Jungle School

1K 13 1
                                    

Suatu hari di Jungle School, Si Macan sang raja hutan yang berahli profesi menjadi guru mengabsen satu-persatu murid-muridnya. Selalu saja seperti itu, dari hari ke hari tidak pernah ada yang berubah. Masih tetap saja begitu, selalu ada-ada saja alasan yang dilontarkan kedua muridnya itu.

"Babi!"
"Sudah ke tangkep, Can. Sudah  jadi sate babi guling di pasar harian kusuka-suka," jawab Si Cheetah.
"Cheetah!"
"Hadir!" ujarnya sambil berjinjit dengan kedua kakinya dan memutar tubuhnya yang mengakibatnya ditimpuk batu oleh Si Macan.
"Kancil!"
"Ooo, Si Kancil anak nakal yang suka men-"
"Aku gak nyuruh kamu nyanyi lagu itu, tahu gak di mana Si Kancil?"
"Rumahnya kebanjiran, Can," jawab si Cheetah.
"Codot!"
"Baru aja tidur, Can.Belum lima menit. Semalam habis cari nafkah tuh, Can. Biarin aje lagi," ujar Si Singa.
"Monyet!"
"Isek nangkrik nang atas pohon, Can, Katanya semalam ada ufo dateng ke rumahnya dan dia takut, jadinya bersembunyi di atas pohon. Apalagi di pohonnya ada banyak pisang, udah gak bakalan turun itu," ujar Si Singa.
"Bebek!"
"Sudah hanyut di sungai layaknya cucian hanyut mengikuti arus tanpa tahu akan di bawa ke mana," jawab Si Singa.
"Mau di bawa ke mana hubungan kita," lanjut Si Singa dengan menyanyi salah satu lagu yang bisa di bilang pernah nge-hits di kalangan orang galau.
"Gak jelas kamu, Sin!" ujar Si Macan.
"Biarin yang penting heppy," ujar Si Singa lalu memeletkan lidahnya dan mengkibas-kibaskan ekornya.
"Zebra!"
"Lagi mikir gimana caranya bulan biar bisa ada dua, Can," ujar Si Singa.
"Ngarang ah, kamu!" ucap Si Macan.
"Beneran aku tuh," ucap Si Singa.
"Oh ya, sekarang udah nemu caranya?" tanya Si Macan dengan nada mengejek.
"Sudahlah."
"Gimana?"
"Dia baru beri tahu aku, lewat telepati. Kalau dia baru dibilangi sama Si Ikan, bulan itu bisa ada dua. Yang satu di langit, yang satunya bayangannya di permukaan air, saat Si Bulan lagi bercermin."
"Kalau gitu aku juga ngerti, jangankan 2. Seratus pun bisa," ujar Si Macan.
"Gimana caranya ciba, Can?"
"Ya, tinggal kumpulkan aja 50 orang, kan setiap orang lihat 2. Beraeti tinggal 2 dikalikan aja sama 50, yeay ... seratus deh," ujar Si Macam.
"Garing kamu, Can!" ucap Si Singa yang dihiraukan Si Macan.
"Tupai!"
"Lagi semedi di Kali Kulon, pak.Sudahlah Can, gak usah sulit-sulit ngabsen, gak bakalan ada yang datang selain aku dan si Singa," ujar sang Cheetah.
"Mana si Singa?"
"Gak tahu, Can. Biasanya dia dateng lebih pagi dari aku, mungkin masih ke pulau kapuk belum pulang."
"Aku di sini, Can!" ujar seseorang di ambang pintu kayu reot sebagai pintu kelas.
"Lah, kamu ngapain aja kok telat?"
"Aku gak telat kali, tadinya aku tuh sudah berangkat pagi-pagi sekali. Lebih pagi dari biasanya bahkan, tapi pas di tengah perjalanan kemari, aku ketemu tikus. Kan ya aku takut, ya aku lari balik rumah, setelah tikusnya hilang, aku baru pergi lagi ke sekolah. Eh ... taunya tikusnya sembunyi di semak-semak, pas aku keluar rumah dianya keluar lagi. Aku ketakutan jadinya aku balik masuk rumah lagi, eh ... tahunya karena ketakutan aku ketiduran," jelas Si Singa panjang kali lebar.
"Emangnya kamu pikir aku bakalan percaya dengan alasan itu, Sin?"
"Entah, tapi itu urusan kamu, Can. Yang penting aku udah buat alasan," ucap Si Singa lalu berjalan dengan santai dan mengoyang-goyangkan ekornya menuju tempat duduknya, di samping Cheetah.
"Cheet, alasaku masuk akal gak?" tanya Si Singa.
"Masuk akal kok, kalau gak masuk ya tinggal ditulis aja. Lalu dimakan, selesai, 'kan?"
"Ye kamu, Cheet. Itu namanya bukan masuk akal lagi, tapi masuk d kepencernaan, lalu tersebarkan keseluruh tubuh!" ujar Si Singa sambil membalikkan badannya yang membuat ekornya mengenai muka Si Cheetah
"Jangan kebanyakan gerak dong, Sin. Ekormu tuh bau, gak pernah mandi ya kamu?!" ujar si Cheetah.
"Enggaklah, aku rajin mandi tahu!"
"Ehem ... ehem ... kita hari ini akan belajar lawan kata. Apa saja yang aku bilang, kalian lawan katakan. Mari kita mulai!" ujar Sang Raja hutan yang kali ini tengah berperan sebagai guru.
"Besar." "Kecil."
"Naik." "Turun."
"Jatuh." "Bangkit."
"Kaya." "Miskin."
"Gelap." "Terang."
"Hidup." "Mati."
"Kasarnya kalian." "Halusnya kami."
"Pakai yang lebih halus." "Tidak pakai yang kurang kasar."
"Cukup murid-murid." "Kurang guru-guru."
"Sudah, sudah." "Belum, belum."
"Sudah selesai murid-murid." "Belum selesai guru-guru."
"Udah, udah." "Dereng-dereng."
"Muleh murid-murid." "Melbu guru-guru."
"Sampun, sampun." "Durung, durung."
"Finnish, finnish." "Start, start."
"Uwes-uwes," ujar Si Singa sampai mengeluarkan air matanya.
"Durung, durung."

"好了,好了 。¹”
“还没有,好没有。²”

“好了,好了学生-学生。³”
“好没有,好没有老师-老师。⁴”

"Udah, udah. Aku lelah, dang mulih." "Durung, durung. Aku semangat, dang melbu."

"Uwes, uwes," ujar Si Macan sambil guling-guling.
"Durung, durung." ujar Si Singa dan Si Cheetah.

Three  Hour  Ago

"MULIH RAH KOWE PADA! RAH ULIH KULO PANGAN KOWE PADA!" ujar sang Harimau disertai auman mengelegarnya yang membuat kedua muridnya larit terbirit-birit.
"Ini sebabnya gak ada yang mau ke sekolah, Macan sangat menakutkan," ujar Si Singa.
"Iya, terus juga plin-plan! Di mana salah kita, kita kan cuma melawan katakan apapun yang dia bilang. Sesuai yang disuruhnya," ujar Si Cheetah.
"Serem, ini terakhir kalinya aku ke sekolah!" ujar Si Singa.
"Apa aku bilang, gak percaya sih." ujar Si Kancil yang tiba-tiba muncul.
"Emangnya kamu tahu? Kamu kan gak pernah masuk!" ujar Si Singa.
"Walau pun aku gak pernah masuk, tapi aku tahu. Si Macan itu raja kita, otomatis sifat perintahnya pasti dominan!"
"Muka kalian berdua lucu banget deh!" ujar  Si Tenggiling yang baru bergabung dengan tertawa sambil berguling-guling yang menyebabkannya kelewatan mengguling hingga jadi menggulung. Dan menggeliding entah kemana, seperti roda copot dari tempatnya.

***
好了,好了¹ : 'hao le, hao le' yang berarti 'selesai, selesai.'
还没有,好没有² : 'hai mei you, hai mei you.' yang berarti 'belum, belum.'
好了,好了学生-学生³ : 'hao le, hao le xue sheng' yang berarti 'sudah, sudah murid-murid.'
好没有,好没有老师-老师⁴ : 'hai mei you, hai mei you, guru-guru.'

***

STEFANIE

Loka FabelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang