2 RA Pulang Bareng

214 52 12
                                    

Happy reading! Selamat membaca

Pas Revan ingin beranjak dari kursi duduknya di kantin, Ana pun tersenyum kepada Revan. Hanya saja Revan membalas dengan tatapan dingin tidak merespon.

Kedua teman barunya Ana melihat hal itu, "Sabar ya na, dia emang gitu dingin" ucap Nadyra. Ana mengangguk dan ia baru tahu bahwa pria itu dingin, pantesan awal ketemu di kafe itu menampilkan wajah juteknya.

Sasha memang mengenali sosok Revan bagaimana, sebenarnya pria itu tidak seperti yang dipikirkan oleh keduanya temannya. Semua orang tidak ada yang tahu diantara Sasha dan Revan adalah sepupu, entah mengapa mereka harus mengrahasiakan ini semua.

"Sudahlah jangan menghasut Ana, untuk berpikir jelek tentang Revan" timpal Sasha, ia tidak ingin Revan terlihat jelek dimata Ana.

Mereka bertiga sudah duduk ditempat dimana Revan dan teman-temannya duduk dikantin.

"Hey, ngelamun! Makan na, nanti dingin basonya" ucap Sasha.

"Gue lagi engga selera makan, sha."

"Kenapa? Lo masih kepikiran soal Revan tadi?"

Ana mengangguk dengan polosnya.

"Yaudah sih na, jangan di tanggepin Revan mah gitu orangnya. Dia baru kenal sama lo, lama kelamaan dia gak bakalan gitu."

Tapi tetap saja aku masih tidak enak dengan Revan, ia merasa bersalah dengan kejadian di kafe tapi itu benar-benar tidak disengaja. "Lo, lagi memikirkan sesuatu lagi tentang Revan?" tanya Sasha kembali.

Ana menggelangkan kepalanya ia harus berbohong kepada kedua temannya, Sasha tau bahwa Ana berbohong. Pasti Ana masih kepikiran awal pertemuan dengan Revan di kafe, sebenarnya Sasha mengetahui kejadian antara Ana dan Revan dari kafe karena laki-laki itu menceritakan semua dengan seolah-olah Sasha tidak mengetahuinya.

Memang di mataku, Revan adalah laki-laki dingin dan sangat jutek tidak perduli dengan orang-orang yang ia belum kenal maupun sudah kenal terutama padaku. Entah apa salahnya, mungkin Revan kurang suka padaku sejak kejadian dikafe.

🌻🌻

Revan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana dia kira itu notif dari gadis itu, dan ternyata bukan hanya notif dari operatof. Hari ini ia tidak mendapatkan kabar dari gadis itu, dan membuat dirinya khawatir dengan chat ia terakhir dari semalam pun belum dibalas oleh Rani.

Namun, sebagai utamanya Revan harus mampu berpikir positif atas kegiatan sang mantan pacarnya disana, kemungkinan ia sedang sibuk. Kini mereka bertiga sedang di pinggir area lapangan basket.

"Kenapa sih van, muka lo kusam gitu?" tanya Gagas melihat Revan buka ponselnya terus.

"Gausah ditanya juga lo tau,gas. Paling si Revan nunggu kabar dari si Rani?" timpal Aldo yang langsung membuat Revan diam. Benar juga apa yang di ucapkan oleh Gagas.

"Dasar bucin"

"Susah sih kalau udah bucin, ya kerjaannya gitu nunggu di sakitin baru aja nyadar tapi begonya udah disakitin eh mau aja balikan." Sindir keras untuk Revan, tapi Revan tidak menanggapi omongan dari Aldo.

"Biarin deh, do. Gue mau liat dulu sampai kapan dia bisa bertahan dengan Rani." jawab Gagas, diikuti Aldo mengangguk benar kata Gagas.

Mereka kembali ke dalam kelas lima menit lagi bel masuk, selama perjalanan ke dalam kelas Revan dan Ana bertemu di koridor depan kelas. Disana ada juga Sasha dan Nadyra maupun Gagas yang memperhatikan mereka berdua terdiam depan pintu kelas, saling memandang sebentar lalu Revan langsung masuk duluan dan memalingkan muka menuju ke tempat mejanya.

REVANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang