10: Kembali.

324 22 0
                                    

Rasa rindu ini terobati setelah aku kembali.
Kalian akan selalu dihatiku walau kita akan berpisah
Wahai Sahabat...
-"-

Tiga tahun berlalu aku asrama di pondok. Sekarang aku sudah lulus SMK dan sudah mulai bekerja di salah satu rumah sakit di Bandung. Namun, aku ingin melanjutkan pendidikanku di bangku kuliah.

"Pak, Nada ingin menjadi penyiar radio. Apa Bapak bisa bantu saya? Soalnya saya dengar-dengar sedang ada lowongan."kataku pada Pak Rahman yang sedang duduk-duduk santai bersama anak kecilnya.

Selain pemilik pondok ini, Pak Rahman pun sering mengisi acara insipiratif karena karya tulisnya yang inspiratif. Kemudian Pak Rahman juga kenal dengan pemilik siaran radio yang akan kucoba untuk melamar kerja disana.

"Mau lamar kerja lagi? Bukannya kamu udah kerja di rumah sakit?"tanya Pak Rahman heran.

"Untuk tambah-tambah ,Pak. Lumayan kan, Nada kan mau lanjut kuliah."

"Ntar Bapak coba deh, ya. Kamu persiapan aja."

Bila aku diterima menjadi penyiar radio, uangnya akan menjadi biaya kuliah dan keluargaku. Walaupun sebenarnya aku dan adikku telah dibiayai oleh seorang yang begitu dermawan hingga aku bisa bekerja seperti saat ini.
-"-

Atas bantuan Pak Rahman, aku bisa menjadi penyiar radio. Disaat ini pula aku selesai dalam menuntut ilmu di pondok. Aku akan pulang ke rumah dan bertemu dengan orang-orang yang akan kucintai.

"Assalamu'alaikum."ku ucapkan salam saat aku pulang ke rumah. Terlihat Ibu dan seorang lelaki, namun lelaki itu bukan Ayahku. Melainkan lelaki yang masih muda. Sepertinya usianya hampir sama denganku. Mungkin usianya sekitar 24 tahunan.

"Wa'alaikumussalam. Ehh, Teteh?"jawaban Ibu menyambut kedatanganku.

Lelaki itu menatap ke arahku sebari tersenyum dan menunduk dengan sopan.

Lelaki tampan yang mengenakan jaket berwarna hitam dan rambut ditata dengan rapi itu belum pernah aku lihat.

"Akmal, ini Tetehnya Fira yang dari pesantren."tutur Ibu.

Fira? Memangnya laki-laki itu siapanya Fira?

"Ehh, iya Bu. Dimana Fira?"tanyaku heran.

"Teteh!"sambut Fira dari belakang punggungku lalu memelukku. Seketika air mataku menetes.

Melihat adikku ini yang begitu berubah. Tinggi badannya yang melebihi tinggi badanku sekarang serta rambut tipisnya yang diurai. Entah kenapa hingga saat ini ia belum ada niatan untuk berhijab padahal saat kecil dulu ia ingin sekali mengenakan hijab.

"Ditinggal dulu sama Ibu ya, lagian udah ada Tetehnya Fira."tutur Ibu pada Akmal sambil pergi ke dapur.

"Itu siapa?"bisikku pada Fira. Ia hanya meringis malu. Dari wajahnya aku sudah tahu siapa Akmal sebenarnya.

"Eemm, pacar? Ganti pacar lagi?"tanyaku. Aku sudah tahu bahwa Fira sering berganti-ganti lelaki. Dia sering bercerita serta memperlihatkan foto pacarnya padaku bila aku pulang ke rumah. Oleh karena itu aku asing melihat Akmal.

"Ehh bukan, bukan."jawab Fira dengan cepat dan lantang.

"Akmal bukan pacarnya Fira, Teh."tutur Akmal padaku disaat aku mulai duduk di kursi. Aku hanya berdehem.

"Assalamu'alaikum. Ehh, Teh Nada. Kapan pulang?"tanya Ayah.

"Wa'alaikumussalam. Baru, Yah."jawabku sambil mencium punggung tangan Ayah.

"Oh iya, Yah. Nada udah diterima jadi penyiar radio. Dibantu sama Pak Rahman."ucapku sambil mengambil cemilan yang ada di meja.

"Alhamdulillah."ujar Ayah dengan gembira karena ia pun tahu sejak SMP aku ingin sekali menjadi penyiar radio di stasiun radio dan Ayah pun tahu rutinitasku mendengar radio itu.

Sahabat SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang