Bab 6 - Aku Beruntung Menemukanmu

7 0 0
                                    

Menurut orang bijak, kalah itu biasa.

Namun, apakah semua orang mau menerima?

-----

Lala keluar dari studio musik sekolah dengan wajah berseri-seri. Hari ini adalah hari terakhir seleksi lomba seni tarik suara antarsekolah. Dan ia terpilih untuk mewakili sekolahnya. Tidak sia-sia perjuangannya berlatih di kamar mandi -Karen hampir nekat mendobrak pintu kamar mandi sambil marah-marah saking lamanya Lala di dalam-, mengunyah kencur setiap pagi dan sore, rajin ke gereja tiap pagi, dan meminta doa restu kepada mama, papa, adik, dan teman-temannya -sebenarnya dengan sedikit mengancam teman-teman agar mendoakannya, bahkan menyuruh Avi sembahyang padahal bukan waktunya sholat. Masih terlintas di benaknya bagaimana Ibu Ayu, guru musiknya, mengumumkan hasil tahapan seleksi beberapa hari ini.

"Dari hasil pengamatan Ibu dan Pak Hari, menimbang, menilai, dan memutuskan, yang dapat mewakili sekolah untuk kategori penyanyi solo putri adalah," Bu Syair sengaja menggantung kalimatnya.

Lala menahan napas. Ia sangat berharap bisa mengikuti lomba ini, karena dengan mengikuti lomba ini dia mempunyai kesempatan untuk berprestasi seperti yang diharapkan mama dan papanya. Sedangkan tahun depan ia tidak bisa lagi mengikuti lomba tahunan ini karena usianya sudah di atas syarat peserta. Namun, ia mengakui bahwa saingannya dalam seleksi ini, Putri, memiliki suara yang tidak dapat diragukan. Terlebih lagi, Putri lebih berpengalaman dan tahun sebelumnya ia juga yang mewakili sekolahnya mengikuti kompetisi ini dan berhasil sampai tingkat provinsi. Lala harap-harap cemas, menunggu kalimat Ibu Syair selanjutnya sambil berdoa dalam hati.

"Putri," Bu Syair melanjutkan. Lala merasa lemas. Putri yang duduk di sebelahnya terlihat tersenyum puas. Sejak kemarin dia sudah yakin akan memenangkan seleksi ini.

"Maaf, tahun ini kamu tidak bisa mengikuti kompetisi ini. Kami mengakui sangat sulit menentukan antara kalian berdua, siapa yang akan mewakili sekolah kita. Kalian masing-masing mempunyai karakter suara, gaya, dan teknik vokal sendiri. Nilai kalian juga hanya selisih sedikit. Namun kami memutuskan untuk memberi kesempatan kepada Yulia. Yulia, selamat kamu yang akan mewakili sekolah kita," tambah Ibu Syair yang membuat Lala-apalagi Putri, terperanjat.

"Kami harap kamu dapat berusaha semaksimal mungkin dan membawa kebanggaan bagi sekolah kita."

Lala menahan diri untuk tidak melonjak dan bersorak. Ia senang sekali. Ia berdiri dan tersenyum lebar ketika Ibu Syair dan Pak Hari menyalaminya. Putri juga ikut memberi selamat kepadanya.

"Congrats," katanya sambil menjabat tangan Lala.

"Thanks," balas Lala sebisa mungkin tidak menunjukkan kebahagiaannya yang membuncah untuk menjaga perasaan Putri.

Namun Lala merasa ngeri melihat raut wajah Putri. Memang Putri tersenyum ketika menjabatnya, tetapi aura yang dipancarkan sangat dingin. Lala berusaha mencairkan keadaan.

"Eh, kamu kan, lebih berpengalaman dari aku, Put. Nanti ajarin aku ya, paling nggak kasih komentar dan masukan-masukan buat aku," kata Lala berusaha mencairkan suasana.

Putri tersenyum tipis. "Kan, udah ada Bu Syair dan Pak Hari. Mm, aku duluan ya," ujarnya sambil beranjak.

"Oh, oke," jawab Lala merasa tidak enak hati kepada Putri. Ia tahu selama ini Putri sudah sangat yakin bisa mewakili sekolah mereka. Setiap menulis status di jejaring sosial, Putri selalu menunjukkan keoptimisannya. Lala berharap kekecewaan Putri tidak bertahan lama. Rasanya canggung jika Putri masih dilanda kekecewaan.

When You Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang