19: Keputusanku.

306 25 2
                                    

Aku senang dengan keputusanku ini. Karena  dengan ini rasa sakit hatiku karenamu dapat berkurang.
-"-

"Teteh ngapain ngekos kayak yang gak punya rumah aja."tutur Ayah terkejut.

"Teteh cape, Yah pulang pergi kerja. Kan kalau kosan deket rumah sakit deket kemana mana."jawab Nada mencari-cari alasan.

Itu memang salah satu alasan Nada. Namun alasan sebenarnya Nada memilih kos bukanlah itu. Nada hanya tak ingin membiarkan hatinya selalu sakit karena melihat Rama dan isterinya bermesraan dihadapannya.

"Bener juga apa yang diomongin Teh Nada, Yah. Kalau ngekos mungkin dianya juga gak akan terlalu cape."ucap Ibu.

Hening beberapa saat.

Akhirnya Ayah menyetujui keputusan putrinya. Ia hanya takut akan keselamatan putrinya apalagi putrinya itu seorang perempuan.

"Makasih, Ayah."kata Nada begitu gembira sambil menggandeng Ayahnya yang berada di sampingnya. Ayah hanya terdiam.

"Aahh, Teteh mah gak seru. Kalau Teteh ngekos nanti Dedek gimana? Gak ada yang tidur bareng lagi."rengek Fira mulai manja.

Sifat manja Fira kepada Nada memang selalu dikeluarkan. Fira memang begitu menyayangi Tetehnya.

"Tidur bareng dari mana? Orang kita beda kamar. Lagian Teteh gak mau satu kamar sama kamu."ketus Nada pada Fira.

Fira meringis malu. Mereka memang berbeda kamar. Namun sesekali mereka sering tidur bersama dan menceritakan apa yang ada di dalam hati sebelum tidur.

"Aku juga gak mau tidur bareng sama Teteh. Apalagi tidur di kamar Teteh. Pusing, banyak buku."tutur Fira tak ingin kalah.

Nada memang mempunyai hobi membaca. Hingga di kamarnya pun banyak sekali koleksi buku. Hampir seluruh ruangannya penuh oleh lemari yang diisi buku-buku.

Buku-buku itu diantaranya buku tentang pelajaran, kisah pada zaman Nabi, dan tak tertinggal. Yaitu novel.

Lain halnya dengan Fira yang mengoleksi alat-alat kecantikan di kamarnya. Nuansa kamarnya pun tak luput dari warna merah muda.

Walau mereka berbeda karakter tapi kekompakan antara adik kakak bagaikan dua sahabat yang sudah menyatu dengan lekatnya.

"Aahh, kalau ada Teteh juga kamu suka bareng-bareng sama Akmal. Jadi aja Teteh dilupain."melas Nada.

Ayah dan Ibu yang berada dalam perdebatan antara Nada dan Fira hanya bisa menyaksikan dengan herannya.

"Eehh, kenapa ini jadi debat kayak gini?"tanya Ayah bingung.

"Jaga diri disana ya, Teh."ujar Fira sambil memeluk Nada tanpa memikirkan ucapan Ayahnya.

Nada pun memeluk Fira sambil mengelus kepala Fira.
~~~

Sebelum pergi, Nada melaksanakan shalat subuh berjamaah di mesjid seperti biasanya bersama Deria dan Widya.

Nada pun memberi tahu kepada dua sahabatnya itu bahwa ia akan mengekos.

"Yyaahh, gak akan sering-sering ketemu lagi, donk."kata Widya dengan nada kecewa sambil berjalan menuju mesjid.

"Maaf, ya. Kalian tau mungkin gimana sibuknya aku? Hahaha."tutur Nada sambil tertawa agar suasana tidak terlalu suram.

"So' sibuk!"ketus Deria. Nada hanya meringis malu.

"Nad, itu Rama bukan, sih?"tanya Widya setelah memalingkan wajahnya ke belakang sambil menyipitkan matanya.

Nada terdiam sejenak. Ia pun ikut menyipitkan matanya.

"Iya."kata Nada dengan singkat lalu melanjutkan langkah kakinya.

Sahabat SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang