Karina memandangi Resya yang tidak memalingkan sedikitpun tatapannya dari benda yang ditemukannya tadi.
"Jangan tatap mata gadis itu kalau kalian ketemu dengannya" ucap Karina pada akhirnya.
Resya dan Gea yang sedari tadi hanya diam tak bergeming menatap Karina. Menurut mereka memang aneh. Saat Crishtine datang tadi, entah mengapa Gea merasakan lidahnya kelu, begitu juga dengan Resya.
"Aku rasa ada sesuatu yang mengganjal pada Crishtine. Saat dia bicara pada kalian, warna matanya berbeda. Seperti ada kilatan biru. Aku tahu, apa yang aku katakan sekarang tidak masuk akal, tapi aku rasa Crishtine memiliki sihir"
Resya nampak berfikir sejenak, alisnya saling bertautan saat melihat benda yang ia temukan tadi itu. Batu merah darah yang berada di sekitar ukiran itu, nampak tidak mungkin bisa memantulkan cahaya matahari. Lalu apa yang membuatnya silau saat itu? Resya ingat saat ia pertama kali menemukan benda ini saja hanya bercahaya redup dari pinggirannya saat di terpa matahari, jadi serasa tidak logis jika benda ini sempat tertangkap matanya saat itu.
"mungkin benar, sihir, atau bisa jadi semacam ilmu hitam"
Karina dan Gea sekarang penasaran melirik ke arah Resya. Tidak masuk akal memang, di zaman yang cukup modern ini ada hal yang masih kental dengan sihir terlebih ilmu hitam.
Suara pintu di ketuk mengagetkan mereka bertiga. Gea melirik jam dinding lalu mengkerutkan keningnya. Ini pukul sebelas malam, siapa yang berkunjung ke kamar mereka?
Ketiga gadis itu saling tatap sementara waktu, sampai akhirnya mereka kembali dikejutkan dengan suara pintu yang diketuk lagi.
Karina yang paling dekat dengan pintu beranjak dan hendak membuka pintu. Gadis tinggi itu cukup terkejut ketika tak ada seorangpun berdiri di depan pintunya. Ia menoleh ke arah kanan dan melihat lorong sudah sepi dan hanya di terangi cahaya remang. Ia menoleh ke arah kirinya, hanya ada sebuah bayangan yang hilang di tikungan menuju tangga.
Karina hendak menutup pintu namun kemudian sadar akan sesuatu. Apa ia melihat bayangan? Gadis itu kembali melihat ke arah kiri yang gelap. Bayangan siapa itu? Pikirnya.
Karina menutup pintu sambil menggelengkan kepala. Bingung dengan pikirannya sendiri, atau matanya yang sudah mulai lelah sehingga berhalusinasi.
"Siapa Rin?"
Karina menoleh ke arah teman-temannya. Ia menggeleng "tidak ada siapapun disana" ucap Karina lalu naik ke tempat tidur.
"Lebih baik kita tidur, sudah mulai larut" ucap gadis itu lalu menarik selimutnya sebatas dada.
Resya menatap kedua temannya yang sudah meringkuk di atas tempat tidur. Setelah Gea dan Karina mematikan lampu tidur mereka, kamar itu hanya di terangi caha remang dari lampu milik Resya. Resya mengamati langit-langit kamar yang kosong. Ia masih memikirkan benda aneh yang ia temukan itu. Ia menyelipkan tangannya di bawah bantal untuk mengambil dan kembali mengamati benda itu.
Resya menghela nafas beratnya lalu kembali menyelipkan benda itu di bawah bantalnya. Ia mencoba memejamkan matanya, berharap ia dapat terlelap seperti kedua temannya yang sepertinya sudah jatuh ke alam mimpi.
Kamarnya sangat sunyi, gadis itu bahkan bisa mendengar detak jantungnya. Ia juga mendengar tetesan air dari keran kamar mandinya. Suara tetesan itu mengganggu telinga Resya. Gadis itu mendadak gelisah, ia bisa merasakan keringat dingin mengalir dari pelipisnya.
'Tap...Tap...Tap'
Resya mengerutkan keningnya. Itu adalah suara langkah, siapa yang kira-kira sedang berjalan di luar sana?

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAWL
Horror'Apa jadinya asrama yang awalnya terasa tenang dan nyaman berubah? Tidurlah sebelum lewat tengah malam, atau kau akan melihatnya tengah melewati kamarmu melalui celah pintu, atau mungkin merangkak di bawah tempat tidurmu' Menceritakan seorang gadis...