Suga POV~

19 0 0
                                    

Sedangkan Suga masuk ke kamar V untuk memastikan kalau dia baik-baik saja. Dan saat suga membuka pintu yang ia lihat adalah V sudah menghilang dari kamarnya. Dia tidak ada ditempat tidurnya. "Kemana dia? Apa sesuatu terjadi padanya?"Suga bertanya pada dirinya sendiri. Karena tidak ingin membuat yang lain ikut panik, iapun memutuskan untuk memeriksa kamar mandinya terlebih dahulu. Tapi nihil, dia tidak menemukan V bahkan dia sudah mencari kesegala penjuru ruangan itu tapi tetap saja tidak ketemu. "Kemana dia sebenarnya?"tanya suga pada dirinya yang panik. Karena takut terjadi apa-apa pada V, iapun memutuskan untuk keluar dan berbicara pada yang lainnya. Lalu saat Suga baru akan memulai katanya, tiba-tiba "Aaahhh! ~"suara teriak yang tidak asing bagi telinga mereka. Suara itu ternyata Dari kamar Suga. Suga yang tau Sumber suara itu langsung berlari kearahnya. Saat Suga membuka pintu, ia melihat ada orang yang sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ia duduk dengan sangat tenang. Yah!  Itu adalah V yang dari tadi Suga cari-cari. "V kau kenapa?"tanya Jin hyung. Suga tau kalau ada yang aneh dengan V. Tadi dia berteriak seperti sedang kesakitan, tapi sekarang dia terlihat baik-baik saja. Suga hanya bisa mengerutkan dahi pertanda kalau dia sedang bingung sekarang. "Eoh? Anni... Gwaenchana."jawab V seperti tidak terjadi apa-apa. Lalu karena Suga penasaran bagaimana bisa V masuk ke kamarnya tanpa ia ketahui, padahal dia dari tadi tidak pernah jauh dari kamrnya, bahkan dia selalu memperhatikan kamarnya itu. "V bagaimana kau bisa masuk ke sini? Padahal aku tidak melihatmu masuk tadi."tanya Suga yang penasaran. V tidak menjawab pertanyaan Suga tapi dia melakukan hal yang tidak pernah Suga bayangkan sebelumnya. V mencekik Suga dengan sangat kuat hingga Suga kesulitan bernafas. Saat melihat V mencekik Suga, yang lain berusaha untuk menghentikan V tapi tidak mudah untuk menghentikannya. Suga benar-benar butuh oksigen sekarang sangat!. "V le~pas~kan!"dengan susah payah Suga berbicara. Tapi V tidak mau melepaskannya. Dari ekspresinya, terlihat kalau dia sangat marah dan sepertinya benar-benar berniat untuk membunuhnya. Yang lain tetap membantu Suga agar lepas dari cekikan V, dan akhirnya mereka berhasil melepaskan Suga dari V. Suga benar-benar hampir mati kehabisan oksigen. Dengan keadaan yang lemah karena kekurangan oksigen, suga berusaha untuk menenangkan dirinya. "Apa yang ada pada dirinya saat ini? Ini bukanlah dirinya. Tapi siapa dia?"batin suga saat melihat V yang habis mencekiknya. Suga pun dibawa ke ruangan tengah tempat mereka duduk-duduk tadi. Disana suga ditemani Jungkook, Jimin, dan J-hope. Sedangkan Jin dan Namjoon sedang menenangkan V. "Ada apa ini?  Kenapa jadi seperti ini? Dimana aku sebenarnya? Ini bukanlah tempatku. Aku yakin ini bukan dunia nyata."gumam Suga yang sadar kalau ada yang salah dengan situasinya ini. "Hyung...  Hyung...  Bangun hyung! Kita sudah sampai."ucap seseorang yang mirip dengan seekor kelinci yang sangat lucu. Itu Jeon Jungkook. "Ah?  Sudah sampai? Sampai dimana? Memangnya ini dimana?"ucap suga. "Aish hyung... Kita diapartemen sekarang. Ayo turun."kata jungkook sambil menarik tangan Suga. "Apa yang terjadi? Kenapa aku disini?"suga masih bingung. "Ah...  Hyung tadi kau tidur dijalan saat pulang dari supermarket tadi."jawab jungkook seadanya. Suga hanya bengong mendengar penjelasan jungkook. "V mana V?"tanya suga ke jungkook. "Dia sudah masuk ke apartemen hyung."jungkook. Suga langsung berlari menuju apartemen dan mencari V. Jungkook yang melihat kelakuan hyungnya, hanya bisa menatapnya bingung. Setelah cukup jauh ia berlari, iapun melihat sosok yang ia cari-cari. "V~!"teriak suga. Merasa dirinya dipanggil, iapun menoleh kesumber suara. Suga dengan cepat menghampirinya dan "V maafkan aku yang tadi menarik telingamu di supermarket yah."ucap suga mantap. V menatap suga sejenak, untuk memastikan kalau hyungnya ini baik-baik saja. Tidak biasanya suga meminta maaf padanya. "Ah iya hyung gwenchana. Tidak perlu khawatir nado gwenchana."V menjawab lalu tersenyum dengan senyuman khas miliknya.
