Kirana mengibaskan rambut basah karena keringatnya ke belakang telinga. Lelah yang gadis itu rasakan seperti sudah lari maraton saja padahal Kirana hanya naik turun sebanyak 3 kali.Nazar sang Mayjen seperti nya sangat suka mengerjai Kirana, pria itu tak pernah diam hanya untuk memerintah Kirana dalam hal apapun bahkan dalam hal yang sepele.
Kirana hanya manggut-manggut saja jika menolak dan memancing emosi pria yang kini sudah berhadapan diri dengan nya itu akan lebih berbahaya lagi.
"Bagaimana apa kau sudah memeriksa semua peralatan yang akan kita bawa?" tanya Nazar sambil memilah barang yang ada di dalam ransel nya.
"Sudah Mayor" jawab Kirana dengan sigap.
Nazar mengangguk kemudian pergi setelah memakai tas ransel yang dirasa sudah lengkap barang-barang yang ada di dalam nya. Kirana mengikuti langkah Nazar, sekarang mereka akan kembali pada TKP yang mungkin disana lebih banyak barang bukti yang mendekati mampu menangkap sang pembunuh.
"Menurut perangkat GPS yang kamu temukan semalam. Perangkat itu milik sang pembunuh dan disana sebenarnya tidak ada hal yang berarti karena sebagian lokasi terhapus dalam data karena beberapa bagian ada yang rusak tapi untung nya Alki adalah orang yang cakap hingga dia dapat melacak lokasi terakhir sang pembunuh berada, tempat nya cukup jauh dan pastikan dirimu dalam keadaan siap" jelas Nazar kemudian berlalu masuk ke dalam mobil tepat di kursi kemudi.
Gentle sekali Mayor nya Kirana, bahkan pria itu tidak mau susah-susah membukakan pintu untuk Kirana. Kirana mendumel dalam hati tak bisa dia keluarkan jika sampai terjadi dia akan mati dengan revolver yang Nazar miliki.
Mobil yang dikemudikan oleh Nazar membawa mereka ke area hutan yang terdapat pohon tumbuh dengan rapih nya. Seperti pohon penghasil karet yang pernah Kirana lihat ketika pulang kampung ke kota nya dulu. Butuh satu setengah jam perjalan yang di tempuh mereka bahkan pantat Kirana terasa rembes karena terlalu lama duduk di dalam mobil.
"Apa kau yakin alamat nya disini?" tanya Kirana pada Nazar yang serius melihat ke arah jalan.
Nazar mengangguk " sekarang kau meragukan ku? Apakah kau telah merasa hebat dari ku?" jawab Nazar membuat Kirana mendengus. Kirana heran kenapa ada pria sensitif sekali seperti Nazar.
"Aku hanya bertanya apa itu salah" ketus Kirana yang hanya dibalas dengan delikan oleh Nazar. Begitulah pria itu jika sedang konsentrasi maka jangan ada yang berani mengganggunya.
Nazar memutar perseneling mobil ketika mobil nya tak sengaja hampir menabrak pohon. Pria itu menatap tajam pada Kirana yang kini sedang mengatur posisi duduk nya yang tadi sempat terdorong ke depan, untuk Kirana memakai sabuk pengaman jika tidak maka dahi mulusnya akan menjadi korban.
"Apa kau tidak bisa diam dan berhenti bertanya? Jangan mengganggu konsentrasiku, sudah tahu jalan disini begitu licin" bentak Nazar membuat Kirana merasa bersalah, gadis itu hampir membahayakan nyawa mereka.
"Baiklah aku akan diam dan berhenti bertanya" ucap Kirana final pada akhirnya.
Nazar kembali fokus. Namun saat dia menstater mobil nya justru mobil nya tidak bereaksi apapun, dicoba sekali tidak bisa hingga berkali-kali tetap saja mobil itu tak hidup. Nazar memukul kemudi nya dengan kesal.
"Ayo kita turun tidak mungkin kita terus terpaku pada mobil yang mogok ini, bisa-bisa kita akan kehilangan jejak" ucap Nazar kemudian turun dari mobil yang disusul oleh Kirana.
Akhirnya mereka berjalan dengan berhati-hati karena tanah yang tercampur dengan lumpur tergenang dimana-mana. Kirana menghampiri Nazar dan kemudian mereka berjalan bersisian terkadang pria itu membantu Kirana ketika kaki Kirana terjebak oleh genangan lumpur. Untung saja sebelum berangkat Nazar menyarankan agar dirinya memakai sepatu bot, ternyata feeling sang Mayor kuat juga.
"Tunggu sebentar aku akan melihat denah yang sudah Alki buat" kata Nazar melepaskan pegangan tangan nya pada Kirana kemudian meraih selembar kertas yang ada di telinga ransel milik nya yang sedang digendong.
Nazar menatap denah tempat disana, menyamakan dengan tempat yang mereka berada sekarang. Dalam denah tersebut dinyatakan setelah menyusuri jalan berlumpur mereka akan menemukan sebuah danau kemudian Nazar memandang ke depan, tidak ada tanda-tanda keberadaan danau disana. Itu berarti perjalanan mereka masih panjang.
"Kita harus berjalan kesana hingga kita menemukan sebuah danau" pandu Nazar kemudian meraih lengan Kirana dan mereka berjalan bersama-sama.
✏✏✏
"Kita sudah berjalan mengelilingi tempat ini dari beberapa jam yang lalu tapi kita belum menemukan danau sama sekali bahkan kita tidak menemukan tanda apapun disini" ungkap Kirana yang merasa sudah lelah, mungkin awalnya dia akan diam saja tapi sekarang tidak bisa ditahan lagi kaki nya seperti akan patah ditambah jalanan yang tidak mendukung.
"Entahlah aku pun sangat bingung, jalan yang kita lewati terasa sama" ucap Nazar yang juga merasakan apa yang Kirana rasakan tapi pria itu tidak berkata apapun atas kelelahan nya, pikirnya untuk apa dikatakan? Memang dengan cara mengumbar kelelahan nya akan menghilangkan rasa lelah nya? Sama sekali tidak.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Kirana yang kini wajah nya sudah tidak berbentuk, banyak cipratan lumpur disana bahkan celana dan bajunya sudah kotor.
Kirana mengalihkan pandangan nya pada Nazar dan berpikir kenapa baju pria itu terasa masih bersih, hanya bagian bawah celana nya yang kotor dan berhasil dia lipat. Kirana menatap pada tubuh nya sendiri lalu menghela nafas melihat dirinya sendiri yang sudah kotor karena lumpur.
"Lebih baik kita istirahat sebentar" seru Nazar sambil menyapukan pandangan ke sekelilingnya. Nazar menangkap sebuah rating pohon besar yang tergeletak disana tak jauh dari tempat mereka berada. Akhirnya Nazar menarik tangan Kirana dan membawanya kesana.
"Duduklah" perintah Nazar yang tidak bisa dibantah. Kirana duduk disana sambil meluruskan kakinya yang pegal. Begitupun dengan Nazar pria itu melakukan hal yang sama.
Nazar mengambil botol minum di dalam tas ransel kemudian meminum nya dengan nikmat hingga jakun nya naik turun. Kirana yang melihatnya hingga tak terasa mulutnya ikut terbuka dan menelan saliva nya sendiri. Nazar yang sadar diperhatikan menatap ke arah samping.
"Mau?" tawar Nazar sambil menyodorkan botol minuman nya yang langsung dijawab anggukan oleh Kirana "ambil" lanjut Nazar sambil menyimpan botol itu langsung ke tangan Kirana. Gadis itu tidak menghabiskan kesempatan dengan cepat dia meminum nya.
Tenggorokan Kirana terasa segar yang awalnya kering sudah kembali segar karena minuman pemberian dari Nazar, lihatlah kebodohan Kirana. Dia sendiri lupa untuk membawa minum nya, tapi untunglah Mayor nya sedang berbaik hati maka nya kenapa dia dengan cepat meminum pemberian dari Nazar takut jika pria itu berubah pikiran. Tahu sendiri Mayjen Kirana orang nya seperti apa?
Beberapa menit mereka beristirahat. Merasa tubuhnya tidak selelah seperti yang pertama mereka rasakan akhirnya mereka melanjutkan perjalanan sebelum hari semakin sore dan semakin gelap yang menyulitkan tugas mereka.
***
Tbc
Happy reading!!
Please Vomen nya selalu ditunggu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal Case ( In Love)
Misterio / SuspensoDemi mengungkap kematian keluarga nya Kirana nekad bergabung dengan team AICC untuk memecahkan setiap kasus kriminal namun akankah ia akan bertahan ketika harus menerima bahwa mitra nya adalah seorang Mayjen yang menyebalkan serta super menjengkelka...