Villa di Pantai

384 70 17
                                    

Armin terbangun di bahu Jean saat bus yang mengantar mereka ke pantai akhirnya berhenti dan Pak Levi membangunkan murid-murid yang dicatatnya dalam Kartu Memori. Ada Mikasa Ackerman, ada Eren, ada Floch dan keempat temannya, lalu ada Hitch juga karena dia berada dalam posisi sama dengan Floch.

Sepuluh orang siswa itu turun dari bus membawa ransel berisi pakaian ganti dan perlengkapan mandi. Minggu ini cuma siswa kelas dua yang dihukum oleh Pak Levi. Tidak ada apa-apa sepanjang pantai ini selain lautan, pasir dan hutan. Ada tebing yang memagari pantai itu, dan mereka tidak bisa melihat apapun di balik tebing itu.

Armin menyadari wajah Floch pucat sejak tadi, dia dan keempat temannya. Awalnya Armin mengira bahwa mereka sedang mabuk dalam perjalanan, tapi tampaknya wajah mereka masih tetap pucat beberapa menit setelah turun dari bus.

"Hei, Floch,"  panggil Armin. "Ini bukan pertama kalinya kalian ke sini, ... Kan?"

"Kami sudah lima kali ke sini," kata Floch.

"Iya, ini ke enam kalinya," kata teman pertamanya.

"Oke, aku bisa menebak bahwa tempat ini pasti sangat tidak mengenakkan, dibalik semua keindahan yang ada di sini," kata Armin. Dia melihat Mikasa sedang berdiri di tepi pantai, kakinya terbenam sampai ke lutut dan rambut hitamnya yang indah berkibaran tertiup angin pantai yang hangat.

Armin membenamkan kakinya ke laut ada rasa tergelitik di telapak kakinya saat butiran pasir berangsur kabur terseret ombak. Dia menciduk sedikit air laut dengan kedua tangannya yang diserupakan mangkuk, tahu bahwa rasanya sangat asin, dia tidak mau meminumnya.

"Mikasa, ini pertama kalinya aku melihat laut," kata Armin.

"Ini kesekian kalinya buatku," kata Mikasa tanpa menoleh pada Armin.

"Wah curang, kau sudah ke sini duluan rupanya."

"Bersama Eren ... tahun lalu," lanjut Mikasa, membungkam Armin.

Yah, mereka kan pacaran tahun lalu, tanpa sepengetahuan Armin. Pastinya mereka menghabiskan waktu bersama berdua cukup sering.

"Saat itu aku sedang sedih sekali karena kakiku terkilir jadi namaku dicoret dari tim sepak bola wanita. Eren mengajakku ke pantai, dia bilang dia menemukan tempat yang sangat indah. Tanpa sadar, kita sudah saling berpegangan tangan. Kemudian dia berkata, bersamaku sangat menyenangkan. Untuk sesaat itu, aku merasa dia tidak memandangku sebagai kakak atau ibu lagi seperti biasanya, melainkan sebagai seorang gadis yang menyimpan perasaan terhadapnya," kata Mikasa.

"Dia baik sekali, ya," kata  Armin, menanggapi kisah Mikasa. Seberapapun sakit rasanya berpisah dengan Eren, pasti jauh lebih sakit perasaan Mikasa. Sudah berharap sekian lama, ketika harapannya jadi kenyataan mendadak Eren memutuskan hubungan karena dia menyukai orang lain begitu saja. Dari apa yang terjadi kemarin, tampaknya Eren yang tidak peka itu kurang memahami apa yang dirasakan Mikasa. Andai Armin ada di posisi Mikasa, dia pasti akan membawa luka dalam hatinya untuk waktu yang lama. 

Eren berjalan mendekati Jean yang sedang duduk memandangi lautan dari jauh. Eren duduk di sebelahnya dan meletakkan kedua tangan di belakang, kedua kaki berselonjor. "Aku lihat kalian sudah saling bicara lagi tadi."

"Aku dan Armin? Ya. Kita kan serumah, jadi kalau sedang ada masalah bisa jadi lebih cepat dibicarakan dan diselesaikan," kata Jean.

Eren memandangi Armin yang sedang berbicara dengan Mikasa, kedua kaki mereka terbenam air laut. "Kalau keduanya menyatakan cinta padamu, kamu pilih yang mana?"

"Armin."

"Cepat sekali jawabnya, kamu yakin?"

Jean menggaruk keningnya sebentar, "tapi kurasa itu tidak mungkin. Maksudku, Armin sedang ingin sendirian sekarang. Setelah putus dari pacarnya, sepertinya dia butuh waktu untuk memikirkan semuanya lagi. Kalau boleh tanya, kenapa kamu meninggalkan cewek secantik Mikasa untuk Armin?"

"Entahlah, Mikasa terlalu membutuhkanku. Sejak jadian dia selalu telepon dan sms setiap hari. Bila aku tidak memberikan reaksi yang membuat dia puas, dia akan membuat drama. Menghilang ke suatu tempat sehingga orangtuanya panik dan aku harus mencarinya, misalnya. Lama-lama aku capek juga meladeninya. Di saat seperti itu, aku jadi ingat, "Armin tidak pernah seperti itu, dia baik-baik saja kalau aku tidak ada di dekatnya". Kurasa aku ingin bersama dengan orang yang sepadan denganku, bukan orang yang membutuhkanku setiap saat," kata Eren.

Lalu dia balik bertanya, "bukannya dulu kamu suka banget sama Mikasa? Kenapa sekarang jadi Armin?"

Sebelum Jean membuka mulut, terdengar suara peluit panjang. Itu Pak Levi meniup peluit untuk mengumpulkan mereka.

"Oke, hari ini Bapak mengumpulkan kalian semua di pantai. Sebenarnya ada banyak yang bapak kumpulkan tapi mereka bisa menunggu sampai minggu depan. Kalian semua yang berkumpul di sini terlibat dalam satu kasus, bullying terhadap homoseksualitas," kata Pak Levi.

"Pantas kamu ada di sini," kata Jean pada Eren.

"Apaan? Aku di sini karena memukuli Floch! Kamu juga, kan?" balas Eren.

"Jean, Eren! Bertengkarnya nanti saja!" hardik Pak Levi, membuat keduanya diam.

"Bawa barang kalian dan ikuti aku, aku akan briefing hukuman kalian di depan villa," kata Pak Levi.

Mereka berjalan ke arah tebing dimana dibalik tebing itu tersembunyi bangunan villa yang besar dan mewah. Kekurangannya cuma satu; sudah lama terbengkalai.

Floch semakin pucat saja wajahnya.

"Hukuman paling berat adalah Mikasa, karena dia yang menyebabkan semua bullying ini. Mikasa, kamu menempati kamar paling atas sendirian, ini kuncinya," Pak Levi menyerahkan sepotong kunci untuk Mikasa.

"Kemudian Hitch, Floch dan teman-temannya, karena kalian melakukan pelanggaran yang sedikit lebih ringan daripada Mikasa, kalian menempati ruang keluarga di tengah villa," kata Pak Levi.

"P-Pak, aku cewek sendirian dong?" tanya Hitch.

"Mereka takkan berani macam-macam," kemudian Pak Levi berpaling pada Floch dan keempat temannya, "ya kan?"

Floch langsung muntah-muntah dengan wajah pucat.

"Kemudian, Armin, Jean dan Eren, kalian bertiga menempati ruangan perpustakaan," kata Pak Levi sambil menyerahkan kunci perpustakaan pada mereka.

"Sekarang, sebelum kalian beristirahat di villa yang indah ini, aku akan menggembleng fisik kalian.  Kalian lihat bibir pantai itu? Dari ujung sana, ke ujung sana, berlarilah pulang pergi. Untuk Eren, Armin dan Jean cukup berlari sekali bolak-balik saja, tapi Flotch dkk dan Hitch berlari tiga kali, dan Mikasa enam kali. Ayo lakukan sekarang secepatnya!"

"Ta-tapi, Armin tidak sanggup berlari," kata Eren.

"Tidak apa-apa Eren, namanya juga hukuman," kata Armin.

Mereka mulai berlari, dan meman benar, Armin tidak lagi selemah dulu. Baru seperempat jalan, dia sudah berkeringat banyak, tapi dia masih bertahan. Eren di kanan, Jean di kiri, Armin tidak tahu harus merasa bagaimana saat ini. Sepertinya dia merasa sedikit tersanjung berada di antara dua cowok keren yang dia sukai. Eren berlari di sisinya, sengaja memperlambat larinya, sementara Jean berlari di depannya. Armin tahu Jean bisa berlari lebih cepat daripada kecepatannya sekarang. Mungkin dia sengaja membiarkan Eren berlari bersebelahan dengannya.

Jangan Dekat-Dekat, Maho!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang