Terlambat

4 1 0
                                    


#NulisRandom2017 #NulisRandom

"Dee, bisakah kau menyelesaikan cerita antara kita sebelum kau memulai cerita lain dengan laki-laki lain yang kerap mengajakmu makan itu?” Ujar Dirsa yang sebelumnya terhuyung huyung menujuku.

Aku masih berdiri membelakanginya. Terasa enggan menatap wajahnya. Memutuskan untuk tetap diam adalah pilihan terbaik daripada harus bersuara ketika hati tengah dikuasai rasa kesal.

"Dee, Aku tahu pasti akan sangat sakit memperjuangkan cinta sepihak ini seorang diri. Apalagi kamu adalah perempuan. Sedangkan Aku yang kau perjuangkan memilih tak peduli " sambungnya.

Dari suaranya Aku tahu ia tengah merasakan sesal yang teramat dalam. Tapi rasanya percuma. Aku sudah tidak ada lagi rasa untuk melanjutkan kisah dengan dia.

"Dee, aku mohon jangan berdiri tanpa suara. Jangan berubah menjadi kamu yang tak kukenal. Tolong katakan padaku bahwa kamu masih mau memperbaiki kisah kita yang terbengkalai dulu. Perjuanganmu menemukan ujung. Kita bisa kembali bersama" ujarnya dengan tangis sesenggukan. Apa aku tidak salah dengar? Dirsa si kepala batu dan berhati dingin itu menangis mengharapkanku?

Kaca kaca pada mataku akhirnya pecah. berubah menjadi bulir hangat yang membasahi pipi. Dalam hati Aku bergumam  "Dir, kamu terlambat"  Aku belum ingin angkat bicara. Menjelaskan tentang keadaan sebenarnya. Tentang siapa laki laki baru yang telah siap menggantikan posisinya dihatiku.

"Aku akan meruntuhkan segala gengsi. Aku menyesali kebodohanku menyianyiakanmu dulu. Sekarang ku akui bahwa hanya kamulah yang terbaik sekaligus terindah. Dee, beri Aku kepastian!" Teriaknya parau. Baiklah, kuakui kali ini egoku kalah dengan rasa iba. Wajar, Aku perempuan.

"Pengakuanmu tak akan bisa mengembalikan waktuku yang tlah terbuang sia-sia untuk menunggumu. Tangismu tak akan bisa mengubah haluanku yang tak lagi menujumu. Dir, dulu Aku pernah menjatuhkan harga diriku. Mengemis cintamu dan hampir gila karena berteman sepi hanya karena ingin memilikimu  lagi. Lalu sekarang, ditengah kegelapan aku telah menemukan cahaya. Tidak menyilaukan namun mampu menuntunku kembali bangkit"  ujarku. Aku minta Maaf, Dir. Cintaku padamu telah lenyap.

"Pergi bersamanya sama artinya dengan membiarkanku terkungkung dalam kegelapan, Dee! Apa kau telah membenciku"  kalimat terakhir nya membuatku geram. Sok tahu. Bahkan melafadzkan ungkapan benci kepadanya Aku tak pernah.

"Ini hukum karma! Semua perbuatanmu, kau pun akan merasakan akibatnya!"  Nada suaraku meninggi. Aku tahu emosiku tak bisa terkendali. Lekas aku pun berlari meninggalkan dia yang bersimpuh di kakiku. Segenap hatiku meronta ingin memberikannya kesempatan kedua. Siapa tahu benar kita akan bahagia. Tapi, di lain sisi logiku berkata. "Untuk apa kau kembali peduli pada masa lalumu, jika sudah ada laki laki yang memikirkan matang-matang masa depannya bersamamu? Bahkan laki-laki itu telah terlebih dulu mendatangi kedua orang tuamu?"

Aku akhirnya membenarkan kata logikaku tersebut. Hatiku kalah. Setelah dulu aku selalu menuruti apa kata hatiku untuk terus menunggunya, sekarang waktunya logika bertindak. Langkahku terhenti melihat seoang pria yang sama jangkungnya dengan Dirsa telah berada beberapa meter dihadapanku. Wajahnya khawatir melihatku dengan air mata yang berderai. Aku sadar, Dirsa masih dibelakangku. Tatap matanya lurus memandang laki-laki yang ia maksud di awal cerita tadi.

"Dir, pulanglah. Pergimu tak lagi kusesali. Kamu bukan lagi rumahku. Begitupun Aku yang bukan lagi rumahmu. Aku sudah menemukan jawaban dari segala penantianku. Kita memang seharusnya berpisah. Pergilah dan jemput kebahagiaanmu sendiri. Aku yakin kamu takkan terkurung dalam kegelapan. Selama kamu tahu cara menghargai. Selama kamu tahu kapan mengedepankan hati daripada egomu sendiri" ujarku sembari berharap dia akan pergi.

“Apa alasanmu hingga kau berani merubah pikiranmu, Dee”

“Dir, kami sudah dijodohkan. Dan Aku menemukan yang terbaik dalam dirinya. Bukankah kau pernah berkata bahwa yang terindah akan kalah dengan yang terbaik?” Jawabku yang akhirnya membuatnya berjalan gontai menjauhiku. Punggung itu menggambarkan betapa penyesalan telah menyelimuti dirinya kini.

Aku iba, namun segalanya telah terlambat.

Dee's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang