Bab 1 - Tiga Gadis yang Hidup Bersama

16 1 0
                                    

"Huhuhu..."

"Ah, kamu kenapa sih? Cengeng banget."

"Sedih tau. Dasar kamu nggak punya perasaan."

"Cuma kayak gitu juga, nangis. Ini udah malam. Nanti dikira kita ada apa-apa."

"Tapi kan, kasihan, Ren."

"Ini kan, film lama. Bukannya kamu udah nonton berkali-kali?"

"Tetep bikin nangis."

"Yaelah, cuma film! Kamu tuh... berlebihan!"

"Ini tuh so sweet banget-"

BRAAKK!

Pintu kamar terbuka keras. Dari balik pintu muncul seorang gadis, rambut pendek ala Bae Suzy yang acak-acakan, piyama putih bergambar sapi, mata setengah terbuka, dan wajah marah - atau bisa dibilang frustasi menghadapi dua makhluk di depannya.

"Woy woy, kalian bisa diam nggak sih? Tahu ini jam berapa? Nggak ingat besok ulangan kimia?" bentaknya. Ia melirik sebal layar televisi yang sedang ditonton dua temannya, Harry Potter and the Deathly Hallows, part kedua. Dalam film itu sedang terlihat adegan Severus Snape memeluk Lily Potter yang mati dibunuh Voldemort.

Karen dan Yulia hanya melongo melihat Avi muncul sambil mengomel. Mereka sudah biasa mendapat omelan Avi. Kadang-kadang, karena terlalu kesal menghadapi mereka, Avi suka meracau. Ulangan kimia? Yang benar saja. Karen dan Yulia anak IPS, bukan IPA! Jelas-jelas hanya Avi yang akan ulangan besok, bukan mereka.

Avi mengambil remote DVD player di tempat tidur dan menekan tombol stop. Karen dan Yulia-atau lebih sering dipanggil Lala-langsung protes.

"AVIII!!!!" teriak mereka serempak.

Avi memandang mereka sebal. "Sekarang jam setengah satu malam! Nggak usah teriak keras-keras kayak lihat maling."

"Tapi jangan dimatiin dong, Vi," sahut Karen tak kalah sebalnya.

"Iya, lagi bagus-bagusnya nih," tambah Lala memelas.

"Bodo!" jawab Avi sambil membalikkan badan bergegas keluar kamar. Remote DVD player masih ada di tangannya.

Beberapa saat kemudian dia kembali ke kamar temannya. Wajahnya penuh rasa penasaran. "Kok kalian nggak ngejar aku?"

Karen dan Lala yang sedang melanjutkan menonton drama lagi-lagi melongo. Avi juga melongo melihat temannya bisa menyalakan DVD player kembali. Ia mengacung-acungkan remote di tangannya.

"Gimana bisa kalian menyalakan itu?" katanya menunjuk DVD player.

Benar-benar orang mengantuk dan orang bego itu batasnya cuma tipis sekali.

Karen geleng-geleng kepala. "Otakmu jangan ditinggal di tempat tidur dong, Vi."

"Hah?" Avi masih belum sadar.

"Emangnya kami nggak bisa menyalakan DVD player pake tombol manual?"

"Hah?"

Lala bangkit dan menghampiri Avi yang masih berdiri terkantuk-kantuk di ambang pintu menatap mereka bingung. Ia meraih remote dari tangan Avi.

"Kamu tidur lagi, gih," katanya pada Avi. Avi yang masih setengah sadar menurut dan langsung kembali ke kamarnya di sebelah.

"Terserah kalian deh, mau ngapain," katanya sambil lalu.

"Dia mengigau, ya?" tanya Karen kemudian.

"Kayaknya otak Avi udah penuh sama rumus kimia, deh. Aku curiga dia nggak ingat gimana caranya menyalakan shower air panas buat mandi besok pagi."

Karen tertawa.

When You Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang