Di malam ini, rasa itu semakin terasa berdesing seperti peluru.
Dari pikiranku menggebu-gebu memiliki ingatan mungil tentang kau.
Hey, dimana malaikat penjaga?Selamat malam, aku tetap ingat senyummu.
Jika kamu berkata, bahwa aku ini orang yang tampak memiliki banyak teman, itu adalah kesalahan. Jika kamu berkata bahwa aku hanya memiliki teman dekat Joni, Dimas, Andre serta anak Jakarta yaitu Gery, Gibran, dan Harib, nah, itu baru benar. Maka dari itu, aku lebih sering melibatkan segala emosiku untuk bercengkrama di rumah Dimas ataupun Andre karena dekat dengan warung yang menjual bala-bala enak, bermain gitar yang senarnya sering putus atau bermain kartu domino yang seringkali berkurang satu biji entah kemana.
"Euh, ieu mah jurig nu nyokot," kata Dimas sambil melihat kesana-kemari mencari kartu domino yang hilang. (Euh, ini mah hantu yang ngambil)
"Jurig apa?" tanya Harib yang tidak mengerti bahasa sunda dikarenakan orang Jakarta.
"Pacarnya Dimas," kata Joni tertawa. Aku ketawa melihat Joni ketawa.
"Oh? Masa pacarnya Dimas ngambil kartu domino? Aneh," kata Gibran.
"Takut," kata Joni seperti bergidik ngeri melihat Dimas.
Atau sering melakukan perjalan ke gunung-gunung menggunakan motor pinjaman dan sisanya harus menarik napas kuat-kuat karena kelelahan berjalan menanjak. Lalu Dimas berteriak sambil memegangi kedua lututnya: "AH, KEHEULA!!!" (sebentar)
Setelah sampai dan melihat air terjun yang sedang memandikan batu-batu di sekitarnya, aku dan lainnya menutup mata, merasakan indahnya alam Garut karena gunung-gunungnya yang mengelilingi Kota Garut.
Pokoknya dibanding melakukan aksi kurang mengenakan di mata orang-orang, aku dan lainnya lebih menyukai aksi pahlawan yang tidak sukarelawan. Lho? Kenapa disebut tidak sukarelawan? Karena aku dan lainnya akan memungut sampah untuk dikasihkan kepada tukang sampah dan diberi upah sebesar lima ratus perak untuk sekedar membeli satu bala-bala di warung sebelah rumah Dimas.
❌❌❌
Semua orang berhak bahagia di bumi, tetapi ketika kamu bertemu dengan Dimas, kebahagianmu itu akan terus semakin berlanjut hingga untuk sekedar buang air besar. Serius. Kamu akan merasa bahagiamu itu disana. Tak perlu mencari teman sampai ke Marauke, jika kamu merasa orang itu layak disebut teman.
"Duh, kenapa ya pantat urang atel, nya?" tanya Dimas saat sehabis memungut sampah dan memakan bala-bala di rumahnya. (Duh, kenapa ya pantat aku gatel, ya?)
"Kenapa atuh?" tanya Joni.
"Awas, ada semut," kujawab sambil menahan ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since 1980
Short Story"Dulu sekali, sebelum kau dan aku dipertemukan, mungkin duniamu sudah menjadi milikku, Nisya. Siapa yang tahu? Mudah-mudahan Tuhan memang ingin kita begitu."- Rico Sebastian. Copyright © 2017 by Gabrielajovs