4. Freak!

1.5K 157 23
                                    

Hai! Call me Sara!

[SELALU HARGAI PENULIS, DENGAN TINGGALKAN VOTE⭐️ & KOMEN💬]

•FOLLOW AKUN WATTPAD AKU, CERITA AKAN DI PRIVAT ACAK•

Happy reading!
_______

4. Freak!

***

"Masih pagi."

Suara berat itu membuyarkan lamunan Sena yang berdiri di atas rooftop sambil menikmati sebatang rokok.

"Apaan sih, kembaliin!" Sena mencoba meraih rokok yang diambil Galen.

"Ga baik nge-rokok pagi-pagi."

"Emang ada urusannya sama lo?!"

"Ada," Galen menjatuhkan rokok itu lalu menginjaknya hingga hancur. "Gue tinggal di bumi jadi semua hal yang menyangkut kerusakan alam serta lapisan-lapisannya jadi tanggung jawab gue."

"Emang lo gak ngerokok?!"

"Marah-marah mulu, nanti cepet tua." Galen mengalihkan topik sambil mengacak-acak gemas rambut Sena.

"Ishh!" Sena menyingkirkan tangan itu.

"Udah sarapan belum?"

"Udah."

"Udah mandi?"

Sena menoleh kesal. "Menurut lo?"

"Belum, biasanya orang kalo abis mandi tuh bawaannya adem, gak kaya gini."

Sialan!

Tanpa sepatah katapun Sena putar balik, meninggalkan Galen.

"Eh mau kemana?!"

Tunggu, Sena berhenti melangkah saat kepalanya tiba-tiba kepikiran sesuatu. Dia berbalik menatap penuh curiga ke arah Galen.

"Lo kok tau gue disini?"

Bukannya menjawab, Galen justru melempat senyuman penuh arti.

"Freak!"

Masa bodo dengan orang gila satu ini.

***

"Lo kenapa Sen?"

Liona memutuskan bertanya karena sejak mereka masuk ke dalam ceffe hingga sekarang kepala Sena terus bergerak tak tenang, melirik ke segala arah.

"Ada orang aneh suka ngikutin gue."

"Siapa?"

"Fans." jawab Sena datar.

"Dih-" Liona, Tasya dan Amora saling adu pandang.

"Cape gue jadi orang cantik."

Liona memutar bola mata malas. "Anjir untung lo temen gue, kalo gak udah gue ceburin ke laut!"

"Udah ah gue mau ke toilet dulu." ujar Sena sambil bangkit berdiri lalu pergi, mengabaikan tatapan aneh dari ketiga temannya.

Sementara itu, tanpa mereka sadari ada sosok yang duduk di sudut caffe, diam-diam terus memperhatikan Sena.

Bahkan saat Sena berdiri, dia juga ikut berdiri dan melangkah ke arah yang sama.

***

Area halaman belakang posko sore ini sengaja di kosongkan. Karena mereka kedatangan Vanska, gadis itu memohon diberi kesempatan untuk bicara empat mata dengan Galen.

Vanska, gadis pengguna seragam SMA lain itu tampak mencebikkan bibir kesal saar melihat Galen hanya menatapnya sekilas tanpa menunjukan minat atas kehadirannya. Padahal dia sudah datang jauh-jauh, bahkan tadi dia mampir dulu ke salon supaya telihat lebih cantik di mata Galen.

"Kok kamu berubah sih?" Vanska buka suara menarik atensi Galen.

"Mau lo apa?"

Pertanyaan singkat itu berhasil memunculkan air di pelupuk mata Vanska namun, buru-buru dia mengusapnya.

"Aku mau kita kaya dulu!"

"Dari dulu kita gak ada apa-apa."

"Kamu jahat."

Dua kata itu membuat Galen menatapnya lebih tajam.

"Aku kasih segalanya buat kamu, aku ngorbanin banyak hal buat kamu. Tapi sekarang kamu ngehindarin aku?"

"Gue gak pernah minta."

Vanska menatap tidak percaya sifat Galen sudah berubah 180 derajat. "Kamu punya cewek baru ya?"

"Bukan urusan lo."

"Itu jadi urusan aku, Galen!"

"Jangan ganggu gue lagi."

Genangan air di pelupuk mata Vanska tidak bisa dibendung lagi.

"Gak bisa, kamu milik aku!"

"Sejak kapan?" Galen berdiri menatap tajam Vanska. "Dari awal gue gak pernah bilang suka sama lo. Semua respon yang gue kasih ke elo itu cuman sebatas rasa kasihan."

Plak!

"Brengsek!" Vanska menampar keras rahang tegas itu dengan tatapan memburam akibat air mata.

"Dari awal lo tau itu."

Vanska mengangguk. "Dan bodohnya gue pikir bisa merubah itu."

"But, you can't."

Gadis itu tertawa miris. "Lo ga pernah mencintai seseorang kan, Gal?"

"I swear, lo bakal berakhir menangisi seseorang itu nanti." lanjutnya tajam.

***

Setelah selesai dengan urusan alamnya, Sena keluar dari toilet wanita. Tapi baru selangkah, matanya melebar mendapati sosok familiar berdiri di dekat tembok sambil menatap lurus ke arahnya.

"Vincent!"

"Hai Sen, apa kabar?"

GALENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang