Prolog

530 70 1
                                    

Harry's POV

Setelah menikah, aku dan Abel menjenguk Louis dan Freddie sebelum melanjutkan rencana kami untuk honeymoon ke Indonesia. Kini aku dan Abel dikaruniai anak kembar yang sangat sulit untuk dibedakan, tapi Abel bilang bahwa membedakan kedua miniaturku adalah hal yang sangat mudah. Aku memang ayah dari mereka, tapi tetap saja aku kesulitan untuk membedakan Zack dan Zed.

Dan sekarang, aku sedang pergi ke Target bersama istriku dan kedua miniaturku. Abel membawa belanjaan dan dia ingin ke mobil duluan karena dia lelah setelah berbelanja kebutuhan kami yang cukup banyak. Dan aku yang harus melayani kedua miniaturku yang terus merengek ingin membeli sereal bergambar spiderman. Yang satu ingin spiderman dan yang satu ingin Superman, sedangkan dirumah masih ada tiga kotak sereal.

Tak mau ambil pusing, aku membelikan semua yang mereka inginkan dan menggendong salah satu dari mereka untuk segera menyusul  Abel ke mobil. Tapi langkahku terhenti saat aku melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria.

"Kau suka melihat mom berbicara dengan pria itu?" Bisiku pada miniaturku yang sedang kugendong, dan aku juga memperererat gandengan tanganku pada miniaturku yang satunya. Bisa kau bayangkan betapa repotnya aku untuk menggendong miniaturku di tangan kanan dan menggandeng miniatur satunya di tangan kiriku?

"Ya, dad juga tak suka. Oke, kita akan membuat perhitungan pada pria itu agar dia tidak mendekati mom. Bagaimana, Zed?" Bisikku pada miniatur yang kugendong. "Terserah kau saja, dad. Aku Zack." Jawabnya dengan nada badmood. Abel bilang dia memiliki watak yang sama denganku, tapi menurutku tidak.

"Permisi, perkenalkan aku Harry Styles. Dan kau?" Kataku langsung memotong pembicaraan mereka berdua. Pria itu terkekeh, "Ya, semua orang tau kalau kau Harry Styles, kenalkan aku teman sekolah Abel dulunamaku Alvaro." Katanya ramah, dia juga mengulurkan tangan untuk berjabat tangan sehingga membuatku menurunkan miniatur dan juga belanjaan untuk menjabat tangannya.

"Ya Harry, dia adalah temanku. Dia selalu menjadi partner biology ku." Kata Abel. "Wow, bagus kalau begitu. Tapi Abel, bukannya kau sangat lelah tadi sehingga ingin cepat pulang?" Tanyaku dengan nada sarkas yang cukup tajam. "Mmm yeah. Alv, aku harus pulang. Harry dan anak-anakku juga ingin cepat pulang."

"Ya, silahkan. Senang berjumpa dengan kalian." Katanya sebelum Abel masuk ke dalam mobil yang disusul olehku dan kedua miniatur. Kedua miniatur itu tidak pernah bisa diam saat ada di dalam mobil, mobilku sekarang selalu memutar lagu anak-anak dan mereka selalu bernyanyi.

"Kau tau aku sangat mudah cemburu." Kataku sepelan mungkin agar kedua miniatur itu tidak mendengarnya. "Aku tau, tapi aku dan Alv memang tidak dekat dan kami hanya bertemu sekali ini dan itu pun tidak disengaja." Jawabnya pelan.

"Mom, dad. Sesampai di rumah aku ingin makan serealnya."

"Sereal hanya dimakan untuk sarapan, Zed." Ya, Abel bisa membedakan yang mana Zed dan yang mana Zack. "Sudah kubilang, mom tidak akan mengizinkannya." Kata miniatur satu pada miniatur dua. "Kalau begitu buatkan kami tacos." Lanjutnya dan dibalas dengan anggukan Abel.

"Zack, Zed. Mom sedang lelah..."

"Tidak apa-apa, Harry. Mereka hanya ingin kubuatkan tacos kok."

.

Sesampai di rumah, Harry membantuku meletakan belanjaan di atas konter dan kedua miniatur itu berlari ke kamar mereka untuk bermain. "Mom! Panggil kami saat tacosnya sudah matang!!!" Seru salah satu miniatur. "Ya!!!" Jawab Abel.

Aku hanya duduk dan menemani Abel salama dia membuat Tacos, terkadang aku juga membantu mengaduk bahan isi tacos dan juga melengkungkan kulit tortila nya. "Biar aku yang menunggu sampai kulit tortilannya matang. Kau istirahat saja." Kataku sembari meremas bahunya. Dia mengangguk, "Begitu tortilanya coklat, keluarkan dari oven."

"Ya ya, aku tau. Ini adalah makanan favoriteku." Jawabku sebelum dia berlalu menuju kamar. Aku terus memandangi tortila yang belum berubag warna, masih berwarna putih pucat. Kira-kira apa yang bisa kulakukan sambil menunggu kulit tortila ini matang?

Oh, sebaiknya aku menghampiri kedua miniaturku dan bermain bersama mereka. Aku berlari kecil menuju kamar kedua miniaturku dan menemukan mereka yang sedang bermain perang-perangan menggunakan pedang laser. "Apa tacosnya sudah matang?" Tanya salah satu miniatur.

"Belum, Zack." Jawabku sambil menebak namanya. Mereka berdua menghentikan permainan mereka dan melipat tangan di dada sembari memasang wajah masam. "Apa?" Tanyaku sembari mengakat kedua alis.

"Dad! Usia kami dua tahun! Dan selama dua tahun ini kau tak bisa membedakan kami?!"

Aku terkekeh, menghampiri mereka, duduk di tepi ranjang mereka dan memangku mereka di atas pahaku. "Maafkan aku, tapi kalian memang sulit untuk dibedakan." Jawabku apa adanya, "Tapi mom bisa membedakan kami."

"Karena dia mom kalian."

"Tapi kau dad kami."

"Baiklah, baik. Memang apa bedanya kalian?" Tanyaku sembari menatap mereka satu persatu. "Oh tuhan, kalian memang miniaturku karena kalian memiliki mata berwarna hijau, persis sepertiku. Dan aku masih belum bisa membedakan kalian."

"Dad, biar kuperjelas. Aku tampan, dan Zed jelek karena dia memiliki gigi yang ompong!"

Oh, aku baru tau. Tapi mereka berdua memiliki gigi yang tidak rapi. Padahal gigiku dan gigi Abel sangatlah rapi. "Hey! Apa maksudmu! Aku jauh lebih tampan!" Seru Zed sembari mendorong Zack sampai dia hampir terjatuh, untungnya aku sigap untuk menangkapnya.

"Sudah, sudah. Kalian berdua tampan karena wajah kalian sangat mirip denganku."

"Aku tidak percaya."

"Kau tidak tau seluruh gadis di bumi ini menginginkanku." Mereka berdua menggeleng tak percaya. "Tanyakan saja pada mom. Hey, kalian berdua memiliki gigi yang berantakan dan berjarak jauh. Jadi saat kalian mulai beranjak remaja, kalian harus memakai bahel agar gigi kalian rapi, oke?" Mereka mengangguk.

"HARRYYYY!!!!! TORTILANYA!!!!" Seru Abel dar arah dapur yang membuat kami semua kaget. Aku melupakan tortilanya. Sial!

Kami semua langsung berlari menuju dapur. Ya, tortilanya menjadi hitam hangus bagaikan arang. Abel pasti akan marah padaku, ditambah lagi si kembar menangis karena tidak jadi makan tacos.

"Harry, bisakah kau menjadi sosok seorang ayah yang baik sebentar saja?"" Tanyanya dengan wajah yang sangat lelah sebelum dia beralih untuk menggendong kedua miniatur itu. Aku jadi merasa bersalah, apa selama ini aku bukan ayah yang baik? Tapi aku sudah bisa membedakan yang mana Zack dan yang mana Zed.

"Mom akan membuatkan susu untuk kalian berdua sebagai gantinya, oke?" Abel berusaha untuk membujuk kedua anak itu, tapi kedua anak itu keras kepala dan terus menginginkan tacos.

"Zed, Zack, mengertilah. Mom sangat lelah sekarang. Dad akan membuatkan susu dan setelah itu kalian diam dan bermain di kamar. Mom harus istirahat." Kataku berusaha setegas mungkin dan mereka langsung diam dan mengangguk. Abel menurunkan mereka berdua dari gendongannya.

"Istirahatlah ke kamar, Bells." Kataku sebelum beralih membuat susu. Abel berlalu menuju kamar dan aku memberikan dua gelas gelas susu kepada Zack dan Zed. "Susu buatanku tak kalah enak dengan buatan mom, kan?"

"Tentu saja karena ini susu formula. Rasanya pasti sama." Kata Zed, aku bisa mengetahui Zed saat aku memeriksa gigi ompongnya. Lalu setelah mereka menghabiskan susu mereka, aku menyuruh mereka untuk bermain di kamar dan jangan berisik. Lalu aku kembali menghampiri Abel dikamar.

Dia sedang berbaring di kasur, wajahnya sedikit pucat. Kuusap pipinya, "Kau baik-baik saja?" Tanyaku dan Abel mengangguk. "Bells, maafkan aku karena aku tidak bisa menjadi ayah yang baik. Tapi aku berusaha, dan aku sudah bisa membedakan yang mana Zack dan yang mana Zed." Kataku sembari menggenggam tangannya. Namun dia hanya terkekeh, "Ya, itu tahap yang bagus." Katanya.

Fanzone 3Where stories live. Discover now