Di pagi hari kamu adalah embun
Di sore hari kamu adalah senja
Di malam hari kamu adalah rembulan
Lantas, apa pantasnya aku dengan segala keindahanmu itu?Pagi itu, aku ditemani Nisya pergi ke sekolah. Aku bertemu dengannya saat di jalan dan mengajaknya. Tetapi Nisya tidak mau ikut naik sepeda. Katanya, "Nanti Rico kecapaian."
"Nisya sudah baca suratku?" kutanya sambil menyeret sepeda, berjalan disebelahnya.
"Sudah. Rico yang gambar?" tanyanya tersenyum.
"Iya, Nisya."
"Rico bagus ya gambarnya. Nanti, boleh Nisya belajar sama Rico?"
"Boleh, Nisya. Nanti, kapan-kapan, Nisya gambar Rico yang disebelahnya ada Nisya ya?"
Nisya tidak menjawabku, tetapi dia mengenyampingkan tasnya, lalu mengeluarkan kertas kucel yang kuberikan kepadanya kemarin. "Nisya bacain ya?"
Aku waktu itu malu bukan main. Isi surat itu hanya isi hatiku saat pertama melihatnya. Tetapi aku iyakan.
"Nisya mulai ya?" tanyanya sebelum memulai, "Nisya? Ini Rico. Rico? Rico kenapa? Rico kekagum-kagum lihat kau Nisya. Nisya. Mau kuberitahu rahasia rembulan? Tapi, jangan kamu kasih tahu orang-orang ya? Biarkan ini jadi rahasia aku, kamu, dan rembulan." Nisya berhenti sejenak, melihatku. Aku tersenyum.
"Nisya, rembulan itu punya cahaya indah ya?" Lalu, Nisya menjawab sendiri, matanya bersitatap melihatku. "Iya, Nisya tau," Kemudian Nisya melihat kembali ke kertas, mulai membaca kembali. "Ini rahasianya, Nisya. Tapi, maaf untuk rembulan, karena Nisya lebih indah dari rembulan."
Kemudian Nisya memberikan surat itu kepadaku sambil bertanya, "Rico gambar ini saat malam? Saat melihat rembulan?"
Sebenarnya aku waktu itu kebingungan mengapa Nisya mengembalikan surat itu, tetapi aku memasukkan kertas itu ke celana seragam. Pikirku mungkin Nisya tidak ingin aku jatuh hati padanya. "Iya, Nisya. Tapi maaf, Rico tidak jago buat begini."
Nisya cuman tersenyum membalasku. Waktu itu, aku berpikir untuk menjauhi Nisya. Pikiranku saat sampai di sekolah, saat jam pelajaran, dan hingga saat sampai ke rumah hanya Nisya. Aku pikir, aku harus menjauh dari Nisya karena Nisya sudah menolakku dengan mengembalikan kertas itu.
Ah, Nisya. Bila aku salah, aku ingin kamu menunjukkan padaku bahwa aku salah mendugamu.
❌❌❌
Sorenya, saat pulang sekolah, aku dikejutkan karena Ayah sudah menyiapkan sepeda motor untukku. Tetapi, waktu itu aku berpikir jika Nisya ingin aku menjauh. Karena itu, aku bersikap biasa saja kepada motor baru itu.
"Kau senang?" tanya Ayah yang sedang membaca koran di ruang depan. Aku menyalami Ayah tetapi tidak menjawab pertanyaan Ayah. "Kau tidak senang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Since 1980
Historia Corta"Dulu sekali, sebelum kau dan aku dipertemukan, mungkin duniamu sudah menjadi milikku, Nisya. Siapa yang tahu? Mudah-mudahan Tuhan memang ingin kita begitu."- Rico Sebastian. Copyright © 2017 by Gabrielajovs