah, kenapa Bella?!" tanya Chesta yang ikut kaget karena mendengar suara teriakan Bella.

Bella tak menjawab. Chesta memalingkan wajahnya untuk melihat Bella sebentar. Chesta melihat Bella menunduk.

"De, kenapa?" tanya Chesta lembut sambil mengelus rambut Bella tulus dengan penuh Kasih sayang. Bella hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tanpa Chesta sadari, ternyata Bella sedang menangis.

Bella mengusap wajahnya yang sudah lembab karena airmata yang menetes di pipinya.

'Tega banget ya lu Vin. Janjinya pulang sekolah mau jalan sama gua. Tapi, kenapa malah jalan sama Iggrid?! Salah gua apa Vin?!' ucap Bella di dalam hati.

Tak terasa airmata Bella jatuh kembali membasahi pipinya. Chesta menyadari kalau adiknya menangis daritadi.

"De, kamu kenapa? Cerita sama kakak" bujuk Chesta.

"Engga kak, aku gapapa kok" kata Bella sambil menghapus airmatanya.

"Kamu gak usah bohong. Jujur aja sama kakak. Kakak juga cewek de. Kakak tau kalau kamu itu lagi kenapa-kenapa walaupun mulut kamj bilang kamu gapapa"

"Serius kak aku gapapa. Ini mata aku cuma kecolok doang kok. Suer deh" kata Bella sambil mengancungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk peace.

"Hmm yaudah deh kalau kamu gak mau cerita sama kakak juga gapapa. Tapi, kakak kasih tau ke kamu ya de. Jangan pernah nangisin orang yang belum tentu nangisin kamu. Buat apa kamu ngeluarin airmata kamu? Belum tentu juga 'kan orang yang kamu tangisin itu mau ngeluarin airmata nya demi nangisin kamu? Kalau belum jadi apa-apanya aja udah nyakitin hati kamu, bikin kamu nangis kayak gini, gimana nanti kalau udah nikah sama kamu? Mau sampai lempar-lempar piring? Kakak bersyukur banget kalau cowok yang kamu tangisin sekarang itu belum jadi siapa-siapa kamu. Karena kakak gak mau liat adik kesayangan kakak dibuat sakit hati sama cowok yang begitu. Itu tandanya dia gak baik buat kamu. Berarti Allah itu sayang sama kamu. Allah mau buat kamu sadar, kalau cowok yang kamu tangisin sekarang itu gak pantas buat kamu perjuangkan de"

Bella terdiam. Berusaha menyimak kata-kata kakak perempuannya itu.

'Benar kata kak Chesta. Gua gak boleh nangisin Ervin. Ervin juga belum tentu mau nangisin gua. Ah, payah banget sih Bell! Baru gitu aja nangis. Kuat Bell kuat!' ucap Bella dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.

"Makanya, lain kali kalau mau dekat sama cowok, liat-liat dulu Bell. Dia baik gak buat kamu. Jangan asal mau aja. Terus, jangan gampang percaya sama janji manis cowok. Mending kalau cowok itu bisa nepatin omongannya. Lah, kalau engga?"

"Hmm, iya kak. Lain kali Bella bakal lebih hati-hati lagi buat percaya sama omongan cowok. Makasih kak" kata Bella yang hanya dibalas senyuman kecil dari Chesta.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang