Kedua Lelaki

42 8 4
                                    

Malam itu, suasana di Villa tampak ramai. Wangi makanan menguar kemana-mana. Tawa dan romansa tidak lepas dari seorang gadis dan lelakinya. Seperti biasa, pasangan Leo dan Mila bisa berbuat mesum dimana saja, kapan saja, tanpa malu. Keenan dan yang lainnya sendiri tampak tidak masalah.

Tapi yang Keenan khawatirkan adalah kepolosan gadis itu. Gadis kecil yang sudah beberapa hari ini ia ganggu dan goda habis-habisan.

"Ngomong-ngomong, dia kemana?" Tak tahu berbicara pada siapa, Keenan menggumamkan suara. Dicky, lelaki yang sedang dipeluk hangat oleh gadis bernama Kiran atau Kirana? Kembar yang sangat sulit dibedakan, lelaki itu menjawab Keenan.

"Dia siapa?" Gadis yang memeluk Dicky melepaskan pelukannya. Matanya menoleh kearah Keenan.

"Keenan, lo nolak adik gue kan tadi siang?" Keenan mengangkat alisnya sebelah, lelaki itu tampak memasukkan kedua tangannya pada sakunya. Bahkan, ia tidak mengalihkan pandangan pada gadis yang bertanya padanya saat ini.

"Gak ingat. Ada sekitar tiga cewek yang nembak gue tadi. Dan gue tolak semua" Keenan tidak menatap gadis tadi. Matanya fokus mencari kehadiran seseorang.

"A-apa?! Lo gila,ya?!"Dicky tampak terkejut. Keenan mengangkat bahunya tidak peduli.

Dia gak ada.

Keenan berjalan kearah Mila. Cewek itu sedang bercumbu liar dengan Leo. Tatapan merendahkan Keenan tidak membuat Mila malu. Pelacur.

"Mil, Raya ada di Villa?" Keenan memutuskan untuk menatap kearah lain ketika bertanya.

"Tadi...dia... keluar.." ucap cewek itu. Keenan mengangguk mengerti. Lelaki itu berjalan masuk kedalam Villa milik keluarganya itu. Ia mengeluarkan sepeda fixie berwarna hitam. Semua perhatian tertuju pada lelaki itu. Keenan tidak menghiraukan mereka.

"Mau kemana lo, Nan?" Semua orang menatapnya bingung.

"Nyari cewek gue. Dia seneng ngerepotin gue katanya." Keenan menaiki sepedanya. Bergegas pergi.

"Party aja sepuas lo, jangan hirauin gue" setelah itu, Keenan melajukan fixienya dengan santai. Meninggalkan Villa-nya.

***

Kesunyian malam membuatnya tenang. Matanya menatap kesekeliling. Angin berhembus mengibarkan rambutnya. Bibirnya sedikit menyunggingkan senyum. Raya memainkan kakinya kedalam air laut yang dingin.

Pantai ini memang indah, bahkan ketika malam. Ia sedikit bersyukur ikut kesini, ia jadi tahu pantai ini.

"Mila.." suara yang ia gumamkan itu membuat kepalanya pening.

Pergaulan Mila sudah terlalu bebas..

Tapi, Mila yang ia kenal tidak seperti itu. Mila adalah gadis cantik dengan senyum menawan. Mila adalah sahabat terbaiknya. Mila... Raya memikirkannya miris. Dunia benar-benar mengubahnya.

Raya kini sedang duduk di ujung jalan berkayu, tempat para kapal pesiar menurunkan penumpangnya. Tepat dibawahnya terdapat air laut. Malam ini terasa sepi. Tidak ada perayaan ditempat pemukiman. Tidak ada kapal pesiar yang berlabuh juga. Untung saja, penerangan didaerah ini cukup memadai. Raya menghirup udara pelabuhan yang segar.

"Awas!" Teriakkan itu membuat Raya terperanjat kaget. Gadis itu menengok kebelakang. Bahkan ia tidak sempat berteriak lagi.

Ciit! Byur!

"Hah" Raya mengusap wajahnya. Air tampak begitu dingin malam ini.
Lelaki yang hilang kendali itu mendekati Raya yang telah tercebur di laut. Bibirnya menyunggingkan senyum tidak bersalah. Ia berjongkok.

KeeRayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang