Serendipity

3.8K 306 37
                                    

Lenght: Oneshoot
Words: 1849 words
Cast: OC × bebas siapa aja idol kalian
Inspirasi: seorang kakak tingkat, anak PMK yang gue judge sebelum gue ketemu langsung dengan dia.

🍁🍁🍁

Serendipity.

Which is salah satu bentuk ketidaksengajaan yang menyenangkan.

Pernah nggak lo merasakan hal itu? Semacam lo bertemu dengan seseorang yang lo cintai tapi lo nggak berpikir lo bisa ketemu sama orang itu, atau lo bisa mendapat nilai A disaat lo nggak belajar sama sekali. Hal-hal semacam itu pasti sering kita alami di kehidupan sehari-hari.

Hari ini, sama seperti hari-hari biasa. Gue mendapat kelas pagi, jam tujuh. Karena bangun pagi adalah hal yang paling haram untuk gue lakukan, dan gue sebagai komting kelas yang paling tahu si dosen pasti telat 2 jam, akhirnya gue memutuskan untuk tidur lagi dan berangkat jam tengah 9.

Ketika gue membuka hp, grup kelas udah penuh caci maki yang ditujukan pada gue. Iyalah. Sebagai komting, gue yang paling terakhir datang disaat anak-anak yang lain datangnya jam 7.

Hal ini selalu jadi permasalahan di kelas. Setiap kali gue datang ke kelas tepat jam 9, anak-anak di kelas terutama para cowok pasti langsung teriak: "Bu komting kenapa selalu telat datang?!" atau "Bu komting aja bisa telat, kita kok enggak?" atau "BAKAR AJA KOMTINGNYA, GAK GUNA!"

Dan gue selalu membalas mereka dengan caci maki yang membuat mereka terdiam.

"Eh lo udah makan belom?" tanya gue pada salah seorang teman gue di kampus, namanya Herlin.

"Belom lah, orang gue juga baru datang."

Herlin ini, teman sepernasiban gue di kampus. Asalnya dari bogor dan dia salah satu cewe yang bisa diajak nakal di sini. Nakal dalam artian sebenarnya. Ngebully orang, jahatin orang, bolos kelas, titip absen dan masih banyak lagi. Gue sama dia itu kayak orang paling menderita tau nggak sih. Mungkin karena baru pertama kali ngekos, hidup kita jadi semenggenaskan ini.

Makan nggak makan, hidup nomaden, tidur nggak tidur, dll.

"Nanti mau makan nggak?" tawar gue.

"Dimana?"

"Burjo. Akhir bulan anjing, uang gue tinggal sepuluh ribu," kata gue merogoh kantong celana jeans gue, mengasih tunjuk uang bewarna ungu tersebut.

"Burjo mana?"

"Burjo teteh aja sih, nasi tempe sama sayur dapet goceng." ketika gue mengatakan itu, wajah Herlin langsung bahagia karena bisa makan murah. Ngenes banget ya nasib anak kost?

Gue udah nggak sabar menunggu detik-detik kelas berakhir. Gue sampe memaki-maki dosennya dalam hati karena bacotnya terlalu banyak. Perut gue udah bunyi-bunyi minta makan.

"Lama banget elah," Herlin juga sama udah nggak tahan.

"Bitch, gue udah laperrrrrrrrr," keluh gue sambil memegang perut gue.

"Banyak bacot banget sih ini dosen, nggak pernah di tikam murid sendiri apa?"

Beberapa menit kemudian, kelas benar-benar berakhir. Gue dan Herlin langsung lari ke parkiran, buat ngambil motor gue dan cus ke Burjo si Teteh. Bagai anak kelaparan, gue dan Herlin langsung duduk heboh dan teriak,

"Teh, nasi tempe sama capcay ya!!" teriak Herlin.

"Tehhh, nasi telor sama bayam!!" gue juga menyahut dengan suara yang terdengar sedikit keras. Sampai-sampai, dua orang cowok di sebelah gue berjengit. Mungkin mereka bingung dan mikir, ini cewek darimana dah? Kayak nggak pernah makan aja.

Just Dreaming Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang