$4

264 41 2
                                    

MATURE [+15]

Abel's POV
Aku sibuk mengobati kaki Zack selembut mungkin. Menurutku luka di lututnya hanya bared dan tidak seperih itu, tapi mungkin karena dia masih anak-anak jadinya dia terus menangis. Sedangkan Harry sedang mengalihkan perhatiannya agar tidak menangis lagi—dia terus mengajaknya berbicara dan membicarakan tokoh kartun favoritnya—Iron man.

Sebenarnya itu bukan kartun, tapi karena ada versi kartunnya jadi dia menyukainya dan menyebutnya kartun. Zed? Dia sedang disuapi mama. Setelah itu kami kembali bergabung dengan mama untuk memakan masakan yang telah mama siapkan. Zack dan Zed berebutan agar disuapi mama. Aku senang karena aku dan Harry bisa makan dengan santai dan bebas.

Oh! Aku sangat merindukan masakan mama!!!
Dan ini sangat lezat dan nikmat!!!!
Tuhan! Ingin sekali kunikahi makanan ini.

Tapi kenikmatan itu sedikit terganggu saat Zack dan Zed berkata bahwa mereka ingin memiliki adik. Aku hampir saja tersedak dan aku bisa melihat mama memasang ekspresi kaget sepertiku sedangkan Harry memasang seringaiannya yang indah. Mereka terus merengek dan aku hanya diam sampai mama berkata "Tak ada salahnya membuatkan mereka teman. Kasihan mereka, mereka kesepian dan membutuhkan teman baru. Mereka menginginkan adik. Bukan sesuatu yang sulit."

Setelah itu aku mencuci piring, sedangkan mama dan Harry memandikan kedua bocah itu. Sesudah mencuci piring, aku menuju kamar si bocah dan mendengar mereka masih bermain-main dengan air. Aku pun menyiapkan piama hangat untuk mereka sembari berkata "Jangan mandi terlalu lama." Kuletakan baju piama-piama itu di atas kasur dan pergi menuju kamarku sendiri.

Aku pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku tau ini masih terlalu siang untuk mandi untuk orang yang seusiaku, tapi aku benar-benar ingin mandi karena menurutku tubuhku sudah bau karna keringat.

Setelah mandi, aku mengeringkan tubuhku menggunakan handuk putih polos yang entah ini milikku atau Harry. Aku dan dia memakai handuknya bersamaan—bergantian. Lalu aku keluar kamar mandi dan melihat Harry yang sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan kedua tangan yang direntangkan dan kedua kakinya yang masih berada di bawah kasur.

"Lelah. Zack sangat sulit untuk di ajak mandi, dia takut luka barednya perih jika terkena air, tapi mama berhasil membujuknya." Keluhnya. Dia sudah menjadi seorang ayah selama empat tahun, tapi dia masih terus saja berkeluh kesal terhadap kedua anaknya—anakku juga.

"Tapi dia spermaku, ciptaanku." Lanjutnya. "Tubuhmu berkeringat, aku bisa mencium aromanya dari sini. Mandilah." Kataku tak mengumbris keluhannya, dia mengangkat kepalanya agar bisa melihatku lalu dia bangkit dan berkata "Kenapa kau memakai handuk dihadapanku? Kenapa kau mengingatkanku tentang permintaan anak-anak kita?" Tanyanya.

Aku menengang dan terdiam, tak berkutik. Dia menghampiriku. Oh, aku tau apa yang dia maksud. Aku tau apa yang ada dipikirannya. Aku semakin menegang saat aku mengingat rengekan Zack dan Zed saat mereka ingin memiliki sorang adik. Dia segera menciumku—ciuman yang menggebu, penuh hawa nafsu. Namun ciuman kami terhenti saat Zed berteriak bahwa granny tidak bisa menemukan susu untuk mereka. "Ada di atas kulkas." Aku menyahut tanpa keluar dari kamar.

Entah bagaimana, aku berakhir bawah tubuhnya di atas tempat tidur. "Sekarang, melanjutkan yang tadi," Harry mengambil nafas dan mulutnya menciumku sekali lagi.

Kedua tanganku mengepal di rambutnya saat mulutku berciuman panas dengan mulut
Harry—menikmatinya, merasakan nuansa lidahnya beradu dengan lidahku. Dan ia pun sama—menikmatiku. Rasanya seperti berada di surga.

Fanzone 3Where stories live. Discover now