Karena aku tidak bisa menahan diri.
-----
Ponsel Avi bergetar karena panggilan masuk. Avi melihat deretan nomor tak dikenal di layar yang berkedip-kedip itu. Ia segera mengangkatnya.
"Hallo, selamat malam," jawabnya sopan, siapa tahu yang menelepon orang penting.
"Hallo, malam..." jawab suara di seberang.
Cowok? pikir Avi heran. Siapa?
"Maaf ini dengan siapa?"
"Sorry ganggu. Ini Avi, kan?"
"Iya..."
"Aku Hanif."
SIAPA? Avi beruntung tidak memekik saking kagetnya. Ada apa tiba-tiba Hanif menghubunginya? Ada masalahkah? Jangan-jangan mobilnya dulu tergores gara-gara nabrak dia? Lho, tapi kan Hanif yang nabrak? Bukan salahnya kalau mobil itu tergores atau rusak! Berbagai pertanyaan muncul di benak Avi.
"Avi?" tanya Hanif karena tidak ada jawaban.
"Oh iya, aku di sini. Ada masalah apa menghubungiku?" Avi segera tersadar dari lamunannya.
Hanif berdeham. "Aku hanya diminta Bu Rini memberitahumu kalau lusa ada pemeriksaan sekolah sehat dari Direktorat Jenderal Jakarta. Kita diminta mengkoordinir anak-anak untuk memastikan ruang olahraga, ruang ganti, dan tempat penyimpanan peralatan bersih. Kamu harus berangkat pagi besok."
"Kenapa aku tidak diberitahu?" protes Avi merasa terlalu mendadak untuk kerja rodi membersihkan ruangan-ruangan itu besok pagi.
"Bukannya sekarang aku sedang memberitahumu?" jawab Hanif ringan.
Avi mendesah. "Apa tidak bisa lebih mendadak lagi?"
"Lain kali akan kulakukan. Aku tidak tahu kamu lebih suka surprise."
"Oh, tidak, terima kasih. Aku sudah cukup sibuk dan jangan memberiku pekerjaan yang lebih mendadak lagi," dengus Avi. "Aku bisa gila."
"Bukan aku yang memberimu pekerjaan," ujar Hanif kalem.
"Ya, ya aku tahu. Tapi masa hanya kita yang membersihkan ruang olahraga? Tim olahraga yang lain?"
"Siapa bilang hanya kita? Aku nggak bilang aku hanya menghubungimu," jawab Hanif. "Klub tenis meja juga ikut membantu."
"That's good," Avi menghela napas lega.
"Okay, sudah dulu ya. Aku cuma mau kasih tahu itu."
"Yup. Thanks."
"Right. Bye."
"Bye."
Klik. Sambungan terputus. Avi sejenak termangu. Avi baru sadar, kenapa Hanif bisa dapat nomor ponselnya ya?
"Siapa Vi? Kayaknya berita nggak enak banget," tanya Karen sambil menambahkan creamer dengan dosis tinggi ke dalam cangkir kopinya. Avi bisa melihat minuman itu sampai tidak terlihat seperti kopi.
Mereka bertiga sedang santai duduk-duduk di depan meja makan sambil mendengarkan radio favorit mereka. Jarang sekali ada kesempatan seperti malam ini, malam bebas tanpa ada PR atau tugas yang harus dikerjakan. Kebetulan kelas Avi maupun kelas Lala dan Karen sama-sama free. Mereka juga sedang merasa jenuh belajar. Jadi mereka bertiga hanya duduk-duduk di kursi makan, mengobrol, makan camilan, mendengarkan radio, dan sesekali memandang gemerlap kota dari jendela di samping meja makan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Tell Me
Novela JuvenilJika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu - Kahlil Gibran ----- Itulah yang coba dipahami oleh ketiga sahabat ini - Avi, Karen, dan Yulia. Hidup dalam satu kontrakan yang sama, secara tidak langsung mereka menjadi s...