23. Apa Maksudnya?

274 23 1
                                    

Maaf jika kelak aku tak bisa menjadi teman hidupmu
Ketahuilah ini keputusan-Nya
Kau haruslah tegar dan ikhlas menerima semua ini
-"-

Hari ini Nada begitu sibuk di pekerjaannya yang sebagai penyiar radio. Sudah hampir seharian Nada berada di tempat pekerjaan itu. Untungnya Nada tak ada jadwal di rumah sakit. Jadi, dia dapat menyelesaikan pekerjaannya sebagai penyiar radio dengan tenang.

Saat Nada sedang memeriksa beberapa naskah yang nantinya akan disiarkan terdengar suara lirih dari seorang laki-laki.

"Assalamu'alaikum, Nad."

Nada mendongkakan wajahnya ke arah suara itu.

"Wa'alaikumussalam. Fajar?"tanya Nada terkejut.

Fajar tersenyum girang.

"Kapan kamu pulang?"sahut Nada begitu senang pada Fajar seperti yang tidak bertemu beberapa tahun lamanya. Padahal mereka tidak bertemu hanya seminggu karena Fajar menjenguk budenya di Jogja yang tengah sakit.

"Apa kabar, Nadaku? Aku kangen hehe."tanya Fajar sambil duduk dihadapan Nada.

Nada mengerutkan dahinya. "Nadaku? Emang aku milik kamu?"

"Pengennya gitu, Nad."kata Fajar dengan suara lirih namun masih terdengar oleh Nada.

Nada terdiam sejenak mendengar perkataan Fajar lalu tersenyum. Hatinya mulai bersorak ria."Hah? Kebiasaan kalau ngomong suka pelan-pelan jadi gak jelas."tanya Nada. Padahal dia sudah tahu apa yang dikatan Fajar padanya.

"Enggak, Nad. Kamu gak kangen gitu sama aku?"goda Fajar.

"Orang yang kamu gak usah dikangenin kali, Jar."

Fajar hanya berdehem. Dia tahu Nada pasti bercanda.

"Oh iya hampir lupa. Ini ada titipan dari Umi aku."kata Fajar sambil menyodorkan tas yang berisi makanan ke hadapan Nada.

"Wwaahh, bakpia? Umi kamu baik banget sama aku. Makasih, ya."ujar Nada senang setelah membuka tas bewarna coklat itu.

"Itu oleh-oleh dari Jogja, Nad. Kamu suka gak?"tanya Fajar. Nada hanya mengangguk-angguk dengan mulut yang dipenuhi bakpia.

"Nada, Nada. Gemes aku liat kamu."gumam Fajar.

Mereka memang begitu dekat. Namun mereka pun tahu batasan-batasan dengan yang bukan mahromnya. Mereka hanya sekedar melontarkan candaan.

"Eemm, Nad. Abis kita pulang kerja kamu disuruh ke rumah aku sama Umi aku."tutur Fajar.

Nada langsung berhenti makan. Dia cukup terkejut. "Ngapain?"

"Kali-kali silahturahmi ke rumahku, Nad. Jangan aku aja yang silahturahmi ke rumah kamu."

"Hhemm, dasar pamrih."ketus Nada langsung melanjutkan makannya.

"Eehh bukan gitu maksud aku. Umi aku pengen ketemu aja sama kamu. Mau kan?"tawar Faja dengan memelas.

"Iya, Jar."jawab Nada sambil tersenyum dan Fajar pun ikut tersenyum.

"Aadduuhh..ada makanan gak dibagi-bagi, nih?"tanya Ani yang tiba-tiba datang dan langsung mengambil bakpia.

"Eeuumm iya iya ini, An. Makannya jangan keliling mulu jadi gak tau kan ada makanan?"ujar Nada.

"Eehh, Fajar? Kapan pulang?"sambungnya.

"Tadi malem, An."jawab Fajar.

Sore telah menyapa. Adzan ashar pun telah berkumandang. Sebelum pulang, Fajar dan Nada melaksanakan shalat ashar terlebih dahulu dengan karyawan-karyawan lainnya. Kali ini Fajar menjadi imam di masjid yang sudah ditempatkan di tempat mereka bekerja. Masjid itu dibangun agar lebih memudahkan para karyawan untuk melaksanakan shalat.

Sahabat SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang