Lima

4 1 0
                                    

Bryan menatap Vanessa dengan sangat lekat. Menunggu respon cewek di hadapannya. Vanessa menahan air matanya agar tidak jatuh. Seluruh tubuhnya pun membeku.

"Gue suka sama temen lo. Serine Anastasia." ucap Bryan semangat. Deg. Dada gue sesak. Lo jangan lemah Nes. Batin Vanessa. Vanessa meremas erat rok nya, dan memaksakan untuk tersenyum.

"Oh. Sejak kapan lo suka Serine?" tanya Vanessa sok tegar. "Belum lama. Gue juga gatau kapan gue mulai suka ke Serine. Bantuin gue PDKT sama Serine, dong." mohon Bryan dengan tatapan memelasnya. Vanessa menunduk. Dia menggigit bibirnya. Lalu dengan terpaksa dia mengangguk mengiyakan.

"Lo emang sahabat gue yang teeerr-baikkk." ucap Bryan sambil menguyel unyel pipi Vanessa gemas.

****

Vanessa

Gue langsung menggulingkan diri di kasur. Gue memeluk bantal erat erat. Tanpa gue sadari air mata gue mulai bercucuran dengan deras nya. Gue melirik ke samping gue. Terlihat boneka teddy yang selalu tersenyum pemberian Bryan.

"Gue iri sama lo. Lo selalu aja senyum. Bahkan pas lagi gue tonjok tonjok lo kek gini!" gue meninju ninju boneka teddy itu dengan penuh amarah. "Nes, gue suka sama temen lo." "gue suka sama temen lo" "temen lo." shit. Gue melempar boneka itu dan kembali menenggelamkan muka ke bantal.

Gue menulis sesuatu di diary gue.

Baru aja, gue melayang karena lo. Dan sekarang, lo buat gue jatuh.
Gue gatau harus ngapain, gue masih sayang sama lo, Yan. Mungkin sekarang cuma itu alasan yang masih ngebuat gue bertahan dan berharap ke elo. Emang bener, ya. Cinta memang penuh kejutan. Dan sekarang,
Gue dapet kejutan yang bener bener tak terduga.

****

"Vanessa. Ayo makan malam." teriak mama di balik pintu.
Perlahan gue membuka mata yang rada sembab ini. Astaga. Gue masih pake seragam?

"Vanessa!" suara mama meninggi. "Iya ma. Sebentar!" gue mulai beranjak dari kasur. Terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Gue segera mengganti baju dan masuk ke rumah untuk dinner.

"Kenapa bengong? Cepet makan, makanannya." ucap papa tegas. Gue mengangguk dan mulai memasukan satu sendok nasi ke dalam mulut. Gue mencoba makan walau gue tak nafsu sama sekali.

"Sini, ma. Biar Nessa aja yang cuci pirinnya." mama mengangguk dan duduk santai di sofa bersama papa. Tatapan gue kosong. Perkataan pria tadi masih terdengar jelas di telinga gue. Sesudah cuci piring, gue naik ke kamar gue. Gue membuka ponsel dan melihat beberapa pesan sosmed dari Serine. Yang isinya.

Serine^^ : Nes, temenin gue dong. Alone nihh. 😊😚

Jelas itu 5 jam yang lalu. Gue men scroll ke bawah.

Serine^^ : Nes, lo bales, dong. Gue takut nihh 😖😶

Serine^^ : Nes, ada sesuatu di pinggir gue. Cepetan kesini sebelum... 😱👻

Serine^^ : Oke sip. Gue marah.😑

Gue tersenyum melihat pesannya. Lalu gue membalas pesannya yang udah beberapa jam yang lalu.

Vannesa : Sorry. Tadi gue ketiduran, hehe 😅

Dan langsung dibalas oleh Serine.

Serine^^ : Lo siapa, ya? Gakenal.

Vanessa : Lagi marah,nih?😌

Serine^^ : 😒

Vanessa : Sorry, deh. Sumpah tadi gue ketiduran✌

Gue melihat notif line bernama Bryan.

Bryan : Nes, lo lagi apa? Gue minta ID line Serine, dong.

Gue ga ngebuka pesan itu. Pesan itu ngebuat mood gue turun lagi. Tapi bagaimana pun gue udah terlanjur mengiyakan untuk membantu mereka berdua.

Vanessa : **** gudlak bebesku 😚

Bryan : Thanks bebes terterter💝

Gue membanting ponsel ke kasur dengan keras. Gue mencoba memikirkan hal hal yang lucu, seneng, bahagia, seru agar air mata gue ga jatuh lagi. Tapi nihil. Gue gabisa.

****

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang