Tiga

2 1 0
                                    

"Ma, pa. Bryan pamit pulang, ya." Bryan mencium tangan mama dan papa. Yang hanya dibalas anggukan mama dan berkata. "Hati hati ya, Bryan." ucap mama dan mengelus halus kepala Bryan. Bryan tersenyum manis.

"Nes, gue cabut dulu, ya. Jangan lupa mimpiin gue nya ya. Mimpi yang aneh aneh juga gapapa, kok." Bryan senyun penuh arti. Gue memutar bola mata gue. "Pergi sana!" usir gue dan mendorong punggung Bryan.

"Malem, sayang." ucapnya dan mulai memasuki mobilnya. Terlihat lambaian tangan dibalik jendela mobil, gue pun membalasnya dengan senyuman. Lalu masuk dan mengunci pintu rumah. Gue naik ke kamar gue. Gue mengambil sesuatu yang tergeletak di meja belajar gue, dan menulis sesuatu disana.

Yan, asal lo tau, sedetik pun gue gabakalan bisa berhenti mikirin lo. Gapernah. Gue selalu inget dan kangen ke lo. Karena apa? Karena gue suka sama lo. Gue suka sama lo, Bryan Davidson. Sahabat gue.

****

Gue mulai membuka mata gue yang berat. Gue turun dan meminum segelas air putih. Gue lihat mama lagi masak sesuatu.

"Pagi, ma." sapa gue dan dibalas dengan senyuman mama. Gue pun mandi dan bersiap siap. Gue duduk di sofa dan memakan sarapan gue sambil menonton acara televisi. Tiba tiba ada seorang cowok yang duduk di samping gue dan mengambil kentang punya gue.

"Paan, sih lo. Ini punya gue." gue merebut kembali kentang yang ada di tangannya. "Ni anak. Pelit ya sekarang." ucapnya sambil mengacak acak rambut gue.

"Paan sih lo! Jadi berantakan kan, rambut gue." dia hanya cengiran dengan tampang tak berdosa nya. Gue mulai memasuki mobil. Dan mobil pun melaju.

Di dalam mobil, pikiran gue kosong. Masih terngiang ngiang perkataan Bryan tentang tipe ceweknya. Kira kira, gue bisa ga ya kek gitu?

****

"Napa, lo Nes? Baru dateng dah asem aja muka lo." ucap Serine sambil memakan camilan yang ada di tangannya.

"Rin, menurut lo, ada yang harus di ubah sama penampilan gue, ga?" tanya gue dan menatapnya dengan lekat. Menunggu respon cewek yang ada dihadapan gue. Dia menyimpan jari telunjuknya di dagu dan melihat penampilan gue dari atas sampe bawah.

"Apa yang harus lo ubah lagi sih Nes, lo tuh udah ferpect." ucapnya dan menekankan kata ferpect nya. "Hm, kalo menurut gue, lo tuh harus lebih feminim gitu. Contoh, kaya gerai rambut gitu, lah." ucapnya semangat.

"Oh gitu, ya. Lain kali gue coba deh." gue tersenyum tipis mendengar jawabannya. Gue masih mempertimbangkannya.

"Buat apa lain kali? Sekarang aja. Gue dandanin lo." ucapnya semangat. Tangan gue ditarik paksa sama Serine.

"Mau kemana sih?" "toilet." balasnya semangat. Gue pasrah dan menurut. Gue nyesel ngomongin ini ke dia.

****

Author

BRUK. "Sorry sorry, ga sengaja. Buru buru soalnya." ucap Serine saat menyadari dia menabrak seseorang. Dia meringis kesakitan dan hampir terpental karena tubuhnya yang kecil. Berbeda jauh dengan seseorang yang ditabrak nya.

"Vanessa?" ucap seseorang yang baru saja ditabrak oleh Serine. Vanessa yang asalnya tertunduk, mendongkakkan wajahnya ke atas. Menatap wajah seseorang yang memanggilnya.

"Hah, Bryan?" Vanessa dan Bryan saling tatap menatap. "Hm, hm. Pandangan pertama awal aku berjumpa.." ucap seorang pria di belakang Bryan. "Bukan pandangan pertama namanya, kalo udah saling kenal. Bego!" ucap seseorang menoyor kepala orang yang sedang nyanyi itu. "Itu cuma perumpamaan. Oon!" ucapnya dan balas menjitak kepala temannya.

"Em. Gue sama Vanessa duluan ya." Ucap Serine dan menarik kembali tangan Vanessa.

"Yaampun. Lo rusuh banget sih, Rin!" kesal Vanessa. Ni anak nyebelin banget, Sumpah. Jadi capek sendiri, kan. Batinnya. Tibalah mereka di toilet wanita.

"Mau digimanain, nih Nes? Aaa. Gue udah lama ga make over orang." ucap Serine greget.

"Serah. Tapi yang simple aja."  Serine mengacungkan jempolnya. Dan melepas ikat rambut Vanessa.

"Yaampun. Rambut lo bagus banget, Nes. Sayang tau kalo selalu lo iket." Vanessa tersenyum tipis dan mengeluarkan ponsel di saku rok nya.

****

TBC

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang