Some just want everything
But everything means nothing if I ain't got you
("If I ain't Got You", Alicia Keys)
-----
Lala baru saja keluar dari studio musik sekolah dan bergegas ke ruang kerja majalah sekolah untuk menyerahkan artikel dari guru musiknya kepada tim redaksi. Ia sudah sampai di depan pintu ruang kerja majalah Teruna-nama majalah sekolah mereka-ketika mendengar suara isakan tangis dari dalam ruangan. Langkah Lala terhenti di depan pintu dan-walaupun ia tidak berniat untuk mencuri-dengar-mendengar percakapan dua orang yang ada di dalam ruangan Teruna. Seorang cowok dan seorang cewek. Sepasang kekasih? Oke, sepertinya dia datang di waktu yang salah.
"Ki, kamu tahu aku sayang banget sama kamu. Kamu tega, jahat," isak cewek itu.
Pintu ruang Teruna tidak sepenuhnya tertutup. Lala melihat seorang cowok berdiri di depan meja memandang cewek di depannya yang dari luar terhalang sosoknya oleh pintu. Sedikit terkejut, Lala mengenali siapa cowok yang ada di dalam. Rizki, fotografer majalah Teruna. Tapi dengan siapa? Pacarnya?
"Aku nggak ingin berbohong, karena, maaf, aku nggak punya perasaan yang sama seperti kamu," jawab Rizki tenang.
"Tapi, kenapa? Kemarin kamu bilang kamu sebenarnya bisa nerima aku, tapi kamu lebih mementingkan konsistensi kamu di sekolah. Dan hari ini kamu mempermalukan aku di kelas. Kamu jangan berusaha mengelak," kata cewek itu.
"Fenia, dengar. Kemarin aku berkata seperti itu, jujur saja, aku berbohong. Bagaimana bisa aku bicara jujur sementara kamu sedang menangis di tepi jembatan? Apakah aku tidak berpikir kalau kamu akan loncat secara nggak sadar? Maaf Fenia, ini untuk kebaikanmu juga. Kupikir tidak ada gunanya berpura-pura kalau pada akhirnya hanya akan menyakitimu. Sekarang atau nanti, pasti akan menyakitkan," jelas Rizki.
"Rizki, aku hanya ingin ada orang yang sayang sama aku. Aku merasa kesepian sejak orangtuaku bercerai. Apalagi saat Wida mulai memusuhiku. Aku merasa semua orang membenciku, aku nggak punya teman Ras... Kamu tahu itu. Dan aku belum pernah sesuka ini sama orang lain, aku suka banget sama kamu..."
Jadi nama cewek itu Fenia? gumam Lala dalam hati. Sepertinya dia broken home, dan broken heart. Kasihan sekali. Merasa berdosa mendengar percakapan orang lain, Lala kemudian berniat untuk meninggalkan tempat itu. Ia berbalik dan melangkah, dan...
BRUUKKK!!!
"Aahh..." erang Lala pelan. Ia menginjak tali sepatunya sendiri. Lala tersungkur ke depan. Telapak tangan dan lututnya terantuk lantai menahan tubuhnya. Sakit sekali.
Pintu ruang Teruna terbuka. Lala mendongak dan menoleh ke belakang. Rizki berdiri di depan pintu ruang Teruna, Fenia di belakangnya dengan mata sembab. Sejurus kemudian Rizki bergegas menolongnya berdiri. Wajah Lala memanas. Ia malu ketahuan mencuri-dengar. Untung saja mereka tidak mengenalnya. Ia pun mengenal Rizki hanya sebatas tahu bahwa dia adalah fotografer majalah sekolah.
"Aduh," Lala mengaduh pelan saat merasakan lutut kanannya nyeri ketika dipakai menopang tubuhnya berdiri.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Rizki memandang lutut kanan Lala yang berdarah tergesek lantai kasar di depan ruang Teruna.
Kamu tidak apa-apa? Jelas sekali ia kenapa-kenapa, masih basa-basi pula, gerutu Lala dalam hati.
Lala meringis. "Sedikit ngilu," jawabnya. Ia juga memandangi lututnya. Menyedihkan sekali, sepertinya ia kena karma gara-gara mencuri-dengar percakapan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Tell Me
Teen FictionJika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu - Kahlil Gibran ----- Itulah yang coba dipahami oleh ketiga sahabat ini - Avi, Karen, dan Yulia. Hidup dalam satu kontrakan yang sama, secara tidak langsung mereka menjadi s...