Melihat senyuman V, ia tau kalau semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi apa-apa, semua yang ia lihat tadi hanyalah sebuah mimpi. Suga pun tersenyum lalu masuk ke apartemen mereka dengan senyuman lega dibibirnya yang manis itu.
~"Laura POV"~
"Mom~ Dad~ i'm home~"Teriak Laura saat masuk rumah. Tapi tidak ada jawaban, ia berpikir sejenak lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar orangtuanya. Tapi dia tidak menemukan mereka selanjutnya ia kedapur untuk bertanya "bi~ mommy and daddy not at home?"tanya Laura sambil meneguk air mineral. "Ya noona, tuan-nyonya belum pulang dari luar negeri makanya tidak ada dirumah"jawabnya dengan lengkap. Mendengar jawaban itu, ia mendudukkan dirinya yang terasa lemas mendengarnya. Diraihnya ponsel dari dalam saku lalu menekan nomor orangtuanya. Tit...  Tit...  "Hello honey, how are you?"suara seorang wanita yang ia rindukan saat ini kini menggema ditelinganya. "Mom? Kapan kalian akan pulang? Bukankah seharusnya kalian pulang hari ini?"tanpa menjawab pertanyaan ibunya tadi ia langsung melontarkan pertanyaan. "Sorry honey, kita gak bisa pulang hari ini karena mendadak ada meeting dengan client penting. Jadi kita harus mengundurkan hari kepulangan kita honey. Mendengar jawaban dari ibunya, rasanya kini jantungnya sedang tertusuk pedang yang sangat tajam. Rasa rindu yang ia pendam selama beberapa Bulan belakangan ini kini harus ia rasakan lagi. "Baiklah honey, mommy tutup yah...  Clientnya sudah datang. Bye honey jaga dirimu."ucapan terakhir ditelepon. Laura hanya bisa diam saja mendengar kata itu. Rasanya saat ini ia ingin sekali menangisi hidupnya yang miris ini. Sejak beberapa tahun lalu, orang tuanya pergi bekerja keluar negeri untuk mengembangkan bisnis mereka, ia mulai merasa kesepian karena tidak ada orang tuanya yang selalu memberikan ia Kasih sayang setiap hari. Ia hanya bisa mengobati rasa kesepiannya itu setelah 2/3 Bulan sekali dan itupun hanya sepekan waktu yang ia punya. Kini waktu yang ia tunggu-tunggu harus terundur karena client. "Apakah client itu lebih penting dari diriku? Apa aku sudah tidak penting lagi bagi mereka? Kenapa harus seperti ini? Aku sudah lelah.sangat lelah dengan keadaan ini.selalu saja,selalu saja hal ini terulang. Kapan kalian akan sadar kalau aku ini sangat membutuhkan kalian disini?"batinnya yang sakit. Laura bangkit dan menuju kamarnya dengan hati yang sakit dan sedikit kesal. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasurnya. Kata-kata ibunya itu kembali berputar dipikirannya. Kini yang ia rasakan hanyalah sakit, sedih,dan kesal yang menjadi satu. Tak sadar, air matanya mengalir saat mengingat kata ibunya tadi dengan masa lalunya yang begitu bahagia. "Aku merindukan kalian. Sangat merindukan kalian. Cepatlah pulang Mom~ Dad~ aku membutuhkan kalian disini."gumamnya.
