Sudah tiga hari ini, rumah terasa sepi. Penghuni cowok yang biasa tinggal ditempat itu, kini sedang terbaring kaku tidak sadarkan diri. Sedangkan penghuni ceweknya, tentu tidak ingin tinggal di rumah sendiri tanpa cowok yang biasa menemaninya setiap hari.
Abella kini sedang menenggelamkan kepalanya dan melipat kedua tangannya di meja. Memperhatikan guru yang sedang menjelaskan tentang sejarah-sejarah kemerdekaan Indonesia, Abella sangat lah malas untuk mendengarnya.
Tak hanya Abella, bahkan sebagian isi kelas melakukan hal yang sama seperti Abella. Tak jarang juga siswa cowok merebahkan dirinya dilantai belakang kelas.
Mood Abella saat ini hanyalah satu; ingin cepat-cepat bel pulang, lalu ia pergi ke rumah sakit Mutiara. Tentu saja untuk menemani Marcello.
Abella melirik jam tangan putihnya, sudah menunjukkan pukul 12.30.
Abella mulai menghitung mundur angka tiga sampai satu.
"Tiga..."
"Dua..."
"Sa—"
KRIIING
"Tepat." Gumam Abella.
Semua murid langsung menggendong tas nya, karena tidak ada satu pun anak di kelas ini yang mengeluarkan buku atau barang lainnya. Mejanya polos untuk tidur karena tau pelajaran yang sedang berjalan adalah pelajaran sejarah.
Setelah keluar dari kelas, Abella nenunggu salah satu teman Marcello. Entah Renan, Gellar, atau Angga.
Haus, Abella pun mengambil botol minum berwarna ungu nya lalu memutar nya ke kanan.
"Bell,"
Panggilan itu sukses membuat Abella terkejut, hingga air yang sedang diminum nya hampir keluar dari mulutnya.
"Eh, sori sori, kaget ya?" Ucap cowok itu lagi.
"Ngg— nggak kok gapapa," Abella menutup botol minum nya lalu dengan cepat melanjutkan omongannya, "kenapa Yo?"
"Lo pulang sama siapa?" Tanya Mario.
"Kalo gak sama Renan, ya Gellar atau Angga. Atau mungkin tiga-tiganya." Jawab Abella.
"Hm... balik sama gue aja yok?"
Perkataan itu sukses membuat jantung Abella berdegup dua kali lebih kencang. Dirinya heran terhadap sifat Mario akhir-akhir ini yang dilakukan padanya.
"Eh, tenang aja gue gak bawa lo kemana mana kok. Ke rs Mutiara kan?"
"I—iya bener."
"Yaudah ayo, masalah Gellar, Renan, Angga gampang. Nanti gue yang bilangin."
Sialnya, saat momen seperti itu perut Abella berbunyi dan lebih sialnya lagi keadaan sekolah sudah agak sepi, hingga Mario bisa mendengarnya dengan sangat amat jelas.
Bibir mario melengkung kesamping, "kita makan dulu, yuk?"
Bodoh nya, Abella mengangguk lalu mengikuti langkah Mario dari belakang menuju tempat parkir sekolah.
***
"Lo suka apa?" Tanya Mario.
"Hm.. spageti disini enak gak, Yo?" Abella melihat-lihat daftar menu yang ada di meja bundar itu.
"Enak lah. Disini makanan nya enak-enak semua. Kalo nggak gabakal gue ajak kesini lo." Balas Mario.
Abella terkekeh. "Yaudah spagheti nya satu, sama lemon tea nya satu. Lo apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone
Teen FictionSama sama tahu bahwa keduanya saling mencintai. Tetapi enggan untuk berpacaran. Mengapa?