Langit sudah menggelap, matahari telah terbenam dari beberapa jam yang lalu namun baik Kirana ataupun Nazar masih berada di dalam hutan belantara itu. Mereka belum menemukan jalan kembali bahkan kini mereka terjebak, seperti ada yang memanipulasi jalan nya sehingga setiap mereka menemukan jalan pasti berakhir pada jalan yang sama yang pernah mereka lewati.Beberapa persediaan makanan sudah habis, ponsel sudah tidak bernyawa karena habis baterai hingga pakaian mereka basah kuyup karena hujan beberapa menit yang lalu. Kirana berpikir lengkap sudah penderitaan nya.
Kirana tidak pernah berpikir jika pekerjaan nya sekarang sangatlah berat bahkan ia belum pernah membayangkan nya. Gadis itu memijat kedua kaki nya yang dirasa cukup pegal dan bersandar di batang pohon yang berdiri tegak di sekitar nya. Haus bahkan lapar campur aduk dengan lelah yang harus Kirana rasakan. Kirana menoleh ke arah samping dimana Nazar berada, gadis itu bergedik bahkan pria itu tidak menunjukan ekspresi apapun misal nya seperti lelah, muram atau seperti dirinya yang kini sudah mendumal karena kelelahan.
"Kau tidak cape?" tanya Kirana pada Nazar sehingga perhatian pria itu sepenuh nya padanya.
"Jangan bercanda!" ketus Nazar merasa konyol jika menanggapi pertanyaan dari Kirana.
"Tapi kenapa kau hanya diam biasa saja seperti tak merasa apapun?" tanya Kirana lagi.
"Apa dengan cara mendumal seperti mu akan membuat rasa lelah, haus bahkan lapar ku hilang, tidak kan?" jawab Nazar dengan nada sindiran di bagian perkataan nya.
"Tidak tapi.. "
"Sshh.." Nazar menempelkan jari telunjuk di depan bibir nya bertanda agar Kirana diam dan gadis itu menurut dengan gerakan yang Nazar berikan "kau dengar?" tanya Nazar yang kini jari telunjuk nya melayang di udara di samping telinga nya.
#@*#*¥%&-#+;#
Kirana mengangguk ketika mendengar suara yang terdengar tak jauh dari tempat mereka hingga dekat.. semakin dekat dan.. seketika gadis itu melompat dan bersembunyi di balik tubuh Nazar.
"Aku sangat takut" gumam Kirana di balik tubuh Nazar dengan dagu bersandar di bahu pria itu.
"Diam! Kau bisa diam?!" bentak Nazar pada Kirana yang kini sudah membenamkan kepala pada bahu nya.
Nazar melangkah perlahan mencoba menelisik siapa atau apa yang menjadi sumber dari suara krasak-krusuk yang mereka dengar. Baru dua langkah tubuh Nazar kembali tertarik ke belakang pasal nya Kirana menarik tas ransel yang sedang ia kenakan.
"Apa kau gila?! Jangan menarik ku seperti itu, aku ingin tahu siapa di balik semak-semak tersebut" Nazar benar-benar di buat kesal oleh Kirana, akhirnya Kirana dengan tak rela melepas pegangan tangan nya dan lebih memilih diam tak bergerak walau se-inci dari tempat nya.
"Angkat tangan kalian" ketika jarak mereka satu meter dari semak-semak munculah tiga orang yang memakai topeng hitam darisana. Sontak Nazar maupun Kirana mengangkat kedua tangan mereka, apalagi gadis itu semakin bersembunyi di balik punggung Nazar.
Dua orang menodongkan revolver dan ditengah mereka menodongkan senapan laras ganda sehingga Nazar semakin kalut, dengan terpaksa Nazar meraih revolver milik nya di balik baju dan menodongkan kepada mereka.
"Siapa kalian?" tanya Nazar mencari tahu informasi tentang mereka, siapa tahu mereka ada sangkut pautnya dengan kasus nya.
"Jangan tanya apapun pada kami karena kami tidak akan pernah menjawab nya" jawab mereka sarkas kemudian semakin mempersempit jarak mereka. Nazar semakin mundur dan agak susah karena di belakang nya ada Kirana.
"Please Kirana dalam keadaan genting seperti ini jangan bertingkah konyol" bisik Nazar pada Kirana yang ada di belakang nya.
"Tapi aku benar-benar takut" lirih Kirana.
"Apa kau sadar dengan apa yang kau ucapkan? Kau seorang calon detektive serangan musuh tidak berarti apapun" sarkas Nazar yang sudah naik darah.
"Ta-tapi.."
"Mundur apa kita akan mati bersama" ucap Nazar begitu tajam membuat Kirana mau tak mau menurut.
"Menyerahlah dan kembali ke tempat asal kalian, disini bukan tempat kalian" ucap orang itu yang berada di tengah mereka.
"Menyerah? Itu bukan misi kami" jawab Nazar menantang pada mereka.
"I-iyah itu bukan misi kami" tambah Kirana yang kini sudah berdiri di samping Nazar ikut menantang para penjahat meski raut ketakutan sangat kentara tercipta di wajah nya.
"Tikus" cibir orang bertopeng itu lagi membuat amarah Nazar dan Kirana memuncak.
"Enak saja dia memanggil kita tikus, kita itu singa si raja hutan" ucap Kirana bangga dengan tangan sudah ada di depan dada.
"Hahaha" tawa para penjahat berkumandang ketika mendengar ucapan konyol dari Kirana membuat Nazar menunduk dan merutuki atas tingkah laku Mitra nya, memalukan.
BOOM..
Gerakan tiba-tiba para penjahat menyerang mereka, bukan bom yang penjahat itu lemparkan namun sesuatu yang meledak dan mengeluarkan banyak asap sehingga Nazar terbatuk-batuk tanpa bisa melihat sekitar nya.
"Sial" umpat Nazar ketika asap itu mulai mereda dan di sekitar nya kosong, penjahat itu kabur.
Nazar memutar kepala ke arah samping dan tak menemukan Kirana disana, Nazar semakin murka mereka membawa Kirana juga. Kemana harus ia mencari ketika tak ada jejak sedikit pun.
✏✏✏
"Ukhuk.. Ukhuk.. " gadis itu terbatuk ketika kesadaran nya kembali melingkupi nya. Ia melihat sekitar yang tidak ia kenal sama sekali. Barang-barang bertumpuk dengan pencahayaan yang minim, udara yang cukup menyesakan mungkin ruangan itu di bangun tanpa ventilasi udara.
Kirana bangkit namun tubuhnya serasa kaku, mata itu menjalar ke arah tubuh nya dan ia sedang terikat ditalikan ke kursi yang sedang ia duduki. Kirana takut, matanya sudah memerah. Ia mencari keberadaan Nazar namun pria itu tidak ditemukan.
"Salve!¹ Buon giorno²" suara bass menggema disana sontak Kirana menatap pada seseorang yang sudah berdiri satu meter di hadapan nya, entah datang darimana.
Kirana menatap pria bertubuh tegap, tinggi dan putih terlihat jika ia bukan berasal dari warga Indonesia asli dan Kirana tahu karena tadi pria itu menyapa nya dengan bahasa asing yang tak pernah dia mengerti.
"Aku ingin pulang!" teriak Kirana pada orang itu dan meronta minta dilepaskan namun pria itu hanya diam dan tersenyum.
"Maaf nona tapi aku tidak akan pernah melepaskan mu" ucap pria itu menggunakan bahasa indonesia sedikit cadel mungkin belum terbiasa.
"Siapa kamu?" tanya Kirana dengan air mata yang sudah membasahi pipi nya.
"Anthonio Javerri" pria itu mengenalkan dirinya sambil ibu jari nya ia gunakan menghapus pipi Kirana "gadis cantik seperti mu tidak pantas menangis" lanjut nya.
Kirana memalingkan wajah nya menjauhi setiap sentuhan yang Anthonio berikan. Gadis itu meronta mencoba melepaskan ikatan yang menali tubuhnya, lengan nya sudah memerah karena Kirana banyak bergerak.
"Aku mohon lepaskan aku" lirih Kirana meminta dilepaskan.
"Maaf aku tidak bisa melepaskan mu" ucap Anthonio tanpa bantahan kemudian bangkit dari jongkok nya kemudian berlalu meninggalkan Kirana.
Gadis itu merinding menatap kepergian nya, hari ini benar-benar hari terburuk bagi nya. Kirana mengingat Nazar kemudian berteriak dalam hati semoga pria itu bisa merasakan panggilan nya meski pun Kirana yakin itu tidak akan pernah bisa, Kirana hanya berharap pria itu akan datang menyelamatkan dirinya.
***
Tbc¹ halo (sapaan bahasa italia)
² selamat pagi (dalam bahasa italia)

KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal Case ( In Love)
Misterio / SuspensoDemi mengungkap kematian keluarga nya Kirana nekad bergabung dengan team AICC untuk memecahkan setiap kasus kriminal namun akankah ia akan bertahan ketika harus menerima bahwa mitra nya adalah seorang Mayjen yang menyebalkan serta super menjengkelka...