Chapter 8-1 : Curiosity

618 40 26
                                    

MINATO (CERITA DARI SUDUT PANDANG MINATO)

Pagi ini aku terlalu lelah untuk berangkat ke akademi. Malam sebelumnya aku terbangun beberapa kali, seperti diawasi. Sisa malam aku habiskan untuk menulis berbagai macam dugaan hal yang membuatku merasa diawasi. Karena kurasa, yang mengawasiku benar-benar memiliki wujud fisik. Suara di luar semua terdengar normal, tapi tanda yang ditinggalkan orang yang mengawasiku, terlihat aneh. Bercak hitam berbentuk tangan menempel di bingkai jendela. Orang itu pasti meninggalkannya karena suatu sebab. Tidak mungkin ia ceroboh. Orang itu ingin aku mencari tau tentang dirinya.

Aku berangkat sepuluh menit lebih awal dari biasanya. Akademi masih sepi, baru beberapa murid dan guru yang hadir. Aku memutuskan untuk ke perpustakaan, mencari informasi. Aku mengambil buku tentang tanda khas penyihir. Banyak penyihir yang meninggalkan suatu tanda khas setelah melakukan sesuatu.

Aku membawa buku itu ke luar perpustakaan, lalu menuju ke aula utama akademi. Aku bersandar di tangga, membaca sambil menunggu Kushina. Jari telunjukku menyusuri daftar isi buku itu, lalu berhenti di judul "Tanda Khas Telapak Tangan". Tanda Khas Telapak Tangan ini membuat penggunanya cepat dikenali. Namun penyihir itu harus terdaftar secara resmi di suatu negara atau instansi resmi lainnya.

Saat aku akan membaca daftar penggunanya, gadis itu datang. Rambut merahnya tergerai rapi. Aku menutup bukuku, berhenti membaca.

"Hai Minato! Sedang menunggu?" Gadis itu menyapaku dengan ceria. Senyumnya sangat cantik menghiasi wajah.

"Oh, Hai Kushina. Nanti, pulanglah awal, aku akan mengantarmu," ucapku sedikit gugup. Aku khawatir ia juga diawasi karena dekat denganku. Bagaimana pun juga aku harus melindunginya semaksimal mungkin, walaupun tanpa sihir.

Gadis itu mengerutkan keningnya. Mungkin kah dia bingung? Aku tidak bisa memberi tau Kushina kejadian yang menimpaku semalam. Bagaimana jika ia panik? Atau khawatir dan ketakutan berlebih? Itu justru akan membuat situasi semakin rumit.

"Memangnya ada apa?" Kushina bertanya setelah diam sejenak. Kali ini aku bisa memastikan bahwa gadis itu bingung dan curiga disaat bersamaan. Kedua mata gadis itu melukiskan semuanya. Pendirianku sudah tetap, aku tidak akan mengatakannya.

"Hmm, hanya supaya kau tidak kehujanan saja." Aku tersenyum sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. Semoga ini masih terlihat natural dan alasanku diterima oleh Kushina.

"Oke." Gadis itu menjawab singkat.

***

Kelas pagi ini diisi oleh Kepala Sekolah. Ia mengajarkan tentang hewan yang bisa kita gunakan untuk bertarung melawan musuh. Dituliskannya semua hewan di papan tulis, lengkap dengan ciri-ciri, kelebihan, kekurangan, tipe bertarung, dan cara memanggilnya. Gambar hewan itu dibagikannya di beberapa lembar kertas.

"Pelajaran ini memang tidak ada di buku, tapi penting untuk kalian ketahui," ucapnya.

Aku tidak memperhatikan gambar yang mendarat mulus di mejaku. Aku memutuskan untuk mencatat dan meletakkan gambar itu di pojok meja. Pikiranku selalu teralihkan ke kejadian kemarin malam. Aku terus berusaha menganalisa semua kemungkinan, tapi selalu buntu. Kerja keras otak ini tidak berguna, tidak membuahkan hasil.

Setelah pelajaran selesai, aku menemui Kepala Sekolah. Hal-hal mencurigakan yang terjadi, ia berhak mengetahuinya. Kepala sekolah mendengarkan seluruh penjelasan dengan seksama. Ia memberiku saran untuk mempelajari trik sihir bagi penyihir yang kehilangan sihirnya. Ia menyuruhku ke kantornya nanti sepulang sekolah.

Aku segera berlari menemui Kushina. Gadis itu pasti sudah menunggu.

"Maaf membuatmu menunggu." Aku berbicara sambil terengah-engah. Nafasku terasa berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forgotten PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang