Jealous

49 8 1
                                    

Pria itu menatap kesekeliling dengan bingung. Kemudian memasuki sebuah toko yang menjual cenderamata khas didaerah sana. Bunyi lonceng diatas pintu menyambutnya. Wangi parfum maskulin menyeruak.

"Selamat datang! Siang yang panas,bukan?" Seorang lelaki tua menyambut pria yang menjadi satu-satunya pelanggan yang memasuki toko cenderamata ini. Senyumnya hangat. Tatapannya juga sangat teduh.

"Mencari apa?" Lelaki tua itu mendekati pria yang sedang melihat lihat.

"Entahlah. Mungkin benda yang cocok untuk cewek lugu?" Pria itu seperti menanyakan pertanyaannya pada dirinya sendiri. Ia tetap sibuk dengan pencariannya.

"Kalau begitu,Kalung dan perhiasan lain gak akan cocok buat sang cewek" ucapan lelaki tua itu menarik perhatiannya kali ini.

"Apa yang cocok?" Mengangkat sebelah alisnya, lelaki tua itu tersenyum. Berjalan ke arah sebuah lemari yang diisi deretan benda yang pria itu tidak ketahui.

"Ini akan cocok untuknya" lelaki tua itu menyerahkan sebuah benda yang menurutnya tampak aneh.

"Ini benda apa? Seperti milik masyarakat Indian dulu aja"

"Dream Catcher. Si penangkap mimpi. Masyarakat disini percaya bahwa Dream Catcher akan menangkap semua mimpi baik dan menghalang semua mimpi buruk." Dengan mata bersinar, lelaki tua itu tersenyum. Memberikan Dream Catcher tersebut kepada Pria dihadapannya.

"Bagaimana cara kerjanya?"

"Mudah saja. Karena Dream Catcher ini berbentuk kalung, pengguna tinggal menggunakannya. Bagaimana?"

Pria itu tampak merenung sejenak. Meneliti barang yang ia genggam saat ini. Kemudian menatap lelaki tua didepannya, ia  mengangguk.

***

Langit tampak sangat biru dan Keenan menyukai pemandangan itu. Matanya sedikit menutup. Mengingat kembali kejadian semalam. Tanpa sadar, sudut bibirnya sedikit tertarik. Kemudian ia sedikit menghela nafas.

Kayaknya emang lagi marah

Keenan memasukkan kedua tangannya pada saku dicelananya. Tak lupa untuk tetap menjaga sebuah kantung berisi barangnya. Keenan kembali menatap kesekeliling kemudian terhenti melihat seorang lelaki dan perempuan yang berjalan berdampingan.

Bukan. Bukan lelaki itu yang ia pedulikan. Tapi gadis yang tampak dikenal Keenan. Tetap pada dunia mereka, keduanya tertawa. Keenan mengangkat sebelah alisnya. Ia tidak mungkin salah.

Baru juga ditinggal beberapa jam, udah diembat orang aja!

Pertanyaannya kini, siapa cowok disamping gadis itu?. Keenan menatap penampilan lelaki didepannya dengan tatapan menilai.

Penduduk lokal?

Gigi Keenan menggertak. Kemudian menenang. Sebuah ide terlintas dipikirannya. Senyum mengembang dibibirnya. Ia mulai mendekati dua orang didepannya.

Tanpa merasa bersalah, Keenan memeluk sang gadis dari belakang. Ia menenggelamkan wajahnya dalam rambut gadis itu.

Ia dapat merasakan tubuh Raya menegang.
"Aku nyariin kamu kemana-mana loh, Sayang. Ternyata disini" Raya tampak sedikit mengelak, tapi pelukan Keenan terlalu erat.

"Ke-keenan" ia merasakan kegugupan Raya. Tanpa melepas pelukkannya, Keenan menatap pria asing didepannya.

"Eh sori. Gue baru sadar kalo ada orang lain" ucapan Keenan membuat Raya menyubit lengan Keenan. Keenan sedikit meringis kemudian menyubit hidung Raya gemas.

"Mainnya cubit-cubitan ya, kamu" Pria didepannya kini tampak tertawa kecil. Ia menggeleng-geleng. Keenan mengangkat sebelah alisnya. Ekspresi-nya, terlalu tenang.

KeeRayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang