Bab 2 - That Girl

8.2K 522 47
                                    

Outlet street adalah salah satu fasilitas yang populer di hotel Carlson di kota ini. Berada di komplek hotel, outlet-outlet itu berada di satu jalan, berjejer rapi di kanan dan kiri jalan. Outlet yang ada di sana bukan hanya outlet-outlet kecil. Setiap outlet berada di bangunan dua sampai empat lantai.

Selain outlet, fasilitas outdoor lainnya adalah taman, lapangan untuk jogging, tenis dan lain-lain. Para pria biasanya menghabiskan pagi dan sore di lapangan olahraga, sementara para wanita akan berbelanja di outlet. Taman itu disediakan untuk anak-anak. Tidak hanya bunga dan pemandangan indah yang disajikan di taman, tapi ada juga area bermain untuk anak-anak.

Namun, karena Kiel, Gavin mungkin akan mempertimbangkan menambahkan wisata hutan di sini. Gavin sendiri sudah terlalu lama tidak bermain di hutan karena pekerjaannya. Lagipula, berkat obat dari Serge, kakak pertama Kai, setiap malam bulan purnama kini Gavin tak perlu berubah dan berburu.

Gavin tak menyangkal, ia merindukan hutan. Ia merindukan saat ia berlarian di tengah hutan bersama teman-temannya. Merindukan saat berlarian di bawah hujan, adu cepat, latih tanding.

"Ini toko milik Y Group dari keluarga Yudhistira, kan?" tanya Kai ketika mereka tiba di depan outlet empat lantai.

Gavin mengangguk. "Mereka tidak membuka cabang lain di kota ini, jadi outlet yang ada di sini eksklusif. Outlet ini salah satu yang membawa banyak pengunjung. Aku sudah memberitahumu ketika kau pertama mengunjungi outlet street dulu, omong-omong."

Kai mengangguk cuek. Ia lantas mengajak Gavin masuk ke outlet.

Para staf BeY Fashion yang sudah mengenal Gavin dan Kai seketika berkumpul menyambut mereka di depan pintu. Namun, Gavin tak menemukan keberadaan si Aileen-Aileen itu. Benarkah dia pemilik outlet ini? Apkah dia benar-benar bagian dari keluarga Yudhistira dari Y Group? Namun, kenapa Gavin sama sekali tak mendapat berita tentang kedatangannya?

Pencarian Gavin akan sosok mungil itu berakhir saat ia mendengar suara langkah menuruni tangga dan senandung riang. Ia tak perlu melihat untuk tahu itu adalah si gadis mungil. Gavin mendampingi Kai berkeliling. Ia meminta para staf kembali bekerja karena toko juga ramai pengunjung.

Gavin tak tahu kenapa mendadak ia ingin tersenyum ketika aroma stroberi yang tadi pagi menangkap indra penciumannya, kembali menyapa hidungnya samar. Derap langkah itu menuruni tangga terbawah.

"Kau kenapa?" tanya Kai, seketika membuat Gavin meluruskan bibir yang nyaris melengkung.

Gavin berdehem. "Tidak apa-apa."

Dan aroma stroberi itu kembali menjauh, seiring derap langkah itu kembali ke atas. Gavin diam-diam mendesah berat ketika mereka melanjutkan langkah. Namun, Kai lantas berhenti di dekat tangga.

"Gadismu di sini?" Kai bertanya tanpa menatap Gavin.

Gavin pura-pura tak mendengar dan mendadak sibuk memilah-milah deretan pakaian di depannya.

"Jangan bilang, kau ingin mencoba memakai itu," celetuk Kai.

Tangan Gavin berhenti di gantungan one piece dress warna peach.

"Aku hanya melihat-lihat display," Gavin beralasan sembari menjauhkan tangan. "Kau tanya apa tadi?" Gavin menatap Kai dengan ekspresi datar.

Kai mendengus tak percaya. "Aku bisa membantu meninju telingamu jika kau sebegitu inginnya merusak pendengaranmu."

Gavin mendecak kesal. "Jika kau sudah selesai melihat-lihat, bisakah kita pergi?"

"Kau tak ingin melihat gadismu lebih dulu?" Kai menggodanya.

Wolf in Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang