Jean berhadap-hadapan dengan Neil Dawk di ruangan wakepsek. Rupanya di ruangan yang sama sudah ada kepala sekolah Pixis dengan kartu merah milik Jean di tangannya.
"Jean Kirstein. Kartu merah kamu penuh sekali ya?"
Jean berharap dia bisa mengatakan betapa tidak masuk akal tuduhan yang diarahkan padanya di sana, tapi dia terdiam. Dia takut kalau dia bicara, itu akan menjadi kesalahan dan daftar dosanya ditambahkan satu lagi. Dia tidak mau pindah sekolah, itu berarti dia tidak akan bisa melihat Armin lagi.
"Tapi isinya aneh banget. Duduk di taman, ke wc saat pelajaran dimulai, menguap saat pelajaran berlangsung, tidak aktif saat pelajaran olahraga, ketiduran di kelas--yang ini memang salah sih--tapi selebihnya aku tidak yakin parkir sepeda tanpa merantainya termasuk kesalahan yang bisa dimasukkan ke kartu merah ini. Nile, aku berharap sistem yang kau usulkan itu lebih masuk akal seperti kartu merahnya Eren ini..." Pixis mengambil kartu merah lain, milik Eren Jeager.
"Hanya ada dua kesalahan sejak pertengahan kelas satu kemarin saat sistem ini dibuat; bertengkar dengan Reiner Braun, kemudian merusak fasilitas sekolah yaitu sebuah gawang karena tendangannya kena tiang terus. Kartu merah Eren ini membuktikan kalau dia butuh pengendalian diri, sedangkan isi kartu merah Jean membuktikan ada seseorang yang tidak sabar untuk mengisinya penuh sehingga siswa ini keluar dari sekolah," kata Pixis, menatap tajam pada wakilnya, Nile.
"Ah, anda perlu tahu, kalau itu semua karena aku berharap Jean bisa jauh lebih baik daripada Eren, itu sebabnya aku lebih tegas padanya daripada Eren," kata Nile, sedikit gugup.
"Alasan aku memanggil kalian berdua kesini, adalah karena banyak guru yang ..." pintu ruangan wakepsek terbuka, Armin mendobrak masuk ke dalam ruangan wakepsek dengan kartu merahnya yang masih bersih dari pelanggaran apapun di tangan.
"Kepala sekolah Pixis! Aku ingin melaporkan diriku!" Armin meletakkan kartu merahnya yang bersih itu di atas meja yang sedang diduduki Pixis.
"Aku hari ini makan tanpa sendok di kantin, pergi ke WC dan tidak menekan tombol flush, menggambar di papan tulis, pergi ke sekolah tidak pakai kaus kaki, berlarian di koridor sekolah, menggunakan fasilitas sekolah berupa ring basket lebih dari satu jam, ..."
Pixis memotong ucapannya, "hei, Armin, jangan mengada-adakan masalah, semua yang kau lakukan itu bukan pelanggaran. Eh, tunggu dulu..."
Pixis memeriksa kembali kartu merah Jean dan semua yang disebutkan Armin itu tertera di sana. Bagaimana Armin tahu apa saja isi kartu merah Jean? Rupanya Armin sering membaca apa yang tertulis di sana dan dia tahu bahwa Nile Dawk memang sedang melakukan hal yang tidak baik terhadap Jean.
"Aku juga melakukannya, kenapa hanya Jean yang dihukum?" tanya Armin.
"Bisa kau jelaskan?" tanya Pixis sambil matanya melirik pada Nile.
"Sebelum membuat sistem kartu merah itu, aku sudah memperhatikan para murid di sekolah ini. Rata-rata mereka semua tidak suka akan keberadaan Jean Kirstein di sekolah. Aku hanya melakukan sesuatu yang membuat semua murid bahagia," kata Nile.
"Pak Dawke, anda tidak boleh menyertakan rasa benci anda ke dalam sesuatu yang harusnya anda lakukan dengan profesional," kata Armin dengan tegas.
Eren dan Mikasa kemudian ikutan masuk, Mikasa membawa kartu merahnya juga dan menyerahkannya pada Pixis.
"Aku mengunyah permen karet saat pelajaran berlangsung tadi karena kudengar melakukannya bisa membuat otak mengingat lebih baik, tapi berhubung Jean juga dikartu merah gara-gara itu, aku juga mau," kata Mikasa pada Nile Dawk.
"Kudengar Jean dikartu merah karena berjalan di koridor sekolah dengan sol sepatu berlumpur? Tebak, aku malah masuk ke ruangan anda dengan sol sepatu habis menginjak tahi," kata Eren sambil mengangkat sol sepatunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Dekat-Dekat, Maho!
FanfictionSetelah Jean menjauhi Armin, Eren datang mendekat. Ini kesempatan buat Armin untuk berdekatan dengan Eren seperti saat mereka kecil dulu. Tapi ternyata Jean kembali lagi dalam hidupnya dan bersumpah untuk membuat Armin kembali mempercayainya. Seas...