Bab 17 - When You Fall in Love

4.1K 357 21
                                    

Setelah semalaman mengompres kening Aileen, menjelang pagi suhu tubuh gadis itu sudah turun. Pucat wajahnya sudah berganti warna. Gavin meninggalkan gadis itu untuk menyiapkan sarapan. Seperti kemarin, ia ke kamarnya dulu untuk memesan sarapan dari sana, lalu membawanya kembali ke kamar Aileen. Para staf mungkin penasaran kenapa Gavin memesan makanan sepagi ini. Ini bahkan belum jam empat.

Namun, ketika Gavin akan masuk ke kamar tidur Aileen dengan sarapannya, pintu itu terkunci. Gavin mengernyit. Apa Aileen tidak mau melihatnya lagi?

"Kau harus makan, Aileen," Gavin berkata cukup keras dari balik pintu agar Aileen bisa mendengarnya.

"Aku akan makan setelah kau pergi. Tinggalkan saja makanannya di meja makan," balas gadis itu dengan keras dari balik pintu.

"Kau tak perlu berteriak, aku bisa mendengarmu dengan jelas," Gavin membalas, tak ingin gadis itu menyakiti tenggorokannya.

"Itu ... juga salah satu kemampuanmu?" Suara Aileen terdengar lebih pelan.

"Pendengaranku hanya lebih sensitif, itu saja," jawab Gavin.

Tak ada jawaban. Lalu, Gavin mendengar langkah kaki. Apa Aileen akan membukakan pintunya?

Harapan Gavin pupus tatkala Aileen berkata tepat di balik pintu,

"Kau juga tak perlu berteriak. Aku sudah berdiri di dekat pintu sekarang," Aileen berkata.

Gavin tersenyum getir. "Ya. Aku mendengar langkah kakimu tadi."

Lagi, tak ada balasan.

Setelah hampir lima menit, Gavin mendengar Aileen bertanya,

"Jika aku mengatakan pada orang-orang, tentang siapa dirimu, apa kau akan membunuhku?"

Gavin nyaris mengumpat mendengar itu.

"Aku sudah mengatakan padamu, aku tidak akan pernah menyakitimu," tegas Gavin. "Lagipula, tidak akan ada yang percaya dengan kata-katamu."

Aileen mendengus pelan. "Benar juga."

Kembali hening selama beberapa saat.

"Apakah teman-temanmu juga ... sama sepertimu?" tanya gadis itu hati-hati.

Gavin menarik napas dalam. "Ya."

Hening lagi.

"Sejak ... kapan kalian seperti itu?" tanya Aileen lagi.

Gavin mendengus pelan. Sejak kapan?

"Mungkin, sejak lahir. Meski kami tidak langsung bisa berubah menjadi serigala sejak lahir. Aku pertama kali berubah ketika remaja. Aku ..." Gavin menghentikan kalimatnya, mendadak merasa lucu karena menceritakan semua ini pada Aileen dengan cara seperti ini. Namun, dalam hati ia senang karena bisa jujur pada Aileen tentang ini.

Terdengar desahan berat dari dalam. "Apa kau selalu berubah setiap malam bulan purnama?"

"Dulu, ya. Setiap malam bulan purnama, aku dan teman-temanku akan berubah dan berburu. Karena itu kami membuat pondok itu. Tapi, sudah bertahun-tahun ini kami meminum obat yang bisa membuat kami melewati rasa sakit menjelang bulan purnama itu. Dengan obat itu, kami tidak perlu berubah untuk mengakhiri rasa sakitnya. Tapi, jika tidak meminum obat itu ... seperti yang kau lihat kemarin ... aku akan kesakitan dan harus berubah untuk mengakhiri sakitku itu."

Tak ada reaksi selama beberapa saat setelah Gavin mengakhiri penjelasannya. Apa yang Gavin harapkan?

Gavin sudah akan pamit ketika Aileen bertanya lagi,

Wolf in Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang