Tujuh

5 1 0
                                    

Bryan keluar dari mobilnya dan membukakan pintu di samping Vanessa. Mereka berjalan menyusuri koridor dan mereka berdiri di depan kelas Vanessa. Bryan dengan santainya masuk dan duduk di bangku samping Vanessa. Dia tak perduli dengan tatapan murid murid di kelas Vanessa.

"Ngapain lo ke kelas gue? Balik ke kelas lo, sana!" Vannesa menarik tangan Bryan agar segera pergi beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kelasnya sendiri.

"Gue mau ketemu Serine dulu. Serine mana?" ucap Bryan celingak celinguk. Vanessa duduk di bangku samping Bryan.

"Lo cepet ke kelas, sana! Keburu ada guru." Vanessa mendorong punggung Bryan agar segera menjauh dihadapan nya. Tapi gagal, tubuh Bryan yang lebih besar darinya ngebuat Vanessa mengurungkan niatnya dan kembali mendudukan dirinya di kursi.

"Jangan gitu dong, cantik. Tar kalo gue udah liat cewek gue baru gue pergi." ujar Bryan sambil memegang tangan Vanessa. Vanessa menunduk dan tangannya sedikit gemetar. Anjir. Nyesek banget sumpah. Cewek gue?

"Serine mana mau sama cowok kek lo. Cepetan sana, kalo lo masih disini, PERSAHABATAN KITA PUTUS SAMPE DISINI!" teriak Vanessa refleks dan melepas genggaman Bryan kasar. Sikap Vanessa yang tiba tiba seperti itu sontak membuat banyak mata meliriknya bingung.

Bryan tersentak mendengar ucapan dan perlakuan gadis dihadapannya. "Lo kenapa, sih Nes? Kok, lo ngomong nya gitu? Sejak kapan lo jadi sensian kek gini? Apa salah gue? Gue kecewa sama lo." ucap Bryan dingin dan pergi meninggalkan Vanessa yang kini sedang terisak. Vanessa menenggelamkan kesedihan di lelukan tangannya. 

****

"Nes." panggil seseorang dan menepuk pelan bahu Vanessa. Vanessa mendongkakkan wajahnya sekilas, dan kembali menenggelamkan muka di lekukan tangannya.

"Lo kenapa Nes?" tanya Serine sambil menyimpan tas di bangku nya. Lalu duduk dan memutar kursinya menghadap Vanessa. Dia menyimpan tangannya di atas meja dan menatap Vanessa dengan intens.

"Lo kemana aja? Kok baru dateng?" Vanessa mulai bersuara dan mulai menatap manik mata gadis yang menatapnya dengan sangat lekat.

"Gue terlambat. Gue nerobos ke kantin. Eh, pas dikantin gue ketemu sama cowok yang gue tabrak waktu itu. Bryan. BTW, lo ngasih ID line gue ke dia?" ucap Serine semangat. Hening. Vanessa tidak merespon ucapan gadis yang sekarang sedang mengoceh gajelas. Vanessa sangat malas mendengarnya. Apa lagi itu menyangkut Bryan."Helloww. Gue ngomong sama siapa?" teriak Serine dan mengetuk ngetuk jarinya ke meja.

Vanessa melirik Serine dengan wajah datar yang polos. "Iya, kenapa?" balasnya polos yang membuat Serine meremas dasinya greget. "Vanessa. Lo dengerin gue, gasih?" tanya Serine penuh selidik.

"Iya. Terus kenapa? Ketemu sama Bryan, terus apa?" ucap Vanessa jengkel. "Dia ngajak lunch hari ini. Dan, gue mau lo temenin gue" ucapnya semangat.

"Gak! Pergi sendiri aja sana." Tolak Vanessa mentah mentah tanpa menghiraukan ekspresi gadis yang sekarang sedang memelas melas. Dia masih ragu untuk bertemu dengan Bryan setelah perdebatan nya tadi.

"Vanessa, plis." mohon Serine dengan wajah memelasnya. Terpaksa Vanessa mengangguk dan membuka buku pelajaran karena baru saja bel masuk.

****

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang