Ruang makan terasa amat sunyi, semua tidak ada yabg bersuara. Makan dengan tenang dan berbisik dalam sunyi. Resya menatap sekelilingnya, teman-temannya hanya diam dan tidak mebahas apapun di meja makan.
Setelah mengetahui soal Crishtine, teman-temannya awalnya menolak untuk membantu dan bekerjasama karena menganggap kalau Crishtine berbahaya. Resya mencoba meyakinkan kalau Crishtine mengetahui banyak hal, dan dia memiliki jawaban untuk semua pertanyaan yang berada di kepalanya.
Resya mengedarkan pandangannya. Gadis berwajah dingin itu tidak ada di setiap jengkal ruang makan, mungkin dia sedang berkeliling dan tidak berniat makan malam. Hujan sudah terdengar sejak tadi, semakin malam semakin deras dan juga disertai petir yang bergemuruh.
Suasana semakin gelap dan dingin, sup bening di mangkuk ini mungkin cukup membantu untuk menghangatkan badan menurut Resya.
Resya menatap teman-temannya sekali lagi, ya ia hanya bertiga tidak seperti biasanya. Andrean duduk di tempat yang berbeda bersama Dio dan Reza. Gadis itu menghela nafasnya, rasanya ada yang aneh ketika ia jauh dari laki-laki itu. Tapi laki-laki itu juga tidak kalah dingin.
Resya menggeleng pelan lalu mengaduk supnya tidak selera.
Suara teriakan mengejutkan mereka semua yang berada di ruang makan, Resya saling pandang dengan kedua temannya, lalu ikut berdiri seperti siswa lainnya. Perlahan mereka keluar dari pintu besar ruang makan dan berkupul di lobi.
Ada seorang gadis yang berdarah di dekat tangga, gadis itu seperti habis jatuh terguling dari tanggga. Resya menautkan kedua alisnya, kenapa dengan gadis itu?
Resya mengedarkan pandangannya dan melihat Crsihtine berada tidak jauh dari kerumunan. Resya semakin penasara, darimana saja gadis itu?
Resya melihat Crishtine menatap gadis yang terjatuh tadi dengan tetepan kosong yang jelas sedikit berkaca-kaca. Crishtine mengerjapkan matanya beberapa kali lalu pergi entah kemana.
Resya menatap gadis yang terjatuh tadi, ada luka di pelipis dan lengannya, pipinya nampak memar. Beberapa siswa laki-laki membawa gadis itu menuju ruang kesehatan di luar asrama. Sepertinya gadis itu hanya pingsan
"Dia kenapa?"
Resya menoleh ke arah Gea yang berbicara, gadis itu kini sedang menutkan kedua alisnya dan masih menatap kerumunan yang nampak tidak berpindah kembali ke ruang makan.
"Sepertinya dia yang teriak tadi, terus jatuh"
Resya merasa ucapan Karina setelahnya benar, gadis itu pasti terjatuh dari tangga setelah dia teriak tadi, tapi kenapa dia teriak?
Resya berlari meninggalkan kerumunan dan kedua temannya yang menatapnya bingung. Crishtine pasti tahu sesuatu lagi. Tapi dimana gadis itu.
Resya sekarang sudah berada di luar gedung, hujan masih saja semakin deras dan petir sesekali menyambar. Resya memeluk dirinya sendiri untuk menjaga kehangatan badannya.
Matanya sibuk berjelajah, siapa tau Crishtine terlihat. Resya menghela nafas lega ketika melihat seorang wanita duduk di sebuah bangku beberap langkah dari gedung. Ia kehujanan, sengaja.
Resya menoleh masuk ke dalam untuk mengambil payung di dekat pintu masuk dan mendekati gadis itu.
Rasa dingin semakin terasa ketika kaki resya terkena cipratan air hujan. Wajahnya juga tak luput dari tampiasan. Bagaimana mungkin Crishtine bisa kuat berada disana beberawa waktu terlebih tanpa payung.
"Crish...."
"kenapa?"
Resya sedikit terkejut ketika rishtine tiba-tiba melontarkan pertanyaan pada Resya yang bahkan belum selesai menyebut nama gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAWL
Horor'Apa jadinya asrama yang awalnya terasa tenang dan nyaman berubah? Tidurlah sebelum lewat tengah malam, atau kau akan melihatnya tengah melewati kamarmu melalui celah pintu, atau mungkin merangkak di bawah tempat tidurmu' Menceritakan seorang gadis...