Sejak wakepsek Dawk diganti oleh Pak Levi Ackerman, sekolah jadi semakin tegang. Hukuman atas pelanggaran sekarang ala militer. Pak Ackerman membuat sistem "kartu memori", jadi yang melanggar aturan dalam seminggu akan dikumpulkan kemudian pada akhir pekan, mereka akan "diculik" ke villa di pantai. Kesannya seru yah? Sebenarnya itu horor, mereka yang kembali dari villa di pantai itu, tampak seperti baru saja melarikan diri dari neraka.
Armin sedang membaca buku pelajaran sebelum jam pelajaran dimulai, hari itu cerah, burung bercuit, angin berdesir, dan sebagainya, dia merasakan ada sesuatu mengganjal di rambutnya. Karena sedang serius membaca, dia hanya menggoyangkan kepalanya saja, berharap serangga yang hinggap di rambutnya itu pergi.
Tuk!
Sekali lagi, sesuatu mendarat di rambutnya, kali ini cukup berat. Armin akhirnya menyisir rambutnya dengan tangan, dari poni sampai belakang kepala dan jari-jari tangannya menjaring banyak selotip.
"Apa sih ya?" Armin menoleh ke belakang tempat duduknya dan melihat Jean sedang menggunting sedikit bagian selotip, menggulungnya jadi seperti bola, dan menyentilnya sampai mengenai alis Armin yang tebal.
"Woi! Ngapain sih kamu?! Makan sana!" kata Armin dengan kesal. Satu bola selotip lagi mendarat di ujung hidungnya.
"Besok cuma ada pelajaran kesenian, kamu ikut aku, oke?" kata Jean, kembali bossy seperti sebelum aturan kartu merah itu muncul.
"Hah? Tidak mau, aku tidak mau membolos."
Jean menarik keluar secarik kertas yang dahulu juga digunakannya untuk mengancam Armin. "Apa ini ya...?" tanya Jean dengan tatapan licik.
"Oh, apa ya... sepertinya boleh banget sih kalau mau ngirim ke orangnya langsung," kata Armin.
"Wow, ternyata sudah gak mempan, jangan-jangan aku sudah ketinggalan berita nih?" Jean tidak lagi ongkang-ongkang kaki, sekarang dia duduk mencondongkan badannya mendekat pada Armin.
"Salah sendiri," jawab Armin dengan enaknya.
"Bagus kalau begitu, Bertholdt si pengurus mading itu pasti senang sekali mendapatkan komedi untuk minggu ini," ancam Jean.
"Terima kasih! Sudah mau menyebarkan pada dunia."
"Maksudmu?"
"Aku sedang bingung bagaimana caranya memberitahu pada orang-orang tentang pacarku," kata Armin.
Pada saat yang sama, Eren masuk ke dalam kelas dan menatap curiga pada mereka. Melihat Jean duduk di belakang Armin, senyumnya jadi hilang dan tatapannya tajam kepada Jean.
Jean menatap balik pada Armin yang tersenyum gembira, "hai Eren! Jean mau menunjukkan sesuatu padamu."
"Apa itu?" Eren berjalan mendekat.
"Sesuatu yang lucu, kamu pasti senang deh, ini zaman waktu kita masih kecil dulu. Aku tidak tahu bagaimana dia mendapatkannya, tapi kurasa kamu pasti akan menyukainya. Ayo Jean, berikan padanya," tantang Armin.
Jean lalu menyerahkan surat cinta anak kelas 4 SD itu pada Eren, "kejutan!"
Eren mulai membacanya, tapi Jean tidak tinggal di sana untuk melihat apa yang akan terjadi. Dia kembali ke tempat duduknya di sebelah Sasha Braus, di ujung kelas, kemudian membuka-buka koran dengan wajah serius.
"Hahahaha.... Ini lucu sekali, Armin. Serius kamu menulis ini dulu sebelum kita berpisah?" tanya Eren.
"Aku juga sudah lupa apa yang kutulis. Ya ampun, bodoh sekali aku ha ha ha!" Armin turut tertawa.
"Ternyata, ..." Eren menatap Armin dalam-dalam. "Sudah sejak 4 SD ya?"
Armin hanya membalas tatapan Eren, cinta lamanya yang telah bersemi kembali. Selama ini dia mengira bahwa Eren akan menikah dengan Mikasa, karena tidak yakin Eren gay atau bukan. Tapi ternyata nasib tersenyum pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Dekat-Dekat, Maho!
FanfictionSetelah Jean menjauhi Armin, Eren datang mendekat. Ini kesempatan buat Armin untuk berdekatan dengan Eren seperti saat mereka kecil dulu. Tapi ternyata Jean kembali lagi dalam hidupnya dan bersumpah untuk membuat Armin kembali mempercayainya. Seas...