BAB VII

60 8 0
                                    

Perasaan gadis itu benar-benar terpukul, dia sudah terduduk dengan isakan kecil yang terdengar di salah satu bilik kamar mandi. Entah mengapa sulit sekali mengatakan apa yang sebenarnya tengah terjadi di asrama itu pada orang lain. Crishtine benar-benar takut, takut membahayakan banyak orang. Tapi kalau Crishtine menceritakan apa yang terjadi, apa teman-temannya tidak akan menganggapnya gila? Crishtine berharap keputusannya tengah malam tadi benar, semoga Resya bisa mengerti.

Gadis itu bangkit dari duduknya sambil menghapus air matanya. Perlahan ia keluar dari bilik kamar mandi dan menghampiri wastafel. Matanya tidak bengkak, namun terlihat kalau dia habis menangis.

Crishtine berjalan melewati koridor, saat melewati kelas Resya, Crishtine bisa melihat sekilas kalau Resya tengah melihatnya lewat. Crishtine menghela nafasnya dan masuk ke dalam kelas yang berada persis disampingnya.

Crishtine bisa melihat seisi kelas sempat melihat kearahnya, gadis itu hanya menunduk dan berjalan ke arah tempat duduknya yang berada di pojok belakang. Tempat orang yang diasingkan.

Dari ekor matanya, Crishtine bisa melihat orang yang duduk di serong kanannya yang berjarak satu bangku berdiri dan berlari meninggalkan kelas. Bukan apa-apa, hanya Gea yang akan mencari Resya dan mengatakan kalau melihatnya habis menangis. Crishtine tahu itu, pikiran Gea mudah di tebak, tidak seperti Resya.

***

Mereka berlima kini sudah duduk di salah satu meja kantin. Beberapa siswa yang lewat pasti sempat melihat ke arah mereka dengan tatapan penasaran. Bagaimana bisa?

"Ini minuman kalian"

Bertambah satu orang lagi yang membawa enam gelas minuman. Dio duduk memperhatikan kelima orang tadi yang masih diam. Tidak ada yang memutuskna untuk mulai berbicara. Bingung dengan apa yang akan dikatakan terlebih dahulu.

Masing-masing hanya meminum minumannya sampai habis setengahnya. Terdengar suara helaan dari Andrean.

"Kalau tidak ada apa, aku akan pergi"

Crishtine membuka percakapan membuat yang lain sedikit tersentak. Gadis itu berdiri dan hendak pergi, namun tangannya dicekal oleh Resya.

"Aku yang akan bicara"

Crishtine duduk kembali dan menatap Resya dengan serius. Gadis yang ditatap menunduk sambil memainkan sedotan yang berada di gelasnya.

"tidak bisakah kamu cerita tentang apa yang sebenarnya terjadi? Siapa itu Crishelda?"

Crishtine mengerjapkan matanya beberapa kali, gadis itu tengah berfikir. Apa ini waktunya untuk mengatakan yang sebenarnya pada Resya? Crishtine menatap satu-persatu orang di meja itu yang tengah memperhatikannya dengan penasaran.

Crishtine merasa kalau mereka benar-benar peduli padanya. Crishtine menghela nafasnya.

"Dia kakakku. Kakakku yang sudah meninggal dengan tragis"

Semua orang yang berada di meja makan itu menahan nafasnya merasa tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Crishtine. Crishtine menghela nafasnya lagi.

"Resya, sebaiknya kamu baca buku yang kamu dapat semalam. Pertanyaanmu akan terjawab penuh disana. Tidak banyak yang di tulis oleh Crishelda. Mungkin hanya enam bagian" ucap Crishtine.

Resya mengangguk paham. Crishtine tersenyum pada mereka semua sampai akhirnya pergi berlalu meninggalkan meja makan itu. Suasana terasa amat canggung. Bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pembicaraan itu seperti hanya dimengerti oleh Crishtine dan Resya saja.

***

17 September 2014

Berada di gedung asrama 3 Schofield High School.

CRAWLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang