"Lho, Armin? Bukannya kamu sudah pulang tadi?" tanya gadis cantik itu padanya. Dia langsung merapatkan diri ke lengan Jean.
Armin melihat tangan mereka bertautan tersembunyi dibalik jaket yang digunakan Jean. Kurang lebih Armin sudah paham situasinya sekarang. Ya, tentu saja. Dia sudah punya Eren, tidak ada alasan bagi Jean untuk menunggunya. Eh, tunggu dulu. "Menunggu"? Memangnya Jean siapa, disuruh menunggu? Menunggu sampai kapan? Sampai Eren sudah bosan dan meninggalkan Armin?
Wah, apa yang kupikirkan sih?! Ngaco! Ini sebabnya aku sangat benci dengan hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Cinta membuat otak seseorang jadi ngawur dan pikiran tidak berjalan dengan semestinya. Tenang, Armin, tarik nafas dalam-dalam dan kembalikan logika ke dalam akal.
Bagus ...
"Iya, aku harusnya sudah pulang tadi," kata Armin pada Hitch dengan ramah. "Tapi kemudian kami ngobrol-ngobrol dan kita memutuskan untuk beli ponsel baru untuk Jean."
"Baik sekali kalian. Oh ... ini ya?" Hitch segera mengambil ponsel itu dari tangan Jean. Kemudian dia bertanya pada Jean, "jadi gimana? Kamu mau yang Samsung C7 tadi atau ... ini hp apa sih merknya?"
"Uhm," Jean berdehem. Dia mendekati Armin, "kalian berdua, ini sudah malam, bagaimana kalau kuantar pulang saja?"
"Lho? Tadi kan kita sudah bicara, kamu setuju aku temani selama di sini," kata Hitch.
"Memangnya kamu mau menunggu aku antar Armin dan balik lagi ke sini?" tanya Jean.
"Gak apa-apa. Pakai mobil kan? Gak lama pasti," kata Hitch.
"Iya, tapi mobilnya punya si Armin. Aku pasti harus jalan kaki waktu kembali ke sini," kata Jean.
"Anu ...," kata Armin. "Kamu pasti butuh kendaraan untuk mengantarkan peti mati kakekmu ke kuburan."
"Nggak kok," jawab Jean. "Kremasi lebih murah dan aku bisa membawanya pulang."
"Oh ..."
"Ayo aku antar," Jean menarik Armin ke mobilnya dan pamit dengan Hitch.
"Aku ikut!" seru Hitch.
"Kalau kamu ikut lalu siapa yang jaga di rumah duka?" tanya Jean.
"Hei, bukannya tadi kamu mau mengusir kita berdua di sini? Lalu setelah menurunkan aku dan Armin, kamu jalan kaki kembali ke sini, bukannya sama saja tidak ada yang menjaga rumah duka?" tanya Hitch. "Lagipula, kalau ikut denganmu, aku bisa sekalian menemanimu saat berjalan kembali ke rumah duka, kan?"
"Nggak deh," kata Jean dengan tegas. "Kamu tunggu saja di sini."
"Tapi ..." sekilas mata Hitch melirik pada Armin yang sudah duduk di dalam mobil.
"Kenapa? Kamu pikir aku mau ngapain sama dia?" Jean tertawa kecil.
Hitch akhirnya menyerah dan melambaikan tangan saat mobil pick up hitam itu meninggalkan parkiran rumah duka.
Jalanan cukup lenggang karena sudah nyaris tengah malam. Hampir tidak ada mobil atau motor lain di dekat mereka, tapi mobil pick up itu tidak melaju dengan kencang. Namun Jean juga sangat diam sejak tadi, hanya sesekali terdengar dia menghela nafas dalam-dalam. Dia menyalakan radio untuk menghilangkan keheningan yang janggal di antara mereka, tapi malah yang keluar lagunya Armada yang judulnya "Asal Kau Bahagia".
Pada bait pertama saja sudah bikin kaget, apalagi saat masuk reff, suasana jadi semakin aneh saja. Armin mulai susah duduk tenang, tangannya galau ingin segera mengganti channel lain karena liriknya benar-benar pas menyindir situasi mereka.
"Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia, aku punya ragamu tapi tidak hatimu. Kau tak perlu berbohong, kau masih menginginkannya ..."
Tangan Jean segera mengganti channel lain dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Dekat-Dekat, Maho!
FanfictionSetelah Jean menjauhi Armin, Eren datang mendekat. Ini kesempatan buat Armin untuk berdekatan dengan Eren seperti saat mereka kecil dulu. Tapi ternyata Jean kembali lagi dalam hidupnya dan bersumpah untuk membuat Armin kembali mempercayainya. Seas...