"Dell cepetan, gue harus latihan dulu nih," seru Ditya yang sudah menyalakan mesin motor di parkiran rumah. Della yang masih di ruang tamu cepat-cepat mengikat tali sepatu satunya lagi yang belum terikat sempurna.
Della berlari ke parkiran rumah lalu beringsut naik sedangkan Ditya sudah duduk di jok depan motor besarnya yang berwarna merah.
"Udah? Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Ditya yang kepalanya sedikit menengok ke belakang. Della meraba-raba tas selempangnya sambil berpikir. "Gak ada ka." Ditya mengangguk lalu memundurkan motornya ke belakang sambil melihat spion motor.
***
Ditya men-drible bola basketnya lalu melemparkannya ke arah Rafa. Rafa di seberang sana sudah siap untuk menerima lemparan bola basket dari Ditya segera menangkapnya. Tangkas menghindar dari lawannya yang juga merupakan temannya. Kini mereka sedang latihan untuk tanding persahabatan satu jam lagi.
Rafa berhenti men-drible bola ketika kakinya tepat berada di luar garis, segera melemparkan bolanya ke ring lalu masuk.
Three poin.
Ditya bersorak, mengangkat tangannya ke udara sambil berlari ke arah Rafa, dipeluknya sahabatnya itu secara laki-laki.
"Hebat lo Raf, semoga nanti kita menang."
Rafa terkekeh lalu matanya tidak sengaja menatap seorang perempuan sedang duduk sendiri di barisan tempat duduk penonton sambil memegang ponsel dengan ekspresi muka kesal.
Ditya menatap arah pandang sahabatnya itu lalu menepuk punggung Rafa. "Itu adik gue."
Rafa masih memperhatikan perempuan itu lalu tersenyum tipis. "Itu adik lo? Kok beda ya sama lo."
"Ya bedalah, dia cewe gue cowo."
"Ya maksud gue bukan gitu. Maksudnya ga ada yang mirip di kalian."
"Muka Bokap nurun ke gue, sedangkan Nyokap nurun ke adik gue."
Memang benar hampir seluruh inci muka Ditya turun dari ayahnya yang berwarga Indonesia asli yang memiliki raut wajah tegas dan rahang yang kokoh, sedangkan adiknya memiliki wajah ibunya yang kental akan ke-bule-bule-an. Membuat Della memiliki pupil mata berwarna coklat terang yang sinkron dengan warna kulitnya yang putih pucat dan warna rambutnya yang coklat gelap. Berbeda dengan kakaknya, Ditya yang memiliki pupil mata berwarna coklat gelap dan rambut yang hitam legam.
Rafa mengangguk lalu menoleh ke arah Ditya. "Adik lo cantik juga ya."
Ditya tertawa. "Lo mulai tertarik sama adik gue?"
Rafa mengangkat bahunya sambil berkata. "Gak."
Ditya merangkul Rafa lalu menepuk beberapa kali pundaknya. "Kita nggak tau kedepannya kayak gimana. Coba gue liat nanti."
Rafa terkekeh lalu menatap Della yang masih sama dengan posisinya tadi.
"Adik lo mirip artis-artis luar gitu ya mukanya."
"Emang mirip siapa sih? Menurut gue nggak mirip siapa-siapa deh."
"Mirip Emma Watson." Rafa melirik Ditya yang tertawa terbahak-bahak di sampingnya. "Kenapa lo ketawa?"
Ditya yang cukup lama tertawa, berhenti sambil mengatur nafasnya. "Gak apa-apa sih. Gue masih aneh dengernya setiap ada orang yang mikir dia mirip Emma Watson."
Rafa menyikut perut Ditya yang mulai tertawa lagi sambil memperhatikan Della yang beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan area pertandingan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Land Of Memories
Teen Fiction"Gue nggak ngerti, cara pikir tepatnya tindakan lo yang enggak sinkron sama hati lo sendiri."-Chelsea Adella Franziska "Demi apapun gue bisa terima lo, tapi apa benar hati lo bisa nerima gue apa adanya?"-Attala Rafa "Gue tulus. Gue beneran tulus sam...