Broken in White

5.1K 451 31
                                    

Cast: Lee Taeyong × Jennie Kim
Lenght: Oneshoot, 3901words

×××

Jennie Kim's Point of View

Pernikahan ini sangat menyakitkan.

Aku mencintai lelaki yang sedang terlelap sambil memelukku dengan erat. Aku tersenyum namun aku menangis. Aku senang namun disaat bersamaan aku merasakan sakit. Lee Taeyong. Seorang penyanyi ternama. Superstar dunia. Digilai banyak wanita. Dan umurnya baru saja menginjak 27 tahun. Dan aku, Jennie Kim, wanita berusia 25 tahun. Kami menikah atas dasar cinta. Tidak, tak ada yang mengetahui hal ini kecuali kami dan keluarga kami.

Namun, mertuaku yang aku sayangi sangat membenciku. Keluargaku juga membenciku. Aku merintis karirku sebagai model dan ya, aku terkenal.

Dan mengapa kami bisa tidur berdua? Tentu saja karena kami bersembunyi. Kami membeli rumah di luar Korea. Tepatnya di Eropa sekitar Swiss dan itu juga dibagian pedesaan.

Kami hanya bisa bertemu dua bulan atau tiga bulan sekali. Aku bahkan berpikir, mengapa aku menikahinya di usia yang masih sangat muda? Jika saja itu bukan dikarenakan Taeyong yang menginginkannya. Dan ya, aku juga menginginkannya. Namun, mengapa Taeyong dan aku tidak membuka ini kepada media? Oh, bagaimana bisa kami membuka hubungan kami secara terang-terangan sedangkan Hyerin-mertuaku-sangat membenciku? Dan juga, Taeyong memiliki fans yang sangat mencintainya. Berusaha melihat Taeyong tanpa kekasih. Tidak ingin melihat Taeyong dimiliki oleh wanita lain. Itu adalah keinginan banyak wanita di dunia. Banyak yang berkata bahwa mereka akan bahagia bila Taeyong bahagia. Namun, Taeyong selalu mengatakan padaku bahwa ia takut membuat fansnya sakit hati dan ya, aku berusaha mengerti akan hal itu.

"Berhenti menangis, Jenn." Bisik Taeyong dibelakangku. Aku berbalik dan menatap wajahnya.

"Berhenti menangis." Bisik Taeyong serak.

"Aku sangat merindukanmu, Tae. Sangat." Bisikku lembut dengan bibir bergetar.

"Aku tahu. Aku juga sangat mencintaimu. Bertahanlah. Aku akan membahagiakanmu. Suatu haru nanti dan pegang janjiku."

"Menikah denganmu sudah menjadi kebahagiaan sendiri buatku." Ucapku dan melumat lembut bibirnya. Aku bisa merasakan air mata Taeyong jatuh di atas pipiku. Ini berat bagi kami berdua. Sangat berat.

--

Lee Taeyong's Point of View

Pagi ini aku sudah harus kembali ke Seoul dan begitu pula dengan isteriku. Ia sangat cantik dan telaten. Pintar memasak dan benar-benar sempurna.

Aku tak tahu apa yang dapat aku lakukan tanpa dirinya di hidupku.

"Kau berangkat pada pukul berapa, honey?" tanya isteriku lembut.

"Pukul 11. Bagaimana denganmu?"

"11 malam." Balasnya sambil tersenyum dan mencuci panci-panci kotor dengan sigap. Hatiku sakit. Bahkan, pulang saja harus sendiri-sendiri dengan waktu yang sangat jauh. Aku tak mengerti mengapa penikahan kami harus seperti ini. Aku kira, ibuku akan setuju aku menikah dengannya karena ketika aku berpacaran dengannya dan diketahui publik, Ibuku sangat menyukainya. Namun, ketika aku berkata bahwa bagaimanapun keadaannya, aku akan tetap menikahinya-Ibuku marah dan berkata bahwa seharusnya hubunganku dengan Jennie hanya bertahan sementara. Ibuku berharap aku kembali kepada Seulgi atau Wendy. Aku benci. Aku benci sekali dengan keinginan orang-orang disekitarku.

Dan ketika aku menikahi Jennie, rumor beredar dan mengatakan perjalanan cintaku dengan Jennie putus di tengah jalan-yang tentu saja berita itu dibuat oleh Ibuku dan Managerku. Aku tersenyum kecut mengingat hal itu.

Just Dreaming Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang