Author's POV
Harry merasa sedikit heran dengan Abel yang membiarkan kedua anaknya bermain di rumah Andrea—bahkan menitipkannya. Tapi dia tidak ambil pusing karena dia memang sudah lama tidak pergi berduaan bersama Abel dan dia merindukan momen itu. Malam ini Harry membawa Abel ke sebuah restoran sederhana di kota, mereka memilih duduk di meja paling ujung dengan makanan pilihan mereka."Kau masih ingat bagaimana perjuanganmu untuk keluar dari asrama?" Tanya Harry pada Abel sembari mengenggam salah satu lengannya. "Tidak, kau yang berjuang untuk mengeluarkanku. Aku tidak melakukan apapun." Elak Abel. "Kau salah, Mrs. Styles. Aku berjuang karena kau, kau lah si wanita maha kuasa. Tanpamu, aku takkan melakukan itu—jadi ini perjuanganmu." Jelas Harry dan membuat Abel berpikir sejenak. Abel tidak mengerti apa yang Harry bicarakan, sehingga dia hanya mengangguk.
"Kau ingat saat kau pertama kali menciumku?" Tanya Abel. "Di bandara?" Harry mengangkat alisnya dan juga membuat seringaian seksi di wajahnya. Abel mengangguk sembari sedikit salah tingkah. "Tentu saja aku mengingatnya. Ada apa?" Nada bicara Harry sedikit menggoda. "Apa rasanya?" Abel bertanya dengan penasaran dan dia sedikit bertingkah kekanak-kanakan. "Aku tidak pernah merasa puas terhadap bibirmu dan sentuhanmu atau bahkan...di dalam dirimu." Perkataan Harry itu berhasil membuat Abel memerah padam dan segera menyembunyikannya dengan menunduk—menatap entah apa yang dia tatap.
"Aku sudah hidup bersamamu lebih dari empat tahun dan kau selalu berhasil untuk membuatku tersipu." Kata Abel sembari mengigit bibirnya sedikit. "Jangan mengigit bibirmu, tidak di tempat ini."
"Memangnya kenapa?"
"Kau ingat terakhir kali kau menggigit bibirmu dan kita berdua berakhir di tempat tidur tanpa sehelai benang pun?"
"Oh astaga,," Abel kembali tersipu malu saat mengingat kejadian itu. Selama makan malam itu mereka membicarakan tentang masa lalu mereka yang cukup menyenangkan tapi juga menyakitkan di waktu yang bersamaan.
Mereka ingin kembali seperti dulu, tapi kali ini mereka tidak bisa bepergian sampai jam dua pagi seperti dulu, karena sekarang mereka memiliki Zack dan Zed sebagai tanggung jawab mereka. Dan sekarang sudah menunjukan pukul 10 malam sehingga mereka harus segera pulang—dan di samping itu juga restoran itu sudah sepi dan sudah bersiap untuk tutup.
"Harry, aku ingin ke toilet dulu." Kata Abel sebelum dia beranjak menuju kamar mandi. Setelah dia buang air kecil, di sana dia menata rambut dan penampilannya. Namun saat asik berkaca, tiba-tiba datang seorang wanita menghampirinya dan berkata "Jadi kau sudah memiliki Harry sepenuhnya? Dan kau sudah di anugrahi oleh sepasang anak kembar pria? Oh, sempurnanha hidupmu."
"Camille? Kau ada disini juga?" Ya, Abel mengenalnya. Saat Abel hamil, Harry sangat terpaksa dipasangkan dengan model bernama Camille ini demi nama reputasi. Untuk menyelamatkan reputasi Camille yang notabennya sebagai mantan model porno dan sekarang dia sudah menjadi VS Angel. Dan demi reputasi Harry, media yang beranggapan jika Harry dan Louis adalah pasangan gay. Padahal sudah jelas jika Harry telah menikah dengan Abel tapi media masih beranggapan jika hubungan Abel dan Harry tidaklah mutlak.
"Ya, dan seharusnya akulah yang ada di posisimu sekarang." Camille berkata dengan nada sarkasme yang jelas. Abel tidak peduli dan dia juga ingat bahwa Harry sudah menunggunya di luar sana jadi dia segera keluar. Namun saat dia kembali, Harry sudah tidak ada.
Harry's POV
Sekelompok orang memaksaku untuk menunggu di luar dan sikap mereka sedikit kasar. Padahal aku sudah memberi tau mereka jika aku sedang menunggu Abel yang sedang di toilet. Mereka menggeret dan mendorongku keluar dan saat aku keluar banyak sekali seklompok orang yang membuatku harus berdesak-desakkan dan bahkan aku ditarik oleh mereka sehingga aku tidak bisa berada di dekat pintu untuk menunggu Abel.Aku sedikit bingung dengan apa yang terjadi, kenapa banyak orang disini—apa karena aku? Tapi kenapa mereka tidak histeris saat melihatku?
Abel's POV
Aku berpikir bahwa Harry menungguku di mobil sehingga aku segera pergi keluar, tapi kondisi di luar restoran sedikit ramai seperti halte bus. Awalnya aku merasa biasa karena aku berpikir jika mereka hanya mengambil foto diriku dan juga Harry, tapi aku tidak menyangka saat seorang wanita memukul wajahku dengan entah benda keras apa—membuatku pusing dan bibirku berdenyut. Lalu orang-orang itu mendorongku sehingga membuatku terjatuh."Harry!!" Aku berusaha sebisaku untuk meneriakan namanya. Lalu aku melihat Camille menghampiriku, kupikir dia akan menolongku tapi ternyata dia datang untuk menertawakanku.
"I want my fucking husband." Kataku sembari menahan sakit di sekitar area mata dan bibirku. "He's mine, you slut." Jawabnya sebelum menendang perutku dengan cukup keras. Rasanya sakit sekali—rasanya tulang punggungku terlepas dari tempatnya. Aku sempat melihat Harry yang memberontak untuk menghampiriku sebelum pandanganku buram dan aku tak bisa melihat apapun.
Harry's POV
Mataku terus mengarah kepada pintu masuk restoran itu untuk mencari Abel supaya kami bisa segera menjauh dari keramaian ini. Tapi saat aku melihat Abel, dia sudah terjatuh—tergeletak di trotoar dengan luka lebam di mata dan di area atas bibirnya. Saat aku ingin menghampirinya, Camille datang menghampiriku dan bahkan menggodaku."Yang benar saja, Camille! Kau datang untuk menggodaku disaat seperti ini?! Hubunganku dan dirimu hanya sebatas perintah dari modest, bukan lebih! Dan aku sudah memiliki Abel dan dia memberiku hadiah terindah—Zack dan Zed!" Jawabku penuh emosi sebelum kembali berusaha menghampiri Abel, namun entah bagaimana tiba-tiba saja sesuatu mengenai jari tengahku dan rasanya sangat sakit, bahkan aku mengerang karena rasa sakitnya. Tapi aku tidak peduli, aku memberontak sebisaku dan menghampiri Abel.
Kurengkuh wajah pucatnya, ku sebut namanya berkali-kali dan dia tak mau membuka matanya. Aku takut jika aku akan kehilangannya, dia kehidupanku. Lalu tanpa kusengaja aku melihat darah yang mengalir di paha dan terus mengalir ke kakinya. Aku panik dan detik itu juga tangisanku pecah. Aku melihat ke sekitar, beberapa orang sedang sibuk merekam kejadian ini—aku tidak tau dia seorang penggemar atau bukan, tapi yang pasti itu sangat tidak berperikemanusiaan. Kutarik Abel kedalam dekapanku dan mencium-cium keningnya sebelum menjerit dengan penuh emosi dan juga memohon. "TELEPHONE 911!!!"
🔥🔥🔥
Aku sangat takut. Aku panik. Aku tak bisa mengatakan perasaanku sekarang ini. Yang bisa kulakukan hanyalah menelphone Gemma, Alice, dan juga Aaron. Aku tidak berani menelphone mama dan mom karena aku takut jika mereka akan kaget. Aku tidak tau jika Abel sedang mengandung anakku—adik Zack dan Zed.
Oh tuhan, jika sesuatu terjadi, hukum aku. Tolong jangan ambil Abel, dia hidupku.
Tanganku bergetar, tubuhku berkeringat, air mataku tak mau berhenti mengalir. Ada rasa benci di dalam diriku, aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa menjaga Abel. Ingin rasanya berteriak, tapi kupendam amarah dan kebencian itu dengan mengepal tanganku dan rasa sakit itu kembali. Aku baru menyadarinya, jari tengahku patah.
+++++
Maaf ya baru update, soalnya saia gatau lanjutannya.
Stuck getohhh
Tapi ini udh di update, dibaca ya...
Mohon jejaknya yaa....
Eh, klo ada yang mo kasih saran/kritik/masukan buat chapter selanjutnya mohon komen :)

YOU ARE READING
Fanzone 3
FanfictionHal paling menyebalkan adalah ketika dad memanggilku Zed. Aku kesal karena dia tidak bisa membedakan antara aku dan Zed. -Zack Mom bilang aku lebih mirip dirinya karena aku memiliki selera humor yang baik. Sedangkan Zack, dia mirip seperti dad yang...