Raya menatap kearah luar jendela dengan pandangan kosong. Kini mereka semua dalam perjalanan pulang. Liburan selama 3 hari membawa pengalaman dan kejadian baru yang tidak disangka! Setidaknya, untuk gadis yang kini sedang merenung sendirian sementara yang lain bersenang-senang dalam bus.
Bus ini adalah milik keluarga Leo. Bus ini juga yang mengantar mereka pada hari pertama. Dan bisa Raya bilang, bus ini melebihi kata mewah!
Yah, Raya tidak menyesali keputusannya untuk pergi. Suasana didalam bus yang mereka naiki kini termasuk suasana tenang dan relax. Revon memainkan gitarnya dengan suara tenang. Dan semua dalam keadaan nyaman.
"Sial! Lo gak masukkin makanan apa-apa ke laci bus lo, Le?" Suara Bayu memecah keheningan. Leo mengangkat sebelah alisnya. Menatap Bayu dengan tatapan bertanya.
"Emang disitu kosong? Gak ada makanan satu pun?" Sang empunya balik bertanya dengan nada (sok) polos.
"Astaga! Kalo ada,gue gak mungkin teriak! Gue benar-benar lapar sekarang" Bayu membanting tubuhnya pada salah satu sofa. Pria itu mengusap-usap perut hasil olahraga di GYM yang berbentuk indah miliknya.
"Percuma bus mewah dan punya dapur kalo makanan yang dimasak juga gak ada!" Leo mengangkat kedua bahunya. Tampak tidak peduli dengan kekosongan busnya. Tapi sepertinya, Leo masih memiliki sedikit empati pada sahabatnya itu.
"Albert! Dimana posisi kita sekarang? Apa ada kemungkinan buat berhenti di tempat peristirahatan?" Teriak Leo dengan nada malas kepada supir pribadi keluarganya itu.
"Kita berada di jalan tol, tuan. Kami akan berhenti jika bertemu dengan tempat istirahat" Leo meneriakkan terima kasih dan menatap Bayu tenang. Dan perjalanan terus dilanjutkan.
Langit tampak begitu biru dan menyegarkan. Bus dalam kecepatan stabil. Tapi, kenyataan tersebut tidak cukup untuk menenangkan Raya entah kenapa. Raya memejamkan matanya. Ia menggigit bibirnya. Sedikit menoleh kearah pria yang kini tertawa senang tanpa beban pikiran apapun.
Dia gak merasa bersalah sedikitpun!
Tangan Raya menggenggam erat sebuah kalung. Ia bahkan bingung, apa yang harus ia lakukan dengan kalung ini sekarang. Raya menghela nafas lelah,Kemudian matanya kembali menutup. Dan dalam beberapa menit, gadis itu telah tenggelam kedalam mimpinya.
***
Flashback"Ray! Abis darimana lo?" Mila bertanya. Gadis itu menatap bingung Raya. Raya sendiri hanya menatap kesekeliling. Seakan mengetahui apa yang dipikirkan Raya, Mila berusaha menjelaskan.
"Pestanya udah selesai,Ray. Dan orang lokal itu udah balik. Dia sempat nanyain lo, tapi gak ada yang tau" Mila menjelaskan. "Lo darimana? Lo dan Keenan hilang dan gue pikir lo lagi sama dia sekarang. Lo sama Keenan barusan?"
Mengingat Keenan membuat perasaan Raya memucak. Antara kesal, marah, malu, dan perasaan baru yang tidak dapat ia jelaskan. Raya menutup matanya dan menggeleng.
"Lo gak apa-apa,Ray? Kalo gitu lo istirahat aja duluan. By the way, kalung lo bagus!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Mila pergi. Raya sempat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menatap kebawah.
Kalung? Kalung siapa? Keenan?
Sejenak ia ingat kembali kepada ucapan Keenan yang terakhir sebelum ia pergi. Raya terbelalak dan membuka kalung itu. Raya menatap kalung itu dengan lekat, memegangnya dengan erat dan berjalan masuk.
Ternyata memang cocok
***
Keenan meminum air mineralnya dalam diam. Sedari tadi, Dicky terus saja mengoceh hal yang dianggapnya lucu. Keenan hanya sesekali menarik bibirnya kecil. Matanya tidak lepas pada seorang gadis yang kini terlelap dengan kaca mobil menjadi sandarannya. Tatapannya melembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KeeRay
Teen Fiction"Prayana Octavia.Banyak yang bilang, dia itu polosnya sampai bisa di begoin. Ternyata isu itu bukan cuma rumor aja ya"-Keenan Bramantyo Putra "Keenan Bramantyo Putra. Gak harus dengar isu, sikapnya dari awal udah terlihat. Gila, Mesum, Brengsek, Clu...