Satu

7 3 1
                                    

Vanessa
H

ari ini, hari pertama gue jadi siswi kelas 2 SMA. Oh iya, nama gue Vanessa Olivia Prissy. Kesan pertama ngedenger nama gue, pasti feminim, imut, anggun, lembut, kan? Tapi, itu sangat bertolak belakang dengan gue. Yah. Bisa dibilang gue cewek tomboy. Tapi, setomboy tomboy nya gue, gue punya cowok yang disukai, ganteng lagi. Namanya Bryan Davidson. Kok jadi curhat, ya? Gapapa lah.


Gue sudah siap dengan seragam khas anak SMA. Gue memakai jaket warna abu yang digantung di gantungan baju kamar gue. Cukup jaket aja yang digantung, kamu mah jangan. Rambut gue gue iket dengan model pony tail. Kamar gue diatas pohon. Maksud gue, di rumah pohon. Gue turun dan duduk di meja makan untuk sarapan dengan keluarga tercinta.


****

"Assalammualaikum." tiba tiba ada cowok yang neloyong masuk dan duduk disamping gue. Dia melirik gue dengan senyum khasnya.

"Bryan. Tumben pagi kesininya. Biasanya ngaret." ucap mama sambil menekankan kata ngaretnya. Bukanya tersinggung, Bryan malah terkekeh mendengar ucapan mama.

"Iya, ma. Mau cepet cepet ketemu sama bebep." balasnya sambil terkekeh. Dan menatap gue dengan intens. Gue membuang muka. Anjir, muka gimana, muka. Mama dan papa tersenyum penuh arti ke arah gue.

"Yaudah. Nessa mau berangkat dulu." pamit gue, sebenernya gue cuma mau basa basi buat mengalihkan pembicaraan aja. Tapi untunglah, mereka tak curiga. Gue mencium punggung tangan mama dan papa. Dan diikuti Bryan dari belakang.

Bryan membukakan pintu mobilnya, dan gue pun masuk. Disepanjang jalan kita joget joget karena lagu yang diputar radio pas banget sama mood gue hari ini. Entah kenapa hari ini gue happy banget.

Gue keluar dari mobil dan merentangkan otot tangan gue sambil menghirup udara pagi yang segar. Bryan memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Bryan keluar dari mobil diikuti angin yang berhembus kencang, sehingga membuat rambut dan seragamnya sedikit berkibar terkena angin. Dan makin menambah image coolnya. Gue menggigit bibir bawah gue. Sumpah, hari ini lo kece banget, Yan.

"Ayo." ucapnya dan merangkul pundak gue. Gue meremas bawah rok gue, dan membuang muka. Banyak mata yang menatap tajam gue. Wajar, sih. Karena Bryan kan punya julukan most wanted di sekolah.

"Yan, lepasin. Diliatin orang." ucap gue dan melirik orang orang yang menatap gue dengan tatapan tak suka sambil berbisik bisik ga jelas gitu, lah.

"Biarin, dong. Sama sahabat gue ini." sahabat. Emang sih hubungan kita cuma sebatas sahabat dari kecil, gak lebih. Tapi entah kenapa gue nyesek setiap kali ngedengernya. Mungkin, karena sekarang gue punya perasaan yang lebih ke Bryan. Tapi dia ga tau dengan perasaan gue yang sebenernya. Yang dia tau hanya, gue menganggapnya sebagai sahabat, begitu pun sebaliknya.

Gue berdiri di depan kelas baru gue. Bryan mengacak pelan rambut gue dan tersenyum manis ke arah gue sebelum pergi. "Nanti pulang sekolah gue kesini lagi. Yang rajin belajarnya, jangan mikirin gue mulu."

"Harusnya gue kali yang ngomong gitu ke elo. Lo kan yang sedetik pun, gabisa berhenti mikirin gue. Yakan?" gue menaik turunkan alis dan menyenggol pelan Bryan.

"Iya, iya. Gue kalah. Gadeng, ngalah. Ga bakalan menang gue kalo debat sama lo. Yaudah. Dadah cantik." ucapnya dan berlari kecil ke kelasnya. Gue melihat punggung Bryan yang mulai menjauh di pandangan gue. Gue tersenyum tipis dan segera masuk ke kelas.

****

Hallooo Readers♡ ini cerita kedua yang aku buat. Semoga kalian sukaa. Jangan lupa vommentnya biar aku lebih semangat nulis ceritanya.

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang