Dia Lagi?

77 11 4
                                    

Raya menyenderkan tubuhnya dikasurnya. Ia membuka buku fiksi horrornya. Hujan petir seperti ini benar-benar saat yang tepat untuk membaca horror. Raya akan lebih menghayatinya kebanding dengan hari cerah.

Suara petir menggelegar sedikit mengagetkannya. Raya kembali membaca dengan tenang.

Bak!bak!bak!

"Buka!" Teriak seseorang diluar pintu. Raya mengernyit bingung. Malam-malam begini, siapa?

"Buka atau gue dobrak!" Suara itu terdengar lagi.

Bak!bak!bak!

Raya dengan cepat menutup bukunya dan berjalan kearah pintu apartementnya.

Bak!bak!bak!

"Buka!"

Raya segera membuka pintunya. Gadis itu terperanjat kaget.

"Lo.." sebelum Raya sempat melanjutkan omongannya, tubuh lelaki didepannya ambruk ke pelukan Raya. Raya tidak bisa berkata-kata. Matanya sukses melotot.

Si cowok mesum?!

Wangi alkohol tercium Raya. Lelaki ini mabuk. Raya membaringkan lelaki itu dikasurnya. Ia harus segera menyadarkan cowok ini.

"Bunda.." igau lelaki itu.

"Hei, bangun..." Raya mengguncang pelan tubuh lelaki itu. Tak ada jawaban. Raya menghela nafas.

Kenapa gue jadi berurusan sama cowok mesum ini lagi?!

"Udah tidur pulas! Gila, padahal baru dateng!" Raya berkacak pinggang. Raya menghilangkan pikiran tidak manusiawinya . Tadinya, ia ingin mengguyur lelaki itu dan menyuruhnya pergi.

Raya menghela nafas panjang. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya disana. Gadis itu menatap kelangit-langit apartementnya, sesekali menatap kearah lelaki di atas kasurnya sampai ia tertidur.

***

Keenan mengerjapkan matanya. Rasa pening menghampiri kepalanya kini. Ia beranjak duduk. Matanya menatap kesekeliling. Rasanya, ada yang berbeda?

Sejak kapan kamar gue ada stiker Menara Eiffel nya?

Keenan mencoba berdiri. Kembali mengingat apa yang terjadi semalam. Seorang gadis yang terlelap di sebuah sofa menarik perhatiannya. Keenan mendekati gadis itu berjongkok sambil menatap wajah tidur gadis didepannya dengan lekat.

Oh, sekarang ia tau. Gadis ini adalah tetangganya. Satu-satunya gadis yang mengetahui privasinya.

"Namanya..." Keenan mencoba  mengingat-ingat. Mata gadis itu mengerjap perlahan kemudian terbuka.

Keenan memiringkan kepalanya. Sepertinya gadis itu masih mengumpulkan nyawanya. Kemudian terperanjat ketika menatap Keenan.

"Nga-ngapain lo disini?!" Gadis itu bersikap waspada. Ia beranjak duduk sambil mengusap dadanya pelan.

"Justru gue mau nanya. Kenapa gue bisa disini?" Tatapan menuduh Keenan pada gadis itu seakan gadis itulah yang bersalah.

"Lo nuduh gue?" Raut wajah kesal sangat terlihat pada gadis itu.

"Denger ya, tuan mesum!. Lo dateng ke apart gue semalem dalam keadaan mabuk! Lo juga nguasain kasur gue!"

"Tuan mesum?" Keenan mengangkat alisnya sebelah. Gadis itu mengangguk. "Kalo gue mesum, lo apa?" Keenan mulai berdiri dan menuju dapur yang terdapat pada apartement itu. Ia mengambil gelas dan menuangkan air es yang terdapat dalam kulkas.

"Kalo lo udah puas minum, lo bisa pergi sekarang" dengan malas, Keenan berjalan kearah balkon apartement itu.

"Mau apa lo?" Panik gadis tadi. Mengikuti Keenan dari belakang. Keenan menaiki pagar yang membatas dengan tenang.

KeeRayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang