Memori Yang Hilang Part 1

750 53 1
                                    

Rumah sakit

"Dokter.....dokter......" Teriak seseorang dari kamar pasien.

"Ada apa, Mary.....?" Sahut sang teman.

"Anne ini suatu keajaiban....pasien kamar 1314 sadarkan diri...." Kata Mary sang perawat itu girang.

"Ohya? Cepat panggil dokter William...."

Perawat Mary segera memanggil sang dokter.

----------

"Akhirnya aku pulang kerumahku juga," Sahutku.

Sudah lama aku tidak pulang ke Indonesia. Aku meneruskan kuliah di Malaysia University. Aku jarang sekali pulang kerumah itupun ayah dan bunda yang selalu kesini menjengukku tapi liburan kali ini aku akan memberi kejutan untuk mereka.

"Ayah....bunda Nessa pulang...." Teriakku tapi tak ada sahutan dari dalam.

"Ayah....bunda," Ucapku sekali lagi tapi tak ada sahutan juga.

Akhirnya aku mencari kunci yang biasanya mereka tinggalkan di bawah pot bunga lili.

"Nah...ini dia...." Akhirnya aku bisa membuka pintu ini.

Ketika aku masuk rumah ini bau apek tercium dimana-mana. Aku menggerutu kenapa mereka tidak membersihkan rumah ini. Sekali lagi aku memanggil mereka tapi tetap tak ada sahutan begitu juga Bi Inah. Aku melihat keruang belakang juga tak ada hingga akhirnya aku menemukan sepucuk surat dimeja makan. Aku membacanya ternyata dari bunda.

Untuk Nessa.

Sayang,kami pergi keacara pernikahan anak Pak Burhan teman ayah. Bi Inah pulang kampung. Kalau kamu lapar beli saja diluar. Bunda tidak masak. Mungkin baru besok bunda dan ayah pulang jadi kamu hati-hati ya dirumah.

"Ya....bunda ini. Masa anaknya datang ditinggal pergi," Kesalku.

Ya sudahlah....lebih baik aku membersihkan rumah ini dari sarang binatang. Tak terasa sudah hampir dua jam aku membersihkan rumah ini dan tiba saatnya perutku berbunyi karena bunda tidak menyiapkan makan akhirnya aku terpaksa membeli nasi goreng didekat warung langganan bunda.

"Bang...nasi gorengnya satu ya," Kataku pada penjualnya.

"Iya Neng...tunggu sebentar ya...."

"Iya Bang ngga apa-apa. Ohya Bang..kenal sama Pak Karim?" Tanyaku.

"Iya kenal, Neng. Dia kan bapak saya...?"

"Ohya? Terus kemana sekarang pak Karimnya kan biasanya bapak yang jual?"

"Bapak sudah meninggal, Neng..."

"Masa? Bukannya kemarin masih Pak Karim yang jual?"

"Ah...Neng ini ada ada saja. Salah lihat mungkin, Neng..."

"Tapi wajahnya sama, Bang..."

"Iya ngga mungkin, Neng. Bapak saya sudah meninggal lama kok..."

"Iya mungkin saya salah lihat. Ohya berapa, Bang," Kataku saat penjualnya sudah selesai.

"Tujuh ribu neng..."

"Naik ya, bang harga nasi gorengnya," Kataku saat menyerahkan uang.

"Terima kasih ya, Bang..." Ucapku sambil melangkah pergi.

Rupanya nasi goreng ini rasanya lebih enak Pak Karim yang membuatnya. Aku heran bukannya aku meninggalkan rumah selama tiga bulan begitu cepatnya nasi goreng ini harganya naik. Beberapa bulan yang lalu aku beli masih empat ribu. Mungkin penjualnya masih baru. Setelah selesai makan akupun segera membaringkan tubuhku ditempat tidur.

Kumpulan Cerita Misteri Kehidupan ( Tersedia Di Gramedia Digital )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang