07

210 33 9
                                    


Pria itu menunduk dengan menenggelamkan wajah ke telapak tangan, bokong nya ia hempaskan di sebuah pohon yang runtuh mungkin karena tertebas angin. Matahari sudah muncul di ufuk timur namun pria itu masih terdiam tanpa melakukan pergerakan apapun, hatinya kalut dan baru kali ini ia merasa begitu.

Sepuluh jam sudah berlalu kekacauan masih melingkupi dirinya, perasaan nya tidak menentu bingung harus mulai darimana. Kejadian demi kejadian sudah seperti kepingan puzzle yang teracak susah untuk disusun kembali.

"Argh!!" Pria itu mengerang penuh kekesalan sambil menyugar rambut nya. Sudah ia duga jika mitra nya hanya membawa petaka dan bukan membantunya justru akan semakin menambah masalah nya. Seperti sekarang ini, gadis itu malah di culik entah siapa yang menculik nya.

"Nazar" suara datang dengan gemuruh perpaduan antara nafas nya dengan jantung memompa begitu cepat.

Beberapa orang datang untuk memberikan bantuan, disana sudah ada David Mubarak Basloem sang kakak dengan beberapa rombongan seperti team evakuasi, juga tenaga lain nya. David sudah curiga karena adiknya pergi terlalu lama biasa nya Nazar akan menuntaskan pekerjaan nya secepat mungkin bukan lamban seperti ini. Entah apa yang mempengaruhinya, masalah nya yang pelik atau kemampuan nya yang berkurang.

"Kau baik-baik saja?" tanya David lagi namun tak ada jawaban dari adik nya.

David mengguncang bahu Nazar dan saat sang adik baru tersadar dari lamunan nya, David berdecak karena sedari tadi pria itu tidak mendengarkan nya.

"Ada apa? Oh yah, dimana Kirana?" tanya David ketika melihat sekitar tidak menemukan gadis yang menjadi mitra adiknya.

"Sekarang aku begitu yakin jika mitra yang ayah berikan padaku bukanlah orang yang berkemampuan, dia sama sekali tidak memiliki pengalaman dibidang kita kak" Nazar berucap mengabaikan pertanyaan dari kakak nya.

"Apa maksud mu? Ayah tidak mungkin mengirimkan orang yang salah" balas David mencoba meyakinkan pendapat adik nya adalah salah.

"Sudah jelas kak, coba kakak lihat bagaimana tingkah konyol nya saat menghadapi musuh, dan bagaimana dia menyerang? Mengerikan justru dia sekarang diculik" jelas Nazar.

David terkejut ketika mendengar bahwa Kirana telah diculik " Siapa yang melakukan nya? Apa ada hubungan nya dengan pembunuhan di rumah kosong itu?" tanya David.

Nazar menggeleng "aku tidak tahu siapa yang melakukan nya tapi aku yakin jika yang melakukan nya tidak ada urusan dengan kasus kita, dalam artian orang yang berbeda"

David mengangguk-anggukan kepala memahami setiap penjelasan dari adik nya "lalu kita akan melakukan apa selanjutnya" tanya David.

"Biarkan seperti ini" jawab Nazar membuat David membelakan matanya.

"Apa maksud mu? Jangan bersikap tolol seperti ini, kita tidak akan menyelamatkan Kirana?" David sudah murka dan menatap pada Nazar dengan tatapan tajam nya.

"Tidak akan. Biarkan saja dia pasti bisa menyelamatkan diri sendiri jika memang dia benar-benar bagian dari kita" jawab Nazar begitu santai.

"Kau gila, bagaimana .."

"Sudahlah kak, aku malas membahas ini lebih baik kita melanjutkan kasus kita" potong Nazar menatap malas pada kakak nya.

"Tapi Kirana adalah mitra mu bagaimana kau bisa melanjutkan kasus nya jika dia tak ada" ucap David.

"Jika kakak tak ingin membantu aku sendiri mampu melakukan nya" bantah Nazar yang kukuh dengan keputusan nya.

"Aku tidak habis pikir bagaimana kau menggunakan otak encer mu" dengus David.

"Kita lihat saja jika dia berhasil kembali aku akan mengajukan penaikan jabatan untuk nya seperti deputi atau kopral, tidak buruk kan?" Nazar menimpali kemudian membereskan barang-barang nya untuk bersiap kembali ke markas, ia berpikir tempat ini tidak banyak membantu atau mungkin saja para musuh mengecoh nya agar tak bisa menyelesaikan kasus nya dengan tempat seperti ini.

✏✏✏

Dorr.. Dorr..

Dua tembakan melesat begitu cepat mengenai kepala seseorang yang kini sudah terhempas ke tanah dengan kondisi kepala sudah bolong, darah segar berceceran disana.

Pria yang menembak nya menarik sudut bibirnya seakan yang ia lakukan adalah hal yang pantas dan memang adalah kewajiban, kewajiban bagi nya membunuh bagi siapa saja yang menentang nya. Pria itu memasukan kembali revolver milik nya ke balik jas hitam yang sedang ia kenakan dan beralih menatap pada seorang gadis yang kini terpojok di antara tumpukan karung.

"Kau lihat apa saja yang bisa aku lakukan?" tanya pria itu kemudian melangkahkan kaki nya mencoba menghapus jarak diantara mereka.

"Jangan mendekat!" teriak seorang gadis yang kalut karena dirinya baru saja melihat bagaimana manusia dibunuh dengan sadis oleh pria yang ada di hadapan nya.

Anthonio Javerri? Siapa yang tidak tahu pria itu? Dia adalah seorang ketua mafia dari gengster bernama Apphlio, pengedar berbagai macam barang Narkoba yang berhasil, setiap pengiriman nya akan selalu mulus tanpa harus terendus oleh hukum. Selain itu Anthonio juga terkenal dengan seorang pengusaha hebat di bidang pengelola farfume yang sudah manca negara, bahkan yang bisa memiliki farfume dari perusahaan nya hanya orang yang terpandang seperti Artis, kolega-kolega besar, atau bahkan seorang presiden. Kekayaan yang melimpah dapat ia gunakan untuk menutup mulut bagi siapa saja yang mengetahui sisi gelapnya. Dalam umur nya yang ketiga puluh pria tampan itu sudah menduduki seorang pengusaha terkaya di dunia tanpa tahu jika ia adalah seorang ketua mafia.

"Kirana Sukmawati, benar?" tanya Anthonio tanpa melepaskan pandangan dari sosok Kirana yang tersudut.

Kirana mengangkat kedua alis nya, dalam hati bertanya bagimana pria asing itu mengetahui nama nya tapi ia tahan karena menurut nya tidak penting sama sekali pasti setiap tawanan akan dicari biodata nya apalagi Kirana bukan siapa-siapa sehingga orang lain akan dengan mudah mencari biodata nya.

"Jangan bingung karena aku banyak tahu tentang dirimu jadi berhati-hatilah bersikap" ucap Anthonio tegas kemudian menyentuh kedua bahu Kirana untuk membangunkan gadis itu "kau harus mengikuti setiap perkataan ku jika tidak kau akan bernasib sama dengan orang itu" tambah Anthonio sambil menunjuk orang yang sudah terbujur kaku dengan simbahan darah di dekat nya.

Kirana mengangguk dengan takut membuat Anthonio tersenyum kemudian melepas dasi yang sedang ia kenakan. Pria itu membalikan tubuh Kirana lalu melilitkan dasi di permukaan mata Kirana dan menarik simpul di belakang kepala nya. Anthonio menuntun tubuh Kirana untuk berjalan dengan kondisi mata Kirana yang tertutup dasi, pria itu akan membawa Kirana yang entah kemana yang tahu hanya tuhan dan Anthonio sendiri.

Kirana hanya merasakan kegelapan karena mata yang sudah tertutup dengan kedua tangan pria itu yang memeluk bahunya mencoba menuntun langkah nya. Dalam hati Kirana berdoa semoga dirinya kali ini tidak bernasib buruk. Kirana berharap ada yang menolong jika pun tidak gadis itu berharap dapat melarikan diri dari pria yang kini membawa nya.

***
Tbc

Happy reading..

Semoga suka dengan chapter ini, lanjut nanti ok 😉.

Jujur aku suka banget sama tokoh Anthonio, move on ah dari Nazar.. Wkwk..

Please Vomen nya selalu ditunggu, jangan jadi silent readers guys  😉😂😊

Criminal Case ( In Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang