Bab 13 - Believe Me

4.1K 368 42
                                    

"Kau benar-benar memasak untukku?" tanya Aileen dari belakangnya.

Gavin tersenyum. Ia bahkan tak bisa menghitung berapa kali ia tersenyum seharian ini. Seperti yang dikatakan Aileen, bahagia itu bukan tentang apa yang dilakukan, tapi dengan siapa ia melakukannya.

Sejak mereka tiba tadi, mereka hanya duduk di ruang tengah dan mengobrol tentang banyak hal. Gavin bahkan tak ingat berapa kali ia tertawa karena cerita Aileen tentang teman-teman sekolahnya di luar negeri.

"Kau suka daging, kan?" Gavin balik bertanya.

"Kau masak apa dagingnya?" Aileen penasaran. Gadis itu berusaha mengintip dari bahu Gavin.

"Hanya kubumbui seadanya dan kugoreng. Tak bisakah kau menunggu saja di ruang tengah?" Gavin meminta.

"Tidak bisa. Aku kesepian di sana sendirian," ucap Aileen dengan nada nelangsa.

Gavin tak dapat menahan tawa. "Kau bahkan bisa melihatku dari sana."

"Tapi kau tak ada di sampingku."

Ugh! Gavin berusaha menenangkan debar jantungnya. Apa Aileen sadar jika ia baru saja menjatuhkan bom di dada Gavin?

"Kau bisa memasak?" Gavin mengalihkan pembicaraan.

"Bisa. Makanan instan. Seperti mi instan." Aileen mengatakannya dengan bangga.

"Kau bisa memasak untukku kapan-kapan," usul Gavin.

"Kau mau makan malam hanya dengan mi instan?" cibir Aileen.

"Bukankah tadi kau sendiri yang bilang, yang terpenting bukan apa, tapi dengan siapa," Gavin mengingatkannya.

"Tapi, yang logis sajalah. Jika kau hanya makan mi instan, kau tidak akan kenyang," sanggah Aileen. "Yah, kecuali kau memakan dua atau tiga bungkus," ia menambahkan.

"Apa itu berarti kau akan memasakannya untukku?" Gavin memastikan.

Aileen mendengus pelan. "Hanya, jangan menyesal karena meminta."

"Tidak akan," sahut Gavin mantap. "Dan aku sudah selesai. Kau bisa mengambil air minum di kulkas dan membawanya ke ruang tengah."

"Oke!" Aileen menjawab riang sembari memutar tubuh dan pergi ke kulkas. "Wah, kau punya stok daging banyak sekali," gumam Aileen.

"Untuk jaga-jaga," Gavin membalas. "Dulu, istri Kai sangat suka daging. Jadi, aku menyiapkannya sebanyak itu. Siapa tahu kau juga suka."

"Tapi tentu tidak sebanyak itu," dengus Aileen geli. "Apa kau pikir aku ini serigala?"

Gavin mengernyit.

"Omong-omong, tempat ini mengingatkanku pada dongeng itu. Tentang serigala dan si tudung merah. Kau juga tahu ceritanya?" tanya Aileen seraya berjalan ke ruang tengah.

Gavin berdehem. "Aku pernah mendengarnya, tapi aku tak begitu ingat."

"Itu dongeng favoritku ketika aku masih kecil. Kakek sering membacakannya untukku," ucap Aileen.

Gavin menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Itu hanya dongeng.

Setelah memindahkan masakannya ke piring, Gavin menyusul Aileen ke ruang tengah. Gadis itu bersenandung pelan sembari mencomot telur goreng.

"Ini akan enak dimakan dengan dagingnya," ucap gadis itu.

Sementara Aileen mulai sibuk makan, Gavin menatap gadis itu lekat. Jika dia tahu siapa Gavin sebenarnya ...

"Kau tidak makan?" tanya Aileen ketika Gavin hanya duduk di tempatnya menatap gadis itu.

"Oh, aku sudah kenyang. Tadi aku mencicipi cukup banyak sambil memasak," Gavin beralasan.

Wolf in Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang