Liburan telah berakhir, para mahasiswa maupun mahasiswi mulai berdatangan memasuki kampus luas itu. Termasuk lelaki yang baru saja memasuki halaman kampus. Kedatangannya langsung membuat kerisuhan bagi banyak orang. Keenan Bramantyo memarkirkan motor sportnya diparkiran kampus tersebut. Matanya langsung menangkap sosok perempuan yang tampak kerepotan dengan barang-barangnya. Kemudian tatapannya menghangat ketika melihat hal tersebut.
Senyum terlukis jelas dibibirnya. Tampaknya gadis itu tidak melihatnya karena Keenan dilewatinya begitu saja. Dengan cepat Keenan mengikutinya dari belakang. Ia masih belum puas untuk melihat ekspresi kerepotan gadis didepannya hingga gadis itu menghela nafas keras. Gadis itu tampak berhenti sebentar. Menaruh barang-barangnya diatas tanah kemudian memijit jari-jari tangannya. Keenan tertawa kecil. Lelaki itu mendekatinya.
Tangan Keenan dengan cepat merenggut tas jinjing yang masih digenggam gadis itu. Ia menenteng tas jinjing tersebut dibalik sebelah pundaknya. Keenan berjalan dengan tenang, menulikan telinganya dari bibir manis yang meneriakinya. Terdengar lagi derap langkah gadis itu yang sepertinya mengikutinya dari belakang.
Keenan memejamkan matanya. Ia kembali mengingat kejadian dua minggu lalu ketika masih dalam masa liburan. Benar-benar ingatan buruk. Namun, kenapa pikiran Keenan bersikeras untuk mengingatnya meskipun ia tidak ingin? Bibirnya tampak mengatup keras, tangannya mengepal kencang. Namun hatinya kembali menenang ketika kembali membayangkan perlakuan Raya kepadanya. Pelukan erat yang paling hangat dari seorang Raya.
***
Flashback!
Suara ramai dari arah ruang santai membuat Keenan hanya menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menuju sofa ruang santai itu, lelaki itu menjatuhkan tubuhnya dengan tenang. Saat ini, Keenan dan beberapa temannya sedang bermain dirumah teman jauhnya, Didit. Berhubung liburan mereka masih terbilang lama, Didit juga menyediakan fasilitas yang cukup untuk kawanan lelaki seperti dirinya dan teman-temannya.
"Nan, sini main kartu sama kita! Gak asik lo!"teriak Bayu dan diangguki beberapa temannya. Keenan hanya menaikkan sebelah alisnya. Kemudian Lelaki itu menatap kearah radio yang terdapat dipinggir ruangan. Radio tersebut menyala, menyanyikan lagu-lagu countries barat favorit Didit. Didit adalah pecinta western, hal ini dapat dilihat dari semua dinding rumahnya yang ia dekor seperti itu. Tak lupa 50 topi koboi koleksi Didit yang berjejer diatas sebuah lemari kaca. Yang anehnya lagi, temannya ini juga penyuka hal-hal berbau misteri dan horror. Keenan menguap sebentar.
"Dit, lagu lo bikin ngantuk, ny*tt!" Akhirnya ucapan yang sedari tadi ingin ia keluarkan telah diwakilkan Leo. Lagu countries yang menenangkan memang hanya membuat suasana semakin syahdu dan melelahkan.
"Lagi asik ini lagunya Everly Brothers - Let It Be Me!" Didit bersikeras menahan lagunya itu tetap berputar. Keenan menguap lagi. Ia hampir saja akan terlelap jika getaran ponselnya tidak menyadarkannya. Melihat nama yang tertera diponselnya, lelaki itu tersenyum.
"Raya?" Dengan cepat Keenan menekan tombol hijau pada ponselnya.
"Tumben nelfon, kangen?" Keenan membangunkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum kecil. Tak ada jawaban selama beberapa saat. Dahinya berkerut bingung.
Jangan-jangan prank dari temen Raya?
Tapi, Temen Raya gak seberani itu buat nelfon orang lain..
"Raya?" Panggil Keenan lagi. Kini suara nafas terengah menghiasi ponsel itu. Dan Keenan yakin bahwa suara tersebut adalah suara Raya.
"To-tolong...tolong gue.."suara bergemetar itu membuat senyum Keenan menghilang.
"Ray, lo dimana sekarang?" Keenan bertanya keras. Membuat teman-temannya menatapnya. Masa bodoh dengan itu!
"Sial! Bos! Dia berhasil menelfon!" Suara lelaki itu membuat gigi Keenan mengatup keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
KeeRay
Teen Fiction"Prayana Octavia.Banyak yang bilang, dia itu polosnya sampai bisa di begoin. Ternyata isu itu bukan cuma rumor aja ya"-Keenan Bramantyo Putra "Keenan Bramantyo Putra. Gak harus dengar isu, sikapnya dari awal udah terlihat. Gila, Mesum, Brengsek, Clu...