|Sekarang sudah menunjukkan pukul 7:30 a.m, tapi Laura belum bangun. Wajar saja, ini adalah akhir pekan kuliah libur hari ini. Dia sengaja bermalas-malasan karena mengingat tidak ada kegiatan lain yang bisa ia lakukan selain bangun sarapan, dan menghabiskan waktunya dengan duduk diam dirumah. Laura adalah tipe anak yang tidak suka berkeliling tidak jelas dihari libur. Ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca dan membaca.| sekarang sudah pukul 8:00 a.m ,Laura bangun dari hibernasinya lalu menuju kekamar mandi untuk menyegarkan dirinya. Setelah itu, ia turun kebawah untuk sarapan. Tidak biasanya ia sarapan dijam begini. "Bi~ sarapannya udah?" laura "udah noona"jawabnya. Lalu wanita yang ia panggil bibi- itu, menyiapkan sarapan untuk Laura. Lalu laura langsung melahap sarapannya dengan cepat. Ingin sekali rasanya bibi itu bertanya pada laura karena keterlambatan bangunnya pagi ini. Tapi Bibi itu tau kalau Laura sedang sedih karena orang tuanya tidak jadi pulang, tapi ia tidak ingin menambah kesedihannya dengan bertanya padanya. Hanya dalam 5 menit, Laura menghabiskan sarapannya lalu bangkit dari duduknya menuju ke kamarnya kembali seperti akhir pekan biasanya. "Apa yang akan aku lakukan? Kalau mom and dad ada disini pasti aku sudah keluar bersama mereka menghabiskan akhir pekan bersama. Tapi sayangnya mereka tidak ada disini."gumamnya. Lalu ia berpikir sejenak untuk memikirkan kegiatan yang akan ia lakukan hari ini. "Mmm...  Baca buku bosan, nonton TV bosan, main game bosan, duduk diam dirumah juga bosan. Apa yang akan aku lakukan?  Apa aku coba untuk jalan-jalan diluar saja?  Ah...  Lebih baik keluar saja...  Aku bosan dirumah terus." gumamnya lalu segera menarik jaket dan kunci mobilnya lalu berlari kecil menuruni tangga. Hari ini ia ingin mencoba menjalani akhir pekannya dengan hal baru,yaitu berjalan-jalan diluar. Saat keluar rumah "pagi noona...  Anda ingin kemana?"tanya pengawal pribadinya "aku akan berjalan-jalan sebentar"jawabnya singkat lalu melanjutkan mobilnya keluar halaman rumahnya yang cukup besar itu. Diperjalanan "aku akan kemana? Apa aku ke pantai saja?  Atau ke restoran? Atau supermarket?  Atau.... "Pemikirannya terhenti sejenak saat mendapatkan tempat yang tepat untuk membuatnya bahagia hari ini. "Ah...  Benar...  Taman...  Kenapa tidak terpikir dari tadi...  Pasti disana lebih menyenangkan"ucapnya lalu tersenyum kecil. Ia pun berhenti di Taman yang cukup besar dan ramai itu. Disebelah tamannya juga terdapat berbagai wahana permainan. "Wah...  Tidak salah aku memilih tempat ini. Ramai sekali ada juga wahana permainanya juga. Aku akan manfaatkan hari ini untuk mengobati rasa sedihku."gumamnya lalu melangkahkan kakinya memasuki Taman untuk berjalan-jalan dan menikmati suasana disana. Laura cukup terhibur dengan suasana disana. Setelah berkeliling ditaman, ia pun melanjutkan langkahnya menuju ke tempat wahana permainan. Ia melihat-lihat disekelilingnya untuk mencari sesuatu yang menyegarkan, karena ia cukup lelah mengelilingi Taman tadi. Lalu kedua matanya tertuju pada satu tempat. "Es krim! Itu dia es krim!" gumamnya, lalu menuju ketempat es krim dan membelinya. Setelah itu, ia mencari tempat untuk menikmati es krimnya. Ia pun duduk dan melihat sekitarnya, sangat ramai sampai harus mengantri untuk menaiki wahana permainan. Laura menikmati es krimnya dengan santai, lalu tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dan sontak iapun menoleh kearah tepukan itu "Hai Laura!  Kau disini? Tumben sekali kau berada ditempat seperti ini."ucap seseorang yang menepuk pundaknya itu sambil duduk disamping Laura. "Aku hanya bosan saja. Makanya aku kemari."ucap Laura dengan Santainya. "Oh...  Begitu rupanya. Lalu dimana orang tuamu? Bukankah kau seharusnya bersama mereka?"tanya orang tadi "mereka tidak pulang. Mereka sedang sibuk."ucap Laura dengan tenang. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya. Mendengar jawaban Laura, pria yang duduk disampingnya sekaligus orang yang menepuk pundaknya tadi menoleh kearah Laura dan menatapnya. Ia tau kalau Laura berusaha menyembunyikan kesedihannya. "Aku tau kau sedih. Tidak usah menyembunyikannya dariku."ucap pria yang bernama Steve Jobs itu. Pria ini merupakan temannya dikampus. Ia adalah satu-satunya teman pria yang Laura miliki. Laura hanya memiliki 3 teman yaitu Steve, Jeanne dan Michelle. Laura tidak suka berteman dengan sembarang orang. Jadi ia memilih tiga orang ini untuk menjadi temannya karena ia percaya pada mereka. "Ck! Sok tau kau. Siapa bilang aku sedih?" ucap Laura "sudahlah aku tau itu. Kau tidak usah bohong. Aku bisa liat itu dengan jelas."ucap Steve. Mendengar jawaban Steve, hati Laura perlahan mulai tenang karena kini, ia bersama seseorang yang mengerti akan perasaannya. "Aku sangat beruntung mendapatkan teman sepertimu Steve."gumam Laura "kita main yuk!"ucap Steve lalu bangkit dari duduknya. Laura menoleh kearah Steve seakan bertanya "apa? " "ayo kita main. Kau pasti tidak pernah bermain seperti ini kan?"ucap steve. Laura masih saja bengong dengan ucapan Steve. Steve yang melihat Laura yang sedang bingung, langsung menarik tangannya dan membawanya ke arah salah satu wahana disana. "Mau kemana?"tanya Laura. "Sudah ikut saja. Aku yakin kau pasti akan suka"ucap Steve percaya diri. Laura hanya mengikuti arah Steve menariknya,Sampai disebuah wahana. "Apa ini?"tanya laura sambil melihat wahana itu. "Apa... "Steve langsung menarik tangan Laura yang baru saja ingin bertanya. Steve menyuruh laura duduk agar perlengkapan keamanannya segera dipasang. Laura melanjutkan pertanyaannya tadi "apa nama wahana permainan ini?"Laura "rollercoaster"jawab steve. "Tunggu apa?  Rollercoaster katamu? Tidak! Tidak! Aku tidak mau naik. Aku tidak suka naik ini! Cepat turunkan aku! Aku mau turun sekarang. "Ah...  Sudahlah duduk diam saja diana. Sebentar lagi akan jalan."ucap steve. Laura tau apa yang akan terjadi habis ini. Ia akan pusing karena takut akan ketinggian. "Tidak tidak! Pokoknya aku mau turun! Cepat aku mau turun!"ucap Laura dengan nada yang meninggi. Mendengar itu, steve menoleh ke arah Laura dan ia melihat wajah Laura seakan-akan takut dengan permainan ini. Tapi Steve tidak menggubrisnya dan tetap akan membuat Laura naik wahana ini. Tak lama kemudian wahananya pun bergerak dan berjalan maju. Saat itu pula, jantung Laura seakan-akan copot saking takutnya. "Sudah terlambat! Matilah aku." batin Laura. Wahananya semakin lama semakin cepat dan begitu juga dengan detak jantung Laura. steve terlihat sangat menikmati permainan ini, tapi tidak dengan laura. Ia sangat tegang karena ketakutan. Sepanjang permainan, ia hanya menutup matanya dan berusaha untuk mengatur pernafasnnya. Setelah ia rasa wahana itu berhenti, ia pun turun dengan kaki yang gemetaran dan nafas yang sesak. Steve yang menyadari hal itu langsung bertanya"kau baik-baik saja?"tanya Steve yang sedikit khawatir. "Aku... Aa.. Aku... "Belum menyelsaikan ucapannya, ia sudah roboh karena lemas. Steve pun menggendong Laura untuk dibawa ke klinik terdekat. Diperjalanan, laura mengatakan "kenapa kau menyuruhku naim itu? Aku takut ketinggian. Untung saja aku tadi tidak mati karena ketakutan."ucapnya dengan nada lemah. Untuk pertama kalinya ia mendengar ucapan Laura dengan nada yang lemah seperti itu. Steve merasa bersalah karena memaksanya untuk naik tadi. Tapi Laura memahami maksud Steve. Ia tau kalau steve hanya ingin menghibur dirinya. "Tidak apa-apa. Kau kan tidak tau kalau aku takut ketinggian. Sekarang kan kau sudah tau jadi jangan memaksaku melakukannya lagi. Dan tidak usah membawaku ke klinik.aku akan baik-baik saja." Tambah Laura. Lalu steve mengikuti perkataannya. Kini laura dan steve berada ditaman dekat wahana tadi. Tiba-tiba mata laura tertuju pada seseorang yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. Matanya membulat seketika saat melihat orang itu. Orang itu adalah....

Wah...  Typo bertebaran dimana-mana. Gak terasa sampai 2235 kata juga.
Oke ini bagian ketiganya maaf kalau gaje, mohon saran dan kritik. Jangan lupa Voment. 😉

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang