Dua

5 1 0
                                    

Gue celingak celinguk mencari bangku yang kosong. Tapi nihil, hampir semua bangku udah terisi. "Nes, lo duduk dipinggir gue aja. Kosong, kok." ucap seseorang. Gue menoleh ke arah suara. Gue melihat gadis sedang tersenyum manis yang sangat familiar di pandangan gue.

"Serine? Lo sekelas sama gue?" gue menyimpan tas di bangku samping gadis yang tak lain adalah sahabat gue dari SMP, namanya Serine Anastasia. Dia mengangguk dan kita pun mulai mengobrol.

"Nes, lo cantik banget. Sumpah. Gue iri sama lo" ucap Serine melirik gue dari atas sampe bawah. Serius? Serine yang termasuk cewek idaman cowok cowok disekolah bilang gitu ke gue? "Ma..masa, sih? Perasaan biasa aja"

"Iya, nes. Lo cantik." ucapnya tersenyum tulus ke arah gue. Serine yang cantiknya ga ketulungan. Bilang cantik kegue? Jelas beda jauh, lah. Gue, dengan cewek cantik imut kaya dia.

Serine itu blasteran indo sama jepang. Jadi mukanya imut imut gimana, gitu. Kulit? Jelas putih. Hidung? mancung. Bibir? merah muda tipis dengan lesung pipi di pipi kanannya, dan menanambah kesan manisnya. Matanya besar kaya cewek anime gitu. Rambutnya hitam legam panjang, sedikit bergelombang. Tinggi badannya sesuai, lah. Dengan tubuhnya yang imut. Beda jauh, kan gue sama dia?

Tiba tiba guru datang dan membuat kelas yang asalnya berisik menjadi diam tak berkutik. Kenapa? Jelas karena yang masuk adalah guru yang dicap killer oleh murid murid setempat. Ampun, baru hari pertama, udah disambut aja sama guru yang.. Aduhaiii.

****

Bel pulang udah berbunyi. Sontak murid murid di kelas langsung membereskan buku bukunya. Begitupun, gue. Gue memasukan buku buku ke dalam tas gue.

"Nes." panggil seseorang di balik pintu. Gue menoleh. Dia tersenyum manis, yang gue bales dengan senyum tipis gue. Gue mengambil tas dan menghampiri pria itu.

Gue berjalan menyusuri koridor yang mulai sepi. Tibalah gue di parkiran sekolah. Gue masuk ke dalam mobil.

"Nes, gue sekarang ke rumah lo, ya?" gue menaikan satu alis gue bingung. "Biasanya juga langsung masuk masuk aja. Ga minta izin segala dari gue." sindir gue terkekeh. Dia tersenyum.

"Mau mampir dulu ke kafe ga?" tanyanya. "Boleh, boleh. Lo traktir kan?" goda gue. Dia mengangguk pasrah dan memarkirkan mobilnya di depan kafe langganan gue. Gue mulai memasuki kafe yang sangat familiar. Bryan mulai memesankan minuman. Tanpa gue bilang, dia udah tau pesenan gue.

"Mau disini ato dirumah aja?" tanya Bryan. "Dirumah aja." balas gue dan mengeluarkan ponsel gue. Gue berjalan ke arah mobil dan masuk. Dan Bryan pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.

****

"Assalammualaikum." salam gue dan membukakan pintu rumah. "Waalaikumsallam." balas papa. Gue pun menyalami punggung tangan papa. Begitupum Bryan.

"Mama, mana pa?" "Biasalah, Nes. Mama mu kan artis." ucap papa memutar bola matanya malas. Gue dan Bryan terkekeh. Lalu mulai naik ke rumah pohon gue.

Gue duduk di teras yang ada di depan kamar gue. Tatapan gue kosong. Gue mulai mengayun ayunkan kaki gue. Pikiran gue terbang kemana mana.

"Nes, jangan bengong gitu. Kesambet baru tau rasa, lo." lamunan gue buyar, gue menatap Bryan dengan intens. "Masa?" "Pinter." ucapnya dan mengeluarkan ponselnya. Gue terkekeh dan mulai melihat langit yang cerah.

"Nes, gue boleh nanya ga?" Bryan mulai menatap gue dengan serius. Gue memicingkan mata. "Lo aneh banger hari ini, yan. Lo kali yang kesambet." gue terkekeh mendengar ucapannya.

"Em, sebenernya tipe cowok lo tuh, yang kek gimana, sih?" gue menatapnya heran. Ya lo, Yan. Tipe cowok gue tuh elo.

"Ermm, apa, ya? Mungkin baik, sholeh, perhatian, ramah, ganteng, gaterlalu posesive, apa lagi ya?" peka. Satu kekurangan lo, Yan. Peka.

"Udah gitu aja?" balasnya tersenyum dan menatap langit. "Kalo lo sendiri?" tanya gue. "Gue sih, yang pastinya anggun, feminim, ramah, manis, imut, cantik. Apalagi ya?" ucap Bryan semangat.

Deg. Tipe cewek yang Bryan sebut tadi sangat bertolak belakang dengan gue. Ga ada satu pun yang sama dengan diri gue. Gue membeku, pikiran gue buyar kemana mana lagi.

****

TBC.

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang