03: Rencana yang Tertunda

717 27 0
                                    

Manusia hanya bisa merencanakan. Namun keputusan hanya ada di tangan Sang Maha Kuasa.
-"-

Pagi yang cerah menuntunku
untuk pergi ke suatu tempat yang penuh dengan santriwan santriwati. Pondok Pesantren yang tak jauh dari rumahku.


Sudah dua hari aku menimba ilmu di tempat itu. Awalnya aku cukup senang karena disambut dengan hangat oleh teman-teman pondokku itu tapi kali ini aku merasa marah bahkan kecewa dengan teman-teman pondokku itu karena berubah drastis saat liburan akhir tahun bersama.

Namun, aku tak begitu memperdulikannya. Sekarang aku tak tahu apakah sifatnya tetap sama atau berubah.

Saat itu tepat ba'da magrib. Aku beserta santri yang lain sedang menunggu jemputan untuk pulang ke rumah.

"Kita pake apa pulangnya?"tanyaku kepada teman-temanku yang berada dihadapanku.

Tak ada jawaban.

"Kita pake apa pulangnya?"tanyaku mengulang tapi suasana tetap hening. Padahal semua orang sedang berkumpul dan tidak sedang disibukkan apapun.

"Eumm..kita pulang pake apa?"untuk ketiga kalinya aku bertanya tapi teman-temannku bukan menjawab pertanyaanku tapi malah pergi meninggalkanku sendirian.

Aku diam terpaku. Rasanya ingin sekali menangis.

Selain kejadian itu, saat acara berlangsung aku telah disakiti pula.

"Izin ke kamar mandi ya?"ujarku pada salah satu panitia yang tak lain dan tak bukan adalah temanku.

"Lima menit!"ketus temanku itu.

"Hah?"aku terkejut mendengarnya. Aku sangat tak menyangka akan mendapat jawaban yang sinis.

"Lima menit!"katanya sambil tidak melihatku sama sekali.

"Bicara yang sopan bisa kali!"gumamku.

"Teh, ntar masak-masak di asrama ya."ajak Rani mengejutkanku dalam lamunan yang perih itu. Dia adalah teman yang menjawab pertanyaanku dengan ketus yang sebelumnya sudah kuceritakan.

Selepas itu aku pergi ke asrama putri untuk melaksanakan rencanaku dan Rani.

Untuk pertama kalinya aku mengunjungi asrama putri ini. Ternyata asrama putri ini tak jauh dari rumah sahabatku yaitu Salsa. Ia sahabatku sejak Sekolah Dasar hingga sekarang. Dalam hidupku sahabat yang sebenarnya hanyalah mereka. Yaitu April, Salsa, Deria, Ariani dan Widya.

"Sering-sering kesini, ya suapaya kamu bisa deket dan beradaptasi."kata Teh Silvi. Aku hanya tersenyum.

Sebelumnya aku memang sudah mencurahkan isi hatiku pada Teh Silvi tentang apa yang dilakukan santri-santri padaku. Mungkin dia tahu apa yang harus aku lakukan bila ingin santri-santri lain tidak memperlakukan aku seperti itu.

Akhirnya aku bersama santri yang berada di asrama putri itu memasak cemilan.

Sambil menunggu cemilan itu matang, aku duduk di kursi sambil memperhatikan suasana di dalam asrama putri.

"Rumahnya cukup besar, nyaman pula."gumamku.

Suasananya begitu dingin. Tidak ada rasa gerah atau sesak.

Sahabat SